Menyempurnakan Pemusnahan “Media” Iblis

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kita sangat akrab dengan kata “media”. Para petani di saat menyemaikan bibit tanaman menggunakan “media”, tersedia dalam berbagai jenis. Para jurnalis menggunakan berbagai media, dalam menyampaikan infomasi.

Para tenaga pengajar menggunakan media dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa-siswi mereka. Singkat cerita, setiap profesi memerlukan media mereka masing-masing dalam menunjang profesi mereka.

Bagaimana dengan iblis, apakah iblis juga memiliki media dalam rangka menunjang profesionalitas mereka? Ya, iblis pun memerlukan media dalam menunjang profesionalitas mereka. Media mereka adalah dorongan-dorongan atau hasrat atau lazim disebut nafsu.

Nafsu atau hasrat ini menyertai apa yang disebut sebagai ego, atau ke-aku-an. Setiap usaha pemenuhan ego, selalu menyertakan hasrat atau dorongan-dorongan. Iblis paling suka menggunakan media berupa dorongan-dorongan “jahat”.

Iblis sejatinya adalah makhluk sejenis jin, yang tercipta dari api dengan sifat panas yang membawa tabiat membakar. Karena itu, nafsu atau tabiat yang sifatnya membakar ini, mudah dikenali dengan naiknya suhu badan, yang dipicu oleh terjadinya percepatan pada denyut nadi, yang mengikuti percepatan irama jantung.

Ketika keinginan atau nafsu akan sesuatu muncul, maka kesadaran akan memicu naiknya ekskalasi denyut jantung. Peningkatan denyut jantung ini secara otomatis akan terjadi, jika sistem syaraf menerima perintah untuk menambah energy sebagai konsekuensi dari adanya tuntutan kebutuhan dalam rangka memenuhi keinginan tadi.

Secara umum, aktifitas tubuh memang memerlukan siklus demikian, jika permintaan melebihi dari kebutuhan. Energy yang berlebihan di luar batas yang diperlukan terjadi, jika permintaan melebihi kebutuhan. Permintaan yang melebihi kebutuhan yang diperlukan itulah keinginan atau nafsu, yang lazimnya dipicu oleh ke-aku-an.

Keinginan untuk menonjolkan diri, keinginan untuk memonopoli, keinginan untuk menguasai, keinginan untuk memiliki lebih banyak dari yang semestinya, semua itu dapat memunculkan nafsu.

Nafsu-nafsu ini lalu diberi nama atau diidentifikasi sebagai rakus, tamak, iri, dengki, dan seterusnya. Yang semua itu adalah media bagi iblis dalam menjalankan profesinya.

Jika dalam dunia sosial politik, profesi para jurnalis biasanya dibungkam melalui pembredelan suatu media (cetak maupun elektronik) dengan mencabut izin operasionalnya, sesungguhnya dalam kasus penanganan terhadap iblis ini juga dapat dilakukan dengan pola yang sama.

Yakni, membatasi ketersediaan media dalam melakukan aktifitasnya melalui “pembredelan” terhadap “media” yang iblis biasanya gunakan.

Makanan adalah sumber utama dari naiknya nafsu, disebut dengan nafsu makan. Jika seseorang dalam keadaan lapar, aktifitas tubuh dengan sendirinya melemah. Dan seiring dengan melemahnya kemampuan tubuh, melemah pula berbagai aktifitas nafsu.

Pada titik inilah puasa menjadi salah satu cara yang efektif untuk menekan aktifitas iblis. Sehingga puasa pada bulan ramadhan, dikatakan bahwa iblis dirantai, atau dikekang. Ramadham artinya “membakar”, yakni membakar media yang selama ini digunakan iblis dalam menjalankan profesinya.

Selamat menunaikan ibadah Ramadhan, semoga kesadaran akan Allah SAW (takwa) senantiasa menyertai. Dengan takwa itulah proses pemusnahan atas media iblis dalam tubuh kita akan menjadi lebih sempurna.

Oleh : Hasanuddin, MSi
Ketua Umum PB HMI 2003-2005
Penulis, Alumni Pascasarjana (S2) Universitas Indonesia (UI)

 

- Advertisement -

Berita Terkini