USU Ku Sayang, Robohnya Surau Peradaban

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh : Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, Sp.PD

MUDANEWS.COM – Tanggal 20 Januari 2021, pukul 20.20 WIB, alumni FK USU 76/77 melaksanakan Diskusi Terbuka virtual bersama 50 alumni USU dari seluruh Indonesia. Bertindak sebagai host, dr. Agusnadi Talah, Sp.A (Binjai). Diskusi ini dipicu oleh berita tentang konflik yang timbul di tingkat pimpinan, usai pemilihan rektor. Selwa Kumar mulanya menyampaikan ide diskusi alumni ini.

Judul diskusi, seperti judul tulisan ini. Aku ambil judul ini dengan mengutip judul buku Kumpulan Cerpen yang ditulis oleh Sastrawan Nasional Ali Akbar Navis: “Robohnya Surau Kami” Cerpen ini pertama kali dimuat di Majalah Kisah tahun 1955. Kemudian, terbit berupa buku. Lalu, buku ini diterbitkan ulang oleh Gramedia pada tahun 2002 dan terakhir, cetakan ke-enam belas tahun 2010.

Abidinsyah Siregar dalam paparan singkat dan padat, membahas judul ini dan mengulas sekilas cerpen AA. Navis. Bidin – panggilan akrabnya – memaparkan sejarah singkat USU sebagai universitas negeri tertua di luar Pulau Jawa yang konon dibangun oleh tokoh-tokoh Sumatera Utara pada masa itu. Tujuannya untuk mendidik putra putri Sumatera Utara agar mampu membangun peradaban bangsa di “Surau” USU.

Namun faktanya, saat ini angka capaian beberapa program pembangunan Sumut, masih jauh di bawah target. Disebutkan antara lain, tingkat konsumsi daging, tingkat pendidikan, kebutuhan bahan pangan seperti bawang putih, usia harapan hidup, Index Pembangunan Manusia, dan banyak lagi.

“USU itu milik masyarakat Sumut! Ke mana aja ilmuwan USU itu? Apa upaya konkrit yang dilakukan untuk membangun peradaban Sumut?” Begitu kira-kira ungkapan kekesalan Bidin. USU dinilai oleh peserta diskusi berhasil membangun fisik, belum membangun peradaban. Sehingga lahir berbagai inovasi untuk membangun IPM agar membuka mata dunia menatap Indonesia.

Tercetus juga ungkapan FK (“Fakultas Keluarga”), semacam paham primordial dari peserta diskusi dan kurangnya melibatkan alumni dalam pengembangan USU. Kekayaan alam Sumut yang terabaikan selama puluhan tahun. Surau USU sesungguhnya kokoh, takkan roboh bila penghuninya tidak ceroboh. Plagiarisme harus dituntaskan secara akademis internal, bukan malah “Digoreng” jadi bahan saling menjegal dan jadi isu nasional yang membuat sebal.

Beberapa peserta diskusi menyampaikan pandangannya tentang USU dulu, kini dan nanti adalah: Darmoen Prawira (Pekanbaru), Khairulsyah Nasution (Jakarta), Chazali Situmorang (Jakarta), Indira Ganis Siregar (Medan), Muharman Gea (Medan), Hasyim Purba (Medan), Pribadi Barus (Medan), Irfan Simatupang (Medan), Yance Wirtjes (Medan). Hadir juga sahabat saya OK Syahril, Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku saat ini.

Peserta diskusi sangat menyesalkan genderang perang internal yang ditabuh di tengah pandemi terdengar muatan seteru kubu berebut kursi dan terlanjur bergaung hingga ke ujung-ujung kampung.

Jangan sampai alumni jadi malu ber-Ibu-kan USU. Bagai kisah legenda Sampuraga na maila marina!

Makin tinggi ditaja galah
Manalah sagu bisa dikait
Makin tinggi kita sekolah
Terasa ilmu cuma sedikit

Medan, 21.01.2021

- Advertisement -

Berita Terkini