Pejuang Islam Nusantara Beri Mau’izhotull Hasanah Dalam Gelora Syair Ramadan BKN PDI Perjuangan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Kebudayaan merupakan napas peradaban umat manusia, oleh karenanya ia harus dijaga, dirawat dan dilestarikan. PDI Perjuangan Sumatera Utara melalui Badan Kebudayaan Nasional (BKN) melaksanakan; Gelora Syair Ramadan, dipandu oleh aktivis kebudayaan Zulhendri dan rekan.

Hadir dalam kegiatan tersebut jajaran pengurus Sekretaris DPD PDIP Sumatera Utara, Sutarto, Jumiran Abdi, Alamsyah Hamdani, Ruben Tarigan, Baskami Ginting, Syarifah, Meinarty Bangun, Meriahta Sitepu dan penggiat kebudayaan seperti Kamal Nasution dan aktivis pelestari kebudayaan nasional.

Menariknya, setiap unsur DPD PDIP Sumatera Utara turut membacakan puisi, Jumiran Abdi, Bima Nusa dan Ruben Tarigan. Kegiatan ini digelar untuk mengisi kegiatan jelang buka puasa bersama yang rutin dilaksanakan.

Mengedukasi Kebudayaan NUsantara Untuk Eksistensi Peradaban Islam
Ketua PIN Sumut Ustadz Agus Rizal

Sementara sebagai penceramah Ustadz Agus Rizal, Ketua Pejuang Islam NUsantara Sumatera Utara (PIN Sumut).

“Allah SWT menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku suku untuk saling mengenal, memahami dan bertoleransi. Hal ini sesuai QS. Al Hujarat: 13. Kebudayaan yang berbeda antar suku bangsa yang ada di Nusantara ini harus dirawat, dijaga dan dilestarikan.
Jangan saling menghujat dan mendiskriditkan,” jelasnya.

Ia menambahkan, pluralisme, kemajemukan dan kebhinekaan yang ada di Nusantara ini merupakan khazanah kekayaan budaya bangsa kita. Memahami seni, adat istiadat dan kebudayaan orang lain menjadikan kita cerdas dan tidak saling menyalahkan, apa lagi sampai menuduh syirik kebudayaan orang lain. Selaku anak bangsa kita kecewa ada ormas yang membubarkan paksa bahkan meludahi penggiat kebudayaan kuda lumping atau jaran kepang.

“Sangat mudah bagi mereka mensyirikkan, mengkafirkan dan menyesatkan budaya dan amaliyah orang lain, itulah Wahabiy salafiy Indonesia, sementara reog dan kuda lumping sudah digelar di Saudi Arabia bahkan mereka kagum dengan seni kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Orang orang yang pikirannya dangkal akan menganggap kebudayaan atau amaliyah yang tidak sama dengannya salah dan harus dibubarkan, hal ini melanggar hukum pidana dan sunnatullah,” tegas Ustadz Agus Rizal yang juga anggota Baitul Muslimin Indonesia Sumatera Utara (Bamusi Sumut).

Diungkapkanny, jaranan atau kuda kepang bagian dari Tasqif/Saqofah, sejarah kebudayaan Islam di Nusantara. Media ini digunakan untuk mengumpulkan masyarakat mendengarkan Mau’izhotull Hasanah dari para sunan. Bahkan merupakan spirit dan motivasi bagi para pejuang bangsa saat akan menuju ke medan juang pada masa pangeran Diponegoro dan Raden Fatah mengusir Belanda.

Ia menuturkan PIN memberikan apresiasi tinggi kepada sahabat BKN yang menggelar syair Ramadhan. Demikian juga apresiasi tinggi untuk Kapolrestabes Medan yang telah menetapkan 10 tersangka pembubaran seni kebudayaan kuda kepang.

“Semoga hal ini tidak terjadi pada seni kebudayaan lain. Dan untuk Pemko Medan harus benar-benar menyeleksi para Kepling, jangan asal rekrut, utamakan yang berjiwa nasionalis, tidak hanya cukup relegius,” pungkasnya. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini