Aku Online Maka Aku Ada

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Banyak temanku bertanya di mana aku selama dua bulan belakangan ini. Aku tidak tahu sebab pertanyaan itu muncul. Sebagian di antara mereka menduga kalau aku meninggal karena terkena virus yang menakuti dunia hingga saat ini. Sebagiannya lagi menduga aku meninggal akibat kesukaanku mengkritik oknum-oknum atau pun lembaga-lembaga yang menurutku tidak pada kebenaran.

Tapi, masih ada sebagian kecil yang mengetahui aku sedang berada di mana, menuntaskan rindu pada keluarga, menyambut Ramadhan yang penuh berkah, merayakan Idul Fitri yang penuh suci, dan bersua riang dengan orang-orang di tempat masa kecilku.

Duga-dugaan itu menurutku wajar saja muncul karena sebab; Pertama, sebelum aku tidak terlihat di Medan, aku masih nongkrong bersama teman-teman berbagai level, menikmati malam dengan segelas kopi dan sepiring pembicaraan yang lezat. Pembicaraan yang kadang menguras pikiran dan kadang membuat perut sakit karena tidak bisa menawan candaan teman-temanku.

Sebab kedua, di Medan sebelum aku tidak terlihat–menghilang, terlihat masih sering berceloteh di forum-forum diskusi formal, ngobrol-ngobrol pintar, ngobrol-ngobrol bodo, ngobrol-ngobrol santai, sampai ngobrol-ngobrol asmara, dan sebagainya.

Sebab ketiga, tulisan-tulisanku jarang terlihat di beberapa media online maupun cetak yang ada di Medan. Di Blog tempatku biasa menulis pun aku absen. Kata teman-teman, mereka ingin sekali membaca tulisan-tulisanku saat itu terkait menanggapi realitas kehidupan di tengah-tengah Pandemi Covid-19. Ah, aku rasa mereka mengumbang.

Sebab yang terakhir, keempat, dan ini yang paling besar faktor dugaannya, aku menghilang dari media sosial online. Yang mencariku pada sebab keempat ini jauh lebih luas, bukan hanya teman-teman di Medan, tapi di berbagai tempat di mana teman-temanku berada. Hal itu wajar, karena memang sebelumnya media sosial online-ku memang selalu aktif. Baik itu Instagram, Facebook, WhatsApp dan aku masih aktif menulis di Wattpad. Nah, aku sangat tertarik menanggapi atau sekedar memberi komentar pada sebab yang terakhir ini.

Setelah sekitar satu minggu atau dua minggu sehabis lebaran Idul Fitri, aku tidak ingat secara pastinya, aku pernah meng-upload foto di Instagram. Nah, saat aku meng-upload-nya, dengan sekejap teman-teman di Instagram langsung memberi komentar terkait kehadiranku kembali di dunia medsos online. Kalau tidak salah ada sekitar seribu dikurang sembilan ratus sembilan puluh orang yang mengomentari fotoku dan memberi like sekitar dua ratus orang lebih. Inbox yang masuk pun entah berapa aku tak ingat. Aku sengaja tidak membuka inboxnya, karena tidak ingin lama-lama memegang android teman yang kupinjam membuka Instagram.

Aku Online Maka Aku Ada
Net/Ilustrasi

Selanjutnya, sesampai aku di Medan, di minggu kedua bulan Juni kemarin, aku bertemu dengan beberapa teman di Medan kemudian mereka mengajak nongkrong seperti biasa, pastinya masih menggunakan masker. Nah aku merasa terkejut saat mereka mengatakan mereka pikir aku sudah tidak ada karena tidak pernah nampak di medsos online.

Saat itu pikiranku jauh sekali melayang mengingat perkataan Mbah Rene Descartes, jika dalam bahasa kita Mbah Descartes berkata, “Aku berpikir maka aku ada.” Keberadaan manusia menurutnya dapat dibuktikan secara pasti karena pikiran. Dan ini perkataan yang tidak dapat disangkal lagi dengan segala macam teori keraguan. Menurutku sih seperti itu, atau aku yang salah tafsir ya?

Bukan hanya perkataan Mbah Descartes, tapi saat itu aku mengingat kembali perkataan Bang Albert Camus juga. Jika dalam bahasa kita ia berkata begini, “Aku membrontak maka aku ada.” Jadi, keberadaan manusia itu ada karena ada perlawanan atas penindasan. Jika tidak ada perlawanan maka manusia bisa punah akibat penindasan orang-orang zalim. Benar gak sih?

Perkataan Mbah Descartes begitu sangat soft, sedangkan perkataan Bang Camus begitu frontal. Kalau diminta kesetujuan, aku setuju dua-duanya. Pertama setuju dalam konteks filsafat yang mematahkan keragu-raguan, dan yang kedua menegaskan bahwa kita manusia perlu memberontak atau melawan kejahatan.

Nah, karena teman-teman menganggapku tak ada lagi karena sempat menghilang di medsos online, aku pun menarik kata dalam hati, “Aku online maka aku ada.” Aku pikir kata-kataku dalam hati itu bukan yang pertama keluar dariku. Aku yakin kids zaman now sering mengungkapkan hal yang sama. Karena keberadaan saat ini ditentukan dengan hadir di medsos online; update status, upload foto, dan live streaming. Jika salah satu syarat itu terpenuhi maka kita pun akan terlihat selalu hidup. Bahkan yang mati pun banyak yang menjadikannya update status atau story medsos online, dan buat live streaming saat mau bunuh diri.

Jadi apa maksud dari tulisan ini? Aku juga tidak tahu. Yang pasti aku hanya mengakatan kita selalu ada tanpa perlu media. Kita semua ada dalam persahabatan dan persaudaraan. Dan aku ada karena aku menulis.

Salam hangat buat semuanya, semoga kondisi dunia, negara kita semakin membaik, sehingga kita kembali lagi dapat kongkow-kongkow berceloteh banyak hal. Berceloteh dari yang dapat menguras pikiran sampai menguras kantong.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).

- Advertisement -

Berita Terkini