Pejuang Islam Nusantara Sumut, Jauhi Wahabi Ekstrem Nikmati Es Krim

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Gerakan wahabi memang belum pernah berhenti baik di dunia maupun di bumi pertiwi, tapi pasti berhenti karena era digital ini adalah era keruntuhan wahabi selama-lamanya. Wahabi familiar begitu disebutkan yang telah ber-“ganti jaket” menjadi salafi. Prof. DR. Ali Jum’ah dalam kitabnya Al-Mutasyaddidun hal. 7 menyampaikan,

“Mazhab Wahabi itu dikaitkan dengan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, menyebar di Najed dan beberapa wilayah di jazirah Arab.”

Kehadiran wahabi ini telah disampaikan oleh Rasulullah Sayyidinaa Muhammad Saw dengan pisau analisis yang tajam dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar,

عَنِ إبن عمر، قَالَ : قَالَ : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا ، وَفِي يَمَنِنَا قَالَ : قَالُوا : وَفِي نَجْدِنَا ؟ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ : قَالُوا : وَفِي نَجْدِنَا ؟ قَالَ : قَالَ : هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالفِتَنُ ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Maknanya : “Ya Allah, berilah kami keberkahan pada negeri Syam, ya Allah berilah kami keberkahan pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya: termasuk Nejd ? Rasulullah berdoa: Ya Allah berilah kami keberkahan pada negeri Syam, ya Allah berilah kami keberkahan pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya: termasuk Nejd ? Rasulullah saw menjawab: Di sana (nejd) terjadi gempa dan huru-hara, dan di sana muncul dua tanduk syetan. (HR. Bukhari no. 1037).

Kaum wahabi ini disebut juga dengan salafi, alm. Prof. DR. Lahmuddin Nst, salah satu ulama syafi’iyyah Sumut dalam satu ceramahnya menyebutkan mereka bukan salafi pengikut salafushshalih tapi mereka “yatasaalaf” berpura-pura mengikuti salaf alias “sok salaf”, saya malah menyebutkan mereka “talafi” yakni yang menyimpang dari kaum salaf.

Sebagaimana kata Syeikh Ali Jum’ah pada hal. 9,

والسلف رضوان الله عليهم لم يتخذوا من معنى كلمة “السلف” بحد ذاتها مظهراً لأي شخصية متميزة أو أي وجود فكري أو اجتماعي خاص بهم يميزهم عمن سواهم من المسلمين، ولم يضعوا شيئاً من يقينهم الاعتقادي أو التزاماتهم السلوكية والأخلاقية في إطار جماعة إسلامية ذات فلسفة وشخصية فكرية مستقلة، بل كان بينهم وبين من نسميهم اليوم بالخلف منتهى التفاعل وتبادل الفهم والأخذ والعطاء تحت سلطان ذلك المنهج الذي تم الاتفاق عليه والاحتكام إليه

Maknanya : “Kaum salaf atau orang shalih terdahulu tidak pernah sama sekali menjadikan kata salaf sebagai simbol bagi sebuah identitas tersendiri, manifestasi pola pemikiran dan sosial khas yang membedakan mereka dari kelompok Muslim lain. Tidak juga mereka meletakkan sistem keyakinan atau cara berkehidupan maupun etiket di dalam bingkai kelompok Islam yang memiliki falsafah dan karakter pemikiran yang bebas terbuka (open minded). Namun kaum salaf itu, di antara mereka dan orang-orang yang kita namai dengan khalaf terjadi interaksi, tukar menukar pemahaman, dan take and give dalam kadar yang sangat tinggi di bawah kendali metodologi yang telah disepakati dan dalam menetapkan suatu hukum perkara.”

Ketika seseorang sangat letterlijk atau terlalu tekstual tidak mengindahkan tafsir atau syarahan suatu hadits maka dia tergolong wahabi. Lebih parahnya lagi jika dia tidak bisa menerima perbedaan ijtihad atau fatwa dan mengedepankan mazhab tunggal, dengan kata lain hanya dia saja yang benar maka itulah wahabi militan atau wahabi sejati.

Inilah sebabnya mereka suka mengharamkan “tahrim”, mengkafirkan “takfir”, membid’ahkan tabdi’, menyesatkan “tadhlil” hingga mensyirikkan “tasyrik” untuk orang-orang yang tak sepaham dengan mereka.

KH. Muhammad Sufyan Raji, Lc dalam bukunya Amaliyah Sunnah yang dinilai Bid’ah menyebutkan, “Masalah khilafiyyah atau perbedaan ijtihad aq di kalangan ulama dalam masalah furu’ yang terkait dengan dalil dzhanni adalah suatu yang wajar. Namun yang ironi bila masalah khilafiyyah dinilai bid’ah dan yang bid’ah dinilai khilafiyyah, bahkan masalah wajib, sunnah dan mubah juga dianggap bid’ah, seiring munculnya ulama yang tidak faqih, kelompok ahli bid’ah bertendensi pembaharuan, faham kecil bertendensi modernisasi, serta munculnya aliran-aliran sempalan yang berseberangan dengan Islam.”

Yang lebih gila lagi dan teramat fatal apabila dia sudah berani membunuh dan memerangi yang tak sepaham dengannya itulah wahabi ekstrem.

Para wahabi ini bermutasi pada kelompok atau komunitas yang terorganisir di antaranya,

1. Dalam bidang ibadah mereka disebut salafi
2. Dalam bidang politik atau siyasah mereka adalah HTI
3. Dalam bidang jihad mereka adalah ISIS.

Mereka intinya one point hanya mereka yang paling benar dalam tata cara ibadah dan yang lainnya, benar-benar egois (al-anani) dalam pemikiran. Jadi kita berhati-hati, hanya karena mereka belum memegang senjata mereka terlihat lebih lunak, tapi ketika mereka sudah mendapatkannya maka besar kemungkinan Indonesia bisa seperti Afganistan, Libya, Suriah, Iraq dan Yaman. Na’udzubillahi min dzaalik.

Dalam bidang intelektual wahabi juga begitu berani melakukan “tahrif” atau merubah redaksi kitab atau menukang-nukangi ijtihad. Karena mereka tidak suka berziarah dan menganggap orang berziarah adalah quburiyyun. Salah satunya kitab Imam Al-Adzkarnya Imam An-Nawawi, judul bab original adalah bab ziyarati qabrin nabiy dirubah menjadi bab ziyarati baitin nabiy. Ini merupakan kriminalitas intelektual.

Mereka bergerak bukanlah tanpa dana, mereka bergerak dengan mendapatkan pendanaan atau finansial yang kuat dari, sumbangan sukarela para donatur tanpa melihat besar ataupun kecil. Sebab tujuan dari sumbangan ini adalah mendorong dan menyebarkan pemikiran. Kemudian melalui jual beli buku yang berisikan pemikiran salafi wahabi yang hasilnya digunakan untuk memfasilitasi kepentingan dakwah. Namun sesungguhnya sumber dana salafi dari lembaga yang bernama Idarah Hai’atul Buhuts Wad-Da’wah, di mana lembaga ini juga bekerja sama dengan Rabithah Al-A’lam Al-Islami seperti yang dikemukakan oleh Sayyid Hasan As-Saqaf dalam kitabnya As-Salafiyyah Al-Wahhabiyyah, Afakaruhal Asasiyyah Wa Judzuruhat Tarikhiyyah.

Mereka juga menolak ilmu Tasawuf dan sebahagian mengkafirkan mereka yang mempelajari ilmu tasawuf. Padahal Imam Asy-Syafi’i berkata dalam Al-Mizan,

فَقيهاً وَصوفِياً فَكُن لَيسَ واحِداً

فَإِنّي وحق اللَهِ إيّاكَ أَنصَحُ

فَذَلِكَ قاَسٍ لَم يَذُق قَلبُهُ تُقىً

وَهَذا جَهولٌ كَيفَ ذو الجَهلِ يَصلُحُ

Maknanya : ”Jadilah ahli fikih yang sufi sekaligus, jangan hanya salah satunya. Demi Hak Allah, saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang itu (yang hanya mempelajari ilmu fikih tapi tidak mau bertasawuf), maka hatinya keras dan tidak dapat merasakan lezatnya taqwa. Sebaliknya, orang yang itu (yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari fikih), maka ia akan bodoh, sehingga bagaimana bisa dia menjadi benar?”

Al-Mutasyaddidun di sini mengupas aneka ajaran Islam dibid’ahkan hingga disesatkan kaum wahabi di antaranya,

1. Pensifatan Allah dengan tempat
2. Memakai biji tasbih
3. Meyakini kedua orangtua Nabi di neraka
4. Tabarruk
5. Menganggap orang mati tidak tahu dan tidak sadar diziarahi
6. Tidak boleh memperbanyak jumlah zikir, wirid maupun hizb.
7. Mengharamkan perayaan Maulid
8. Tawassul kepada Nabi
9. Dll.

Semua dikupas dengan dalil-dalil dan data-data yang valid. Itu masih sebahagian banyak hal-hal lagi yang disesatkan kaum wahabi, mungkin di sesi yang berbeda saya sampaikan.

Intinya strategi menghadapi wahabi dengan penuh semangat dan manajemen yang terukur, adapun teknik yang bisa dilakukan adalah,

1. Berdoa, pada Hadits tentang wahabi berasal dari negeri Nejd yang diriwayatkan Imam Bukhari, Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam menjelaskan dalam kitabnya Fathul Baari,

ويستحب لكل أحد أن يتضرع بالدعاء عند الزلازل ونحوها

Maknanya : “Disunnahkan setiap orang untuk berdoa dengan merendahkan diri secara totalitas ketika terjadinya bencana atau goncangan dan yang seragam dengannya.”

Adapun wahabi adalah bencana bagi umat ini makanya kita dianjurkan berdoa agar umat ini selamat dari fitnah wahabi.

2. Siapkan dalil untuk membantah mereka
3. Gunakan logika umum dan khusus
4. Jika tidak tahu menjawab katakan saja saya beramal sesuai pemahaman dari kakek buyut saya yang tidak pernah ada mengharamkan dan membid’ahkan seperti yang kaum wahabi lakukan l.
5. Manfaatkan dan donasikan baik moril maupun materil bagi para da’i yang berjuang untuk memfilterisasikan paham wahabi.
6. Gunakan fasilitas media sosial baik itu Facebook, Instagram, Twitter dll untuk meluruskan paham Wahabi yang keliru itu.
7. Sering mengadakan perkumpulan dan membahas hal-hal yang disesatkan wahabi untuk mencegah generasi muda kita keliru dalam mengambil rujukan.
8. Buat aneka bantahan berupa buku, ceramah di televisi, youtube atau siaran langsung Facebook untuk menghilangkan paham wahabi di nusantara dan dunia karena paham ini sangat terbelakang, membuat ajaran Islam jadi kaku, keras dan ekstrem sehingga menjadi bahan olok-olok agama lain.
9. Sampaikan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam kasih sayang, Islam Nusantara, Islam berkebangsaan, Islam ramah, Islam toleran, Islam yang bermasyarakat, Islam yang nikmat, Islam yang lembut senikmat dan selembut es krim.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. (Ustadz Miftah Cool).

“Disampaikan di Kantor PC. Nahdlatul Ulama Medan, Jumat 28 Agustus 2020”.

Penulis : Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA (Waka/Motivator PIN Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini