Renungan Natal Pahlawan Riyanto Gus Dur Lawan 6 Teroris FPI

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Hari ini Natal tengah dirayakan. Tiap jelang Natal, soal pengucapan Natal dan Tahun Baru diributkan. Politik identitas digunakan untuk merecoki kedamaian. Peribadatan dijamin oleh UUD 45. Untung Indonesia memiliki Gus Dur. Indonesia memiliki Ansor. Ada Banser.

Tiap Natal umat Nasradi di Indonesia ingat Riyanto. Tahun 2000, ketika pemboman terhadap gereja marak, Banser tampil di muka. Di Mojokerto, ketika ibadah berlangsung Riyanto melihat seorang teroris. Dia berjibaku hingga bom meledak di luar gereja. Jemaat Gereja Eben Hezer selamat. Namun Riyanto, Banser NU tewas. Dia adalah pahlawan toleransi yang sesungguhnya

Riyanto hasil didikan Gus Dur. Mengajarkan kebajikan antar sesama manusia. Tradisi NU yang mengajarkan toleransi, pluralisme, kebersamaan, keindonesiaan yang indah. Ajaran Islam rahmatan lil alamin. Itu tertanam dalam diri warga Nahdliyin, NU.

Dakwah NU adalah dakwah kemanusiaan yang beradab. Sejak zaman Walisongo. Islam dengan wajah damai. Rahmatan lil alamin. Islam yang mengajarkan cinta kasih. Untuk seluruh alam, dalam balutan lakum dinukum wa liya dien. Untukmu agamamu, untukku agamaku.

Ini berbeda sekali dengan kelakuan pentolan ormas illegal yang 37 anggotanya terlibat terorisme. Muhammad Rizieq Shihab (MRS). MRS mengajarkan kebencian. Bahkan Gus Dur pun dihina. MRS mengatai Presiden Gus Dur, cucu pendiri NU, sebagai buta mata buta hati.

Ormar radikal dengan 37 teroris FPI sama sekali tidak menampakkan Islam rahmatan lil alamin. FPI terafiliasi dengan ISIS. Mendukung khilafah. Padahal ISIS adalah organisasi teroris. Seperti operator teroris lain di Indonesia. Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah Islamiyah, HTI.

Kegilaan MRS dan FPI mendukung ISIS jelas. Di 2014 FPI membuat maklumat dukungan agar Al Qaeda dan ISIS bersatu. FPI mendukung ISIS. Provokasi, penghinaan, pelanggaran hukum, penyerobtan tanah, dan pembangkangan hukum dilakukan FPI. Tidak ada sama sekali marwah Islam. Peristiwa pembunuhan di Cikeusik yang melibatkan Munarman perlu diungkap.

FPI dengan operator bisnis seperti Munarman, Haikal Hassan, Sobri Lubis, menggunakan Islam sebagai kedok. Mereka menyebarkan kebencian, politik identitas sesuai pesanan yang membayar: Cikeas, Cendana, Chaplin, dan kalangan pelanggar hukum, koruptor, bandar narkoba, dan teroris.

Sungguh berbahaya kegiatan mengatasnamakan Islam, seluruh umat Islam, padahal mereka hanya segelintir. NU, Muhammadiyah, Persis, dan ormas Islam lainnya berjumlah 240 juta. FPI hanya minoritas. Namun karena teriak kenceng, mereka mampu menggoncang negeri. Dan, itu disukai bohir.

Namun, kesadaran perlawanan yang dimulai oleh Nikita Mirzani, Pangdam Jaya Dudung Abdurachman, dan Kapolda Metro Jaya Fadi Imran menggerakkan nasionalisme. Kebohongan kampanye Munarman dan Haikal Hassan untuk menjadikan 6 teroris yang tewas sebagai pahlawan gagal.

Bahkan FPI menurunkan Najwa Shihab. Untuk memutarbalikkan kondisi mayat. Jelas mayat yang meninggal akan lebam. Jika tertembak. Pun kondisi mayat norma untuk standard forensik. Tidak ada penganiayaan karena aparat melakukan pembelaan diri akibat diserang 6 teroris tersebut. Juga memelintir rekaman para teroris. Untuk kepentingan provokasi kerusuhan.

Publik harus paham arah FPI menggiring emosi seperti peristiwa Suriah. Agar teroris diglorifikasi menjadi martir. Syahid. Tidak ada perintah mati sahid membela Rizieq Shihab. Jika mati pun tidak akan menjadi syahid. Karena membela pembangkang hukum. Islam tidak pernah mencontohkan dakwah provokasi ala Rizieq yang mengajarkan kebencian, menghina Bung Karno, membully Dedy Mulyadi, menghina budaya Sunda, melakukan chatt mesum, merampas lahan PTPN VIII.

Publik Nasrani di hari Natal selalu ingat Banser Riyanto. Terkenang ajaran manusia Gus Dur. Dan, tentu ingat kekisruhan yang dibuat oleh FPI. Setiap tahun. Oleh provokasi MRS dan FPI yang 37 anggotanya terlibat teroris, dan 6 teroris FPI menyerang aparat. Selamat Hari Natal. Damai di Surga. Damai di Hati, Bersama Banser. Tanpa FPI dan MRS.

Penulis: Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini