Organisasi Bukan Penegasan Sanad Ilmu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kader sebuah organisasi biasanya mengalami euforia karena kader itu telah resmi bahkan lama berkiprah di sebuah organisasi. Rata-rata dari mereka memandang ketokohan pendiri dan pengaruh organisasi tersebut pada masa lalu dan posisi tawar organisasi itu pada masa kini. Itulah sesuatu yang menjadi gula bagi semut-semut dari segala penjuru.

Ketokohan dan pengaruh itu kemudian dianggap menjadi bagian penting diri sang kader. Kemudian, gejala sosial berupa identifikasi identitas diselami oleh kader tersebut. Kader merasa sedang dan sudah memperjuangkan nilai yang sama dengan nilai yang diperjuangkan oleh pendiri dan tokoh organisasi itu. Padahal, secara ideologis dan posisi gerakan baik pribadi maupun keorganisasian belumlah tentu sama.

Kemudian pada praktiknya, spirit atas nama korsa menghiasi alam pikiran kader tersebut. Hatinya pun hanya memiliki satu penghuni, yakni organisasi tempat dia bernaung. Rasa sudah gagah dan memiliki banyak teman menjadikan sang kader merasa kuat. Bahkan, dia merasa sudah menyambungkan jiwa dengan ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh para pendiri dan tokoh organisasi tempat dia mengabdikan diri.

Padahal, fakta ilmu menunjukan bahwa berorganisasi bukan merupakan jaminan seseorang sudah menyambungkan sanad ilmu. Untuk bisa bersanad atau menyambungkan diri dengan silsilah ilmu, seseorang tidaklah harus berorganiasi. Akan tetapi, seseorang harus betul-betul bertemu secara jasmani dan ruhani dengan orang yang memiliki ketersambungan sanad kepada Kanjeng Rasulullah saw.

Tanpa proses ini, perjuangan nilai seorang kader organisasi hanya akan berakhir pada ambiguitas. Paling banter, dirinya merasa sudah berjuang. Padahal, pandangannya itu jauh panggang dari api, jauh gunung dengan laut. Boleh jadi, dirinya akan sekedar merasa besar dan puas. Sementara kepuasan dan perasaan sudah besar merupakan salah satu intisari nafsu yang perlu dibersihkan dalam jiwa seorang kader.

Keharusan Bersanad Secara Ilmu

Keunikan ilmu dalam Islam adalah keberadaan sanad yang harus terpenuhi oleh siapapun yang sedang mencari pengetahuan agama. Ironisnya hari ini, secara pengetahuan masih belum mantap dan belum tentu bersanad. Akan tetapi, keberanian menyampaikan paham ilmu menjamur dimana-mana. Kanal-kanal sosial media, tidak luput dari jamur yang berkembang bagai di musim hujan.

Hal ini diikuti oleh semangat beragama yang membabi-buta dari para pemirsanya. Sehingga, sebuah tema agama seringkali berakhir dalam materi debat, bukan dalam pengamalan pada jiwa. Akhir dari perdebatan itu bukan pula menciptakan karakter sebagai tujuan agama, akan tetapi menciptakan debat lanjutan.

Fenomena ini harus segera diakhiri dengan pelaksanaan kewajiban memiliki guru yang bersanad secara terkoneksi kepada Kanjeng Rasulullah saw. Umat tidak boleh belajar dari mereka yang memiliki sentimen isu sektoral sekedar untuk membesarkan diri dan organisasinya. Umat harus belajar dari tokoh yang benar-benar linuwih dalam penciptaan akhlak, bukan spirit pertentangan antar umat.

Tokoh itu pun harus mampu berdiri dan melakukan pendamaian terhadap keruwetan paham beragama yang hari ini menghiasi alam pikiran umat. Umat berhak mendapatkan cara atau metode memahami agama dengan cepat di tengah situasi dan kondisi zaman yang semakin sulit diidentifikasi. Hanya ulama pewaris nabi, yakni ulama yang bersilsilah/bersanad tersambung kepada Rasulullah saw yang memiliki metode tersebut.

Oleh : Aba Farhan 
Kabid Pengembangan Sumber Daya Manusia TQN Cermin Hati, Cimaung, Purwakarta.

- Advertisement -

Berita Terkini