Lingkup Moderasi Agama Dalam Dakwah dan Pendidikan Pada Masa Pandemi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Moderasi agama pada masa pandemic Covid-19 sangat di perbincangkan oleh banyak orang diberbagai kalangan, khususnya dalam bidang dakwah dan pendidikan. Moderasi disini bukan bersifat ekstrim tetapi lebih mengarah kemoderat. Moderat disini adalah imbang dan tidak melampaui batas keaslian atau kealamian manusia.

Moderasi agama dalam dunia dakwah disini pasti tentunya kearah agama Islam, dakwah di dalam agama Islam sangat dianjurkan tetapi tidak secara berlebihan, mengajak untuk berbuat ke hal yang positif juga tidak dengan kekerasan tetapi dengan nasehat, itulah yang dikatakan islam itu moderat. Sedangkan di dalam pendidikan juga dituntut untuk menyampaikan dan mengajarkan dengan cara saling toleransi, penuh kasih sayang dan tidak membeda-bedakan.

Pada masa pandemi Covid-19, moderasi agama dalam dakwah dan pendidikan juga harus seimbang. Di masa pandemic ini jalan dakwah dengan cara pendidikan mengupayakan program-program yang menekankan moderasi beragama. Untuk itu, semua program-program yang sudah di tetapkan oleh pihak pemerintah berjalan lancar sampai pandemi ini berakhir.

Moderasi sendiri merupakan lawan kata dari ekstrimisme dan radikalisme, dan pada saat sekarang ini sangat menjadi popular di tengah pandemi. Tidak di pungkiri dunia dakwah dan pendidikan seperti memiliki batas atau jarak yang menjadi penghambat dakwah dan pendidikan tersebut.

Islam yang dikatakan sebagai agama moderat tidak menuntut untuk menjadi ekstrim, tetapi lebih mengarah untuk tidak memandang perbedaan dari segi agama. Di dunia pendidikan sediri masih menerapkan empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together. Nah di masa pandemic ini empat pilar tersebut masih bisa di terapkan dengan tidak memaksa untuk harus mecapai batasnya, tetapi semampunya, karena di dalam agama Islam sendiri Allah tidak membebani umatnya dan mengerjakan sesuai kemampuannya.

Dakwah sendiri dapat di rasakan oleh banyak kalangan, pendidikan juga bias menjadi dakwah untuk menjadi sumber utama mengajak seseorang kearah yang positif. Dakwah islam sendiri harus bias menguatkan pandangan islam moderat di kalangan milenial maupun di kalangan yang lainnya. Dengan banyaknya da’i muda yang menyebarkan islam moderat, di harapkan juga generasi muda dan tua terus tertarik dan terus mendalami keberadaan agama yang moderat dan damai.

Karena, dakwah itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik.”Dakwah never ending, perintah Alquran juga begitu,” kata Juraidi. DalamAlquran disebutkan, “Orang beriman, berimanlah!”. Perintah ini bertarti bahwa kita harus selalu disuruh bergerak. Yaitu, bahwa tugas dakwah harus selalu bergerak. Meski dakwah harus terus bergerak, namun Juraidi berpesan tetap dakwah itu harus dipikirkan metodenya. Salah satunya adalah memikirkan dakwah yang efektif.

Para da’i atau pegiat dakwah harus diberitahu tentang teknologi informasi. Misalnya, pelatihan untuk membuat film-film pendek yang bersifat dakwah. karena, ini bisa menarik kalangan milenial untuk menandingi konten-konten yang kurang positif. Sedangkan anggota Baznas dan Ketua IKADI Pusat, Prof Dr KH Achmad Satori Ismail mengatakan, di era new normal ini, seharusnya dakwah bisa lebih digencarkan lagi.

Di mana, tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat Islam yang indah, damai, dan tidak saling memusuhi.Dan, ciri dakwah yang berhasil menurut Kiai Satori adalah dakwah menciptakan generasi muslim yang baik yang bisa mengamalkan ajaran Islam dengan baik. Kemudian, mewujudkan pribadi muslim yang saling saling tolong menolong dalam kebersamaan.

Oleh: Kelompok KKN UIN-SU DR 35

- Advertisement -

Berita Terkini