Respons Orang Tua Saat Anak Terekspos Konten Pornografi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Menurut Elizabeth Schroeder, direktur eksekutif Answer, sebuah organisaai nasional pendidikan seksual Universitar Rudgers, melalui New York Times mengatakan, “Anak anda akan mencari konten porno pada suatu saat nanti. Hal ini tidak terhindarkan”.

Terlebih di era digital sekarang ini, kesempatan dan akses konten porno makin luas. Sebagian orang tua menerapkan batasan ketat keamanan dan penggunaan perangkat digital pada anak-anaknya, sebagian lagi membiarkan anak tahu dan membicarakannya dengan bebas.

Dilihat dari kaca mata Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosiologi), ini merupakan titik awal dimulainya suatu perubahan sosial. Ada dua teori perubahan sosial dalam sosiologi, pertama, proses perubahan yang dimulai pada diri manusia secara individual (perorangan), kemudian dilanjutkan perubahan sosial pada level masyarakat dan kemudian diakhiri pada proses perubahan pada level sistem sain dan teknologi dan kedua, proses perubahan sosial yang dimulai dari perubahan sistem sain dan teknologi, kemudian merambat pada perubahan level masyarakat, dan diakhiri perubahan pada level individual.

Memahami permasalahan yang terjadi anak-anak akan mulai tergiur pada konten porno baik disengaja maupun tidak disengaja pada usia rata-rata 11 tahun, sebab pada umur tersebut adalah awal masa pubertas pada remaja. Pada usia ini pula anak akan lebih sensitif mengenai pornografi menjadikan anak tersebut mulai mengekspos dunia pornografi di dunia maya.

Namun, banyak juga orang tua yang masih bingung menghadapi situasi semacam ini. Pada umumnya, orang tua akan cemas, khawatir, bahkan marah jika mengetahui anaknya mengakses konten porno. Bahkan sangat disayangkan sebagian orang tua tidak peduli dan ada juga membebaskan anaknya memilih apa yang ia sukai tanpa adanya pengawasan orang tua secara efektif. Akibatnya anak tersebut akan terjerumus oleh hal-hal yang tidak diinginkan membuat aib dalam keluarga dan lebih ngerinya akan menjadi aib di masyarakat.

Masalah ini juga telah disinggung dalam QS. At Tahrim [66]:6 yang artinya Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjagannya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At Tahrim [66]:6).

Ibnu Abbas menafsirkan dengan “Beramalah kamu taat kepada Allah dan takutlah kamu akan maksiat kepada-Nya dan perintahkanlah keluargamu dengan mengingat Allah, niscaya Allah akan melepaskan kamu dari api neraka”. Sedangkan menurut Sayyidina ‘Ali Karamallāhu-wajhah, “Ajarkan dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka”. Begitulah cara menghindarkan mereka dari api neraka.

Menanggapi hal ini kuncinya ialah mari memulai percakapan dengan tenang, meskipun orang tua tahu anaknya telah terekspos pornografi. Respons marah dan berlebihan justru akan menimbulkan efek trauma pada anak dan bahkan akan menyulitkan keadaan. Kenapa? Karena jika orang tua telah menanggapi sikap anaknya secara overabundance maka orang tua akan terus menerus menilai anak tersebut sudah kehilangan keunggulan dan berakhir kepada mendjustifikasikannya menjadi anak yang memiliki masa depan buruk.

Langkah awal yang dapat kita lakukan untuk menghindari tereksposnya anak kekonten poprnografi ialah untuk usia tersebut anak-anak berada di tahap remaja bicarakan mengenai seksual dibarengi dengan diskusi mengenai seksualitas dan keamanan berinternet. Selain itu, sesuaikan gaya bahasa dan penggunaan istilah sesuai usia anak, dan yakinkan mereka agar mereka nyaman bercerita atau bertanya kepada orang tuanya mengenai seks.

Selanjutnya, jelaskan mengenai pornografi itu sendiri. Penjelasan pornografi ke anak-anak sesuai umur dapat dilakukan agar anak memiliki gambar yang jelas. Mengutip Netnannya, saat anak mengakses pornografi melalui perangkat digital di rumah, sampaikan permohonan maaf jika konten tersebut sampai kepada mereka, bahwa konten tersebut diperuntukkan untuk orang dewasa dan bukan anak-anak.

Menangani permasalahan semacam ini memang cukup sulit, namun dengan penanganan yang tepat, orang tua dapat memastikan keamanan anak terhadap konten-konten pornografi.

Respon orang tua dalam menanggapi permasalahan ini tidak lari dalam pengawasan kita dalam memelihara keluarga, memberi bekal anak dengan bantuan ajaran agama, memberi waktu untuk qualty time akan membantu kita dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera. Jika kita mampu mengajarkan anak dengan baik maka permasalahan yang sedang memanas dimasa ini tidak akan terjerumus.

Penulis: Haya Mumtazah dan Yusnidar

- Advertisement -

Berita Terkini