Taman Edukasi Buah Cakra, Diduga Dermaga Putri Hijau?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Deli Serdang – Sultan Serdang Allah Yarham Tuanku Luckman Sinar Basarshah II SH, dalam artikelnya Kerajaan Haru Islam yang Berpusat di Deli Tua, mengutip catatan Utusan Portugis, Ferdinand Mendes Pinto, yang menceritakan penyerangan Sultan Aceh Al Qahhar ke Haru pada tahun 1539 M (Cogan, 1892:28–77).

Dalam penyerangan Aceh yang dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Januari dan pada bulan November 1539, Pinto menyatakan tentang situasi ibukota Haru. Raja Haru sedang sibuk mempersiapkan kubu-kubu dan benteng-benteng dikiri-kanan sungai. Letak istana kira-kira satu kilometer ke dalam. Haru yang mempunyai sebuah meriam besar, meriam Raja Haru yang dibeli dari seorang pelarian Portugis di Pasai.

Mendengar akan tibanya armada Aceh, Sultan Haru (Sultan Ali Boncar, red) memerintahkan supaya mengungsikan wanita-wanita dan anak-anak termasuk permaisurinya Anche Sinny (Encik Sini?) ke hutan, 39 km dari ibukota. Aceh banyak menggunakan serdadu-serdadu asing bayaran (orang-orang Gujarat, Malabar, Hadramaut, Lanun dan tawanan orang Belanda anak buah de Houtman, (Verhael,tt:23).

Setelah dikepung selama 17 hari, Kerajaan Aceh berhasil menghancurkan dinding-dinding kubu dan 2 buah kubu kecil di sebelah selatan jalan masuk.

Karena terdapat banyak korban maka Aceh memakai siasat menyuap panglima-panglima Haru dengan uang emas agar mereka meninggalkan penjagaan di salah satu benteng utama. Pada pertempuran tersebut Sultan Haru tewas. Pasukan Aceh membangun kembali benteng dan meninggalkan 800 laskar untuk menjaga benteng tersebut. Haru berhasil direbut oleh pasukan Kerajaan Aceh dengan kekuatan 12.000 prajurit yang dibawa dengan kapal dan gajah.

Bila melihat kondisi geografis seperti yang dicatatkan oleh Mendes Pinto ini, jarak dari lokasi Taman Edukasi Buah Cakra ke Pemandian Putri Hijau yang berada didalam benteng Deli Tua.

Diduga delta sungai Deli yang kini berubah menjadi lokasi Taman Buah tersebut, menjadi titik pangkalan penyerangan, untuk dapat memasuki pintu utama benteng yang berada dibahagian atasnya. Dengan kondisi jalan yang sangat curam serta sempit, hingga hanya dapat dilalui oleh satu orang (tidak dapat saling berpapasan). Sebelum kemudian ada yang melakukan pelebaran dengan merubuhkan sebahagian bangunan benteng alam.

Dalam pemberitaan sebelumnya, pengamat sejarah Melayu di Sumatera Timur, T. Kendy Hamzah sudah menduga sinyalemen jika keberadaan Delta Sungai Deli yang belakangan disebut Taman Edukasi itu adalah dermaga, tempat bertambatnya kapal-kapal Aru sebagai alat transportasi masa itu, dan kemudian dijadikan Pasukan Kerajaan Aceh sebagai tempat titik kumpul pasukan dan meriam-meriam untuk menghancurkan pengamanan pintu masuk benteng.

“Pada bahagian atas delta, adalah gapura pintu masuk benteng.Patut diduga dari delta inilah meriam-meriam kerajaan Aceh menembakkan dinnar kearah kawasan pemandian Putri Hijau. Hingga prajurit Aru lengah dan meninggalkan pos masuk benteng. Hingga akhirnya Aru Deli Tua dapat ditaklukkan,” begitu dugaan T. Kendy, melihat situasi kondisi geografis dari foto satelit google.com.

Sampai berita ini diturunkan mudanews.com belum berhasil mendapatkan keterangan dari pemilik taman edukasi buah cakra, tentang keterkaitan lokasi tersebut merupakan bekas Dermaga Kerajaan Haru-Putri Hijau. Berita Deli Serdang, red

 

- Advertisement -

Berita Terkini