Brandan di Bumi Hanguskan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pangkalan Brandan adalah ibukota kecamatan Babalan, Kecamatan Sei Lepan, Kecamatan Brandan Barat dan Kecamatan Brandan Timur, Kabupaten Langkat Sumatra Utara.

Kelurahan ini terletak sangat strategis karena wilayah ini dilalui oleh jalan raya lintas Sumatera dan merupakan pintu gerbang provinsi Sumatera Utara menuju Aceh ataupun sebaliknya.

Pangkalan Brandan merupakan wilayah yang pertama kali mengeksplorasi minyak bermutu tinggi tertua di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda. Sejarah tentang kota minyak tertua di Indonesia ini memiliki kisah yang sangat panjang dan merupakan sejarah dari kota Pangkalan Brandan. Tepatnya pada tanggal 13 Agustus 1947 pada waktu subuh dini hari, para pejuang dan masyarakat kota Pangkalan Brandan membumi hanguskan ladang minyak untuk mencegah Belanda untuk menguasai aset tersebut.

Ceritanya bermula pada waktu siang menjelang sore Aeilko Janz Zijlker yaitu seorang juragan tembakau di Sumatera Timur sedang berkeliling memeriksa kebunya dikawasan Pangkalan Brandan. Namun pada saat itu hujan turun dan Jans berteduh di barak bekas penimbunan tembakau. Seorang mandor kebun lokalpun menyalakan obor sebagai penerang dikala itu. Jans mengira api berasal dari sebuah kayu damar karena api obor itu sangat bagus. Namun dugaanya salah ternyata obor tersebut oleh mandor dari tanah liat dari seuah kubangan.

Pada keesokan harinya Jans pergi bersama anaknya ke kebun hendak melihat kubangan yang dibuat oleh mandornya. Ternyata kubangan itu mengeluarkan aroma minyak yang kuat. Dari hasil pemeriksaan cairan dari kubangan itu di Batavia pada tahun 1886 membuktikan bahwa lahan itu mengandung minyak bumi berkualitas tinggi. Jans Zijker yang awalnya juragan kebun tembakau yang kurang berhasil kini menjadi si raja minyak.

Penemuan ladang minyak di Telaga Said ini dikutip dari buku Geschiedenis Van Indonesia. Sejarawan Belanda terkemuka H. J. De Graaf. Temuan ini menjadi cikal bakal pertambangan minyak Pangkalan Brandan sebagai ladang minyak terbesar di Sumatera.

Pada tahun 1890 Jans Zijlker mengalihkan konsesinya kepada perusahaan minyak Belanda, Royal Dutch. Sejak dikelola Royal Dutch, kilang minyak Pangkalan Brandan pada tahun 1892 telah memproduksi minyak sebanyak 1.200 Ton dari lapangan Telaga Tunggal. Bahkan ditahun 1907 kilang minyak Pangkalan Brandan mampu menghasilkan 10.000 barel minyak mentah perhari. Produktifitas ini menempatkan kota Pangkalan Brandan sebagai kilang minyak terbesar di Sumatera hingga tahun 1920-an. Pada saat ini situasi di Pangkalan Brandan mulai mengalami perubahan masa tentara jepang.

Pada 17 Agustus 1945 situasipun mulai berubah setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan Soekarno-Hatta. Para buruh minyak di Pangkalan Brandan mengira setelah Indonesia merdeka, maka ladang minyak menjadi milik Indonesia namun Belanda tak tinggal diam. Belanda ingin menjajah dan mengincar tambang minyak ini guna memasok bahan bakar dalam operasi militer setelah Jepang kalah perang dunia ke II.

Buruh minyak Pangkalan Brandan tak diam begitu saja. Merekapun membentuk laskar minyak yang bertujuan untuk mempertahankan ladang minyak tersebut. Menurut Edi Saputra, rakyat Pangkalan Brandan lebih memilih memusnahkan tambang minyak dari pada jatuh ketangan belanda.

Sejarah menceritakan bahwa Pangkalan Brandan dibumi hanguskan yang diawali dengan invasi pasuka Jepang dengan Belanda pada tanggal 21 Juli 1947. Pasukan sekutu berhasil melumpuhkan pasukan pejuang pada tanggal 5 Agustus 1947 di kota Stabat dan pasukan sekutupun berhasil melintas Kota Tajung Pura dan bertahan di Gebang. Para pejuang di Pangkalan Brandan mengetahui sasaran pasukan sekutu yang berusaha merebut tambang minyak. Bahkan radio Hilversum Belanda di Jakarta telah menyiarkan berita propaganda yang menyatakan Kota Pangkalan Brandan telah dikuasai sekutu.

Mayor Nazaruddin selaku Komandan Batalion Pegawai Kereta Api dan Tambang Minyak bersama satu kompi lainya mengeluarkan maklumat yang ditunjukkan kepada seluruh masyarakat Pangkalan Brandan untuk segera meninggalkan kota Pangkalan Brandan dan sekitarnya paling lambat tangal 12 Agustus 1947.

Pada hari yang sama tepatnya ditanggal 12 Agustus jembatan securai diledakkan oleh masyarakat Pangkalan Brandan untuk upaya agar memperlambat lajunya sekutu datang ke Pangkalan Brandan. Pembumi hangusan kota Pangkalan Brandan diawali dengan meledakkan tangki-tangki besar, gedung-gedung perusahaan dan pondasi penyulingan. Kejadian ini terjadi tepat pada pukul 03:00 dini hari 13 Agustus 1947 dan Api berkorbar sangat besar di kota ini. Akibat peristiwa ini, Pangkalan Brandan berserta industri terbakar hingga saat ini sistem eksplorasi yang biasanya berjalan akhirnya berhenti total.

Dari kejadian ini sepenggal lagu untuk memperingati terjadinya Brandan Bumi Hangus.

Tanggal tiga belas buan delapan

Tahun empat puluh tujuh

Terjadi dalam kota brandan

Tambang minyak hancur luluh

Tambang minyak dibui hanguskan

Hingga gentuman terjadi

Hingga kota jadi pemandangan

Sana sini jadi sepi

Kobaran api kelihatan

Asap mengepul diangkasan

Brandan pada waktu malam

Kota jaya jadi suram

Oleh : Siska – Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa

- Advertisement -

Berita Terkini