Pemerintah Harus Menjaga Generasi PESANTREN

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh : Aba Farhan
Kabid Pengembangan SDM TQN Cermin Hati, Cimaung, Purwakarta

Pekerjaan rumah bagi pemerintah adalah melakukan pengecekan arus dana dari Timur Tengah untuk pembangunan pesantren, masjid dan mushola di Indonesia. Fenomena ini sangat marak dalam beberapa tahun belakangan. Kita hanya tinggal menunggu “Clash of Civilization” atau benturan peradaban.

Saya tidak memandang itu sebagai sesuatu yang gratis, karena jika bicara untuk kepentingan dakwah. Timur Tengah juga merupakan medan yang sangat luas untuk dakwah. Lalu mengapa ada aliran dana dari wilayah itu ke Indonesia?. Jawabannya adalah konsolidasi ideologi.

Pesantren, masjid dan mushola itu dibangun mulai dari wilayah regional perkotaan sampai ke kampung-kampung kecil. Terutama di wilayah yang mohon maaf, pengamalan aspek syari’at Islamnya “agak keras”. Para misionaris ajaran Timur Tengah garis keras itu kemudian tinggal melakukan sentuhan terakhir dalam hal doktrinasi ideologi.

Timbal baliknya, sebuah daerah memiliki pesantren keren dengan segala fasilitas, masjid megah dengan menara menjulang tinggi dan mushola berornamen bonafid. Akan tetapi, sembari menjauhkan masyarakat sekitar dari sistem nilai dan akar pergaulan sosial.

Sehingga tidak dapat dipungkiri, benturan peradaban mulai terjadi. Sering kita melihat, seseorang yang begitu taat hadir dalam pengajian di pesantren, masjid dan mushola itu mulai membentuk komunitas atau halaqoh tersendiri, terpisah dari tokoh masyarakat sekitarnya.

Kita pun sering melihat, seharusnya seusai pengajian selesai, peserta pengajian mengalami kesejukan dan ketentraman hati yang luar biasa. Akan tetapi, saat selesai hadir dalam pengajian di pesantren, masjid dan mushola itu, peserta pengajiannya malah bersemangat untuk membenci dan mencaci.

Bahkan tak jarang, orang tua dan saudara sendiri menjadi sasaran kebencian dan caci maki itu karena dianggap berbeda dalam hal pandangan dan tata cara menjalankan Agama. Lebih jauh, kebijakan pemerintah menjadi bahasan pokok dalam setiap kesempatan pengajian.

Kebijakan itu dianggap sebagai kebijakan yang tidak berpihak kepada umat Islam dan seluruh umat harus bertindak atas nama Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, wow keren!!!!. Pada tahapan ini, celah doktrinasi terbuka lebar. Kritik dan gerakan melawan hukum kemudian diterjemahkan sebagai jihad fi sabilillah, wow keren banget!!!.

Kemudian terpilihlah santri dan jamaah pengajian yang dianggap siap menjalankan jihad itu. Keberanian mereka dipupuk mumpung masih muda dan polos nilai Agama. Kitab pun baru selembar dua lembar dikaji dengan bahasan seadanya tanpa telaah mendalam pada berbagai aspek.

Tak lama setelah itu, tersebarlah berita melalui berbagai media massa, mulai dari pelemparan bom molotov ke kantor penegak hukum sampai masjid dan gereja. Tujuannya adalah ketidakstabilan sosial dan konflik ideologi.

Sungguh cara adu domba antar umat yang sangat keren!!!!. Maka Tugas PEMERINTAH Harus Menjaga GENERASI PESANTREN.

- Advertisement -

Berita Terkini