Wisata Sejarah, Megalitikum Batu Gajah Simalungun

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Simalungun – Pernah melihat relief patung batu gajah seukuran bus travel? Istilah keseharian di sebut bus ¾. Sungguh besar bukan? Uniknya lagi relief patung Gajah tersebut berdiri gagah panjang 150 cm, lebar 45 cm dan tinggi 330 cm menghadap ke timur, yang lagi-lagi sungguh luar biasa, berdiri di atas batu raksasa menyerupai kapal yang tingginya sekitar 10  meter, lebar 8 meter dan panjangnya sekitar 80 meter dan mengarah ke timur.

Seolah-olah memberikan makna tersirat sebuah pelayaran kehidupan nan panjang sekaligus menantang, namun memberikan sebuah harapan bahwa sekalipun hidup penuh ombak dan riak penderitaan, tapi semuanya pada akhirnya akan bercahaya seperti mentari yang terbit dari timur.

Peninggalan megalitik nan misterius di sebut dengan Batu Gajah. Peninggalan yang sepertinya memiliki pengaruh corak Hindu-Buddha yang telah diteliti oleh tim arkeologi  yang diperkirakan berasal dari abad 5 Masehi. Artinya, situs megalitik ini telah bertahan lebih dari 2000 tahun! Situs ini berada di Dusun Pamatang Desa Nagori Dolok, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun yang diapit dua aliran sungai, Bah Kisat dan Bah Sipinggan.

Pada masa Kerajaan Nagur yang merupakan suatu kerajaan kuno (ancient kingdom) yang pernah berdiri di Sumatera Utara sebagai awal dimulainya periode sejarah di kalangan masyarakat Batak Timur yang sering disebut orang Hataran atau Simalungun. Keturunannya di sebut dengan marga Damanik, kompleks ini menjadi tempat pelaksanaan upacara pemujaan roh leluhur.

Untuk mempermudah menuju setiap undakan maka dibuatlah tangga, bentuk-bentuk binatang tertentu memiliki makna simbolik masing-masing. Sedangkan ceruk-ceruk di dinding dan sekitar batu agasan diperkirakan merupakan tempat peletakan sesaji atau persembahan. Jenis-jenis binatang yang dipahatkan adalah binatang yang hidup di daerah sekitar situs, yaitu gajah, harimau, dan ular. Bangunan berundak terdiri dari unsur pahatan di atas permukaan batu berupa relief, patung, dan kubur. Di lokasi yang sama terdapat juga situs Batu katak, batu Ulog, batu Losung, dan batu Karang yang seluruhnya berjumlah 1 buah.

Karena itu, ketika anda akan berkunjung dan tiba di lokasi tersebut, akan terasa aura mistis yang di temani suara alam aliran sungai, suara burung-burung dan hembusan angin bukit yang sejuk menerpa di kaki, jemari, dan wajah.

Jika anda ingin menikmati pemandangan nan elok indah di bawah lazuardi hutan rimba, anda cukup mendaki batu besar tersebut keatas sekitar ratusan langkah. Dan, anda akan berada di belakang batu gajah besar siap, melihat mentari menyusup menghangatkan tubuh sekaligus di temani udara dingin memandang hutan, pohon pinus, aliran sungai. Menghirup udara segar sehingga imajinasi anda akan bersyukur akan hidup. Bersiap menghadapi tantangan hidup  kembali, seperti Gajah menatap matahari, berlayar dan melangkah optimis menciptakan karya bagi negeri Khatulistiwa : Nusantara yang tercinta.

Secara administratif, Cagar Alam Batu Gajah terletak di Dusun Pematang Desa Negeri Dolok, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai cagar alam sejak zaman penjajahan Belanda dengan diterbitkannya Zelfbestuur Besluit 1924 No. 24 tanggal 16 April 1924. Pada tanggal 27 Desember 1982, pemerintah Indonesia, menetapkannya sebagai cagar budaya berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 923/Kpts/Um/12/82.

Sayangnya, infrastruktur jalan menuju situs sejarah megalitik tersebut, melalui desa Pematang, masih kurang baik dan masih jalan berbatu. Jika hujan, semakin parah karena berlubang dan tidak terurus. Salah seorang penduduk yang juga bisa anda ajak sebagai pemandu jalan, bernama Bery Manurung, mengatakan, sudah lama jalan tersebut rusak.

Padahal jika saja ada perbaikan melalui dana desa dan di dukung dengan informasi seperti web, media daring, media sosial , penunjuk arah serta penginapan, cafe ataupun kedai tradisional, pagelaran musik ataupun budaya. akan banyak lagi yang berkunjung ke situs nan eksotis tersebut. Apalagi, situs tersebut sangat langka karena sudah ada sejak abad ke- 5 Masehi dan menyimpan sejarah kerajaan Batak. Luar biasa, bukan?

Selain itu tentu saja, dengan jalan yang mulus, akan menggenjot kedatangan pengunjung, sehingga gairah ekonomi warga juga akan bertumbuh dari souvenir ataupun makanan dan minuman. Khusus, minuman, tanaman kopi masih banyak menjadi komoditas di ladang para penduduk desa, sehingga jika di kelola dari hulu ke hilir, bukan tidak mungkin potensi wisata kuliner juga akan berkembang. Belum lagi, potensi wisata lain, seperti arum jeram, budaya tradisional, hutan alam, perbukitan,  perkemahan, dan masih banyak lagi yang bisa di kembangkan, jika memang pemerintah daerah terkait serius ingin mensejahterahkan penduduknya, yang sayangnya saat ini di daerah tersebut masih terlihat belum terlalu sejahtera dan kurang produktif.

Untuk bisa mengunjungi lokasi Batu Gajah tersebut, jika anda dari Kota Medan, anda harus ke Tiga Dolok (138 KM). Mengendarai mobil sekitar 2 jam 41 Menit dan motor  3 Jam 12 Menit. Sedangkan naik bus umum ongkos berkisar antara 30 ribu hingga 35 ribu.

Sedangkan jika anda dari Bandara Kualanamu, jarak Kualanamu Internasional Airport ke Tiga Dolok sekitar 129 KM. Ongkosnya juga tidak jauh beda. Anda silahkan turun di simpang Tiga, di Tugu Patung Perjuangan, yang juga dekat dengan wisma Batu Gajah, yang sayangnya belum bisa di jadikan tempat penginapan karena masih dalam tahap perbaikan. Dari simpang tersebut anda dapat berjalan sekitar 2 KM  melalui desa Pematang menuju situs tersebut.

Menariknya, jika anda telah menapaki situs Batu Gajah, anda dapat melanjutkan menuju Toba, anda hanya butuh waktu sekitar 30 menit. Jadi, sekali merengkuh dayung, pengalaman berganda anda akan dapatkan tanpa harus menguras kantong.

- Advertisement -

Berita Terkini