Media Dakwah Walisongo

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’aa – yad’u – da’watan yang artinya mengajak atau menyeru.

Syekh Ali Mahfudz dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” menyebutkan bahwa dakwah adalah mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan mencegah manusia untuk berbuat kemungkaran agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktivitas yang mempunyai tujuan mengajak manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Ajakan tersebut dilakukan agar manusia tidak terjerumus atau tersesat ke jalan yang salah.

Pada dasarnya manusia memiliki dua sifat, yaitu baik dan buruk. Dengan adanya dakwah, dapat menuntun manusia untuk berbuat lebih baik dan meninggalkan kebiasaan yang buruk. Hal ini dilakukan agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sejarah dakwah melalui penyebaran agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran Walisongo.

Dalam menyebarkan agama Islam, banyak metode yang dapat digunakan seperti lisan, tulisan, atau melalui seni dan budaya.

Walisongo melakukan aktivitas dakwah melalui seni dan budaya karena masyarakat pada saat itu mayoritas menganut agama Hindu yang masih kental dengan adat dan budaya nenek moyangnya.

Siapapun tidak dapat mengelak atau membantah tentang bukti-bukti keberhasilan para Wali Songo ketika berdakwah menyiarkan agama Islam di bumi nusantara.

Keberhasilan para Wali tak terlepas dari metode yang dipergunakan pada saat itu, yaitu menggunakan media kesenian.

Adapun media seni tersebut antara lain, gamelan, berbagai upacara, pertunjukan wayang ataupun menciptakan bentuk tembang (nyanyian).

Untuk tembang mula-mula dipakai sebagai media untuk memuji Allah SWT (pujian keagamaan), di surau-surau atau mushola-mushola sebelum di dirikan shalat wajib. Tembang tersebut berbahasa Jawa, penuh sentuhan lembut dan membawa kesahduan pada jiwa.

Tembang yang digunakan para Walisongo tersebut dinamakan tembang Macapat. Tembang mocopat, selain berisi pujian kepada Tuhan Pencipta alam semesta juga berisi tentang ajaran, anjuran, serta ajakan untuk mencintai ilmu pengetahuan, ajakan untuk bersama-sama membenahi kerusakan moral dan budi pekerti, mencari hakekat kebenaran serta membentuk manusia ber-kepribadian dan ber-budaya.

Poedjasoebroto (1978: 194-207) mendefinisikan tembang Macapat sebagai wawasan atau dakwah kehidupan.

Menarik dari arti kata tembang yang karangan bunga yang harum, dan Macapat terdiri dari suku kata ma, ca dan pat.

Dalam ilmu jarwadhosok (otak-atik) suku kata itu menjadi iman, panca dan pathokan. Artinya rukun Iman dan Islam sebagai pedoman kehidupan. Sehingga dakwah Walisanga yang mengunakan tembang Macapat selalu identik seperti menabur bunga yang harum, yang meniadakan kemungkaran.

Melalui tembang Macapat setiap hati manusia diketuk untuk lebih mendalami serta memahami tentang makna hidup. Lebih dalam lagi, syair-syair yang terkandung dalam tembang Macapat merupakan manifestasi hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta ketergantungan manusia kepada Sang Penguasa Alam Semesta.

Bersambung…

Penulis : Hindun Shalihah

 

- Advertisement -

Berita Terkini