Seminar Internasional Islam Transitif, Dari Sosialisme Islam ke Total Produksi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – TGS Prof Dr. H. Saidurrahman, M.Ag., menyatakan sudah saatnya sosialisme Islam itu digerakkan menuju gerakan total produksi, sebab, aspek sosial inilah yang menjadikan Islam mampu menapak peradaban dan membuat salah satu peradaban terbaik dunia.

Sebaliknya, kemunduran peradaban Islam adalah menjadikan agama ini lebih pada ritualitas ketimbang gerakan sosial yakni untuk memakmurkan bumi.

Selanjutnya gerakan sosial Islam harus mampu menghasilkan gerakan produksi atau yang disebut dengan Total Produksi, Total Produksi dapat berarti berada pada tahapan proses atau juga hasil.

“Oleh karena itu, Islam transitif sebagaimana yang digagas Dr. Ansari ingin menegaskan akan keseimbangan dunia dengan akhirat dengan cara memproduksi, menghargai dan mendistribusi keselamatan, keamanan, kedamaian adalah sebuah keniscayaan,” ujar Rektor UIN Sumut TGS. Prof. Dr. H. Saidurrahman, M.Ag., pada acara Seminar Internasional Islam Transitif, kemarin di Hotel Garuda Plaza Medan.

Dijelaskan Rektor UIN Sumut yang juga sekaligus Koordibator Kopertais Wil IX Sumatera Utara, bahwa Total Produksi adalah cara untuk memperoleh kebahagiaan dan kenyamanan tidak boleh hanya dinikmati sendiri namun juga bagi semua orang. “Nabi Muhammad berpesan sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia,” ujarnya.

Pada tahapan selanjutnya, jika sosialisme Islam adalah konsep besar yang menjadi misi Islam itu sendiri, dalam Islam transitif, konsep itu diejewantahkan dalam bentuk gerakan yang bersifat kolaboratif untuk menyatukan nilai nilai universal yang dapat diterima semua warna kulit dan bangsa.

Sedangkan misi besar Islam dengan cara tolong menolong seperti sebuah orkestra yang mana setiap pemain dengan berbagai macam alat musik bergerak sesuai dengan peran masing-masing tanpa ada yang merasa tertinggal atau tersinggung demi untuk melahirkan sebuah nada yang indah, damai dan inspiratif. Pada akhirnya, disampaikan Saidurrahman, pengejawantahan Islam untuk memakmurkan bumi (wasta’marakum fiha) dalam berbagai bentuk misi, teori dan aplikasi adalah hal yang harus terus dilakukan. Tidak ada satu detik dan satu jengkal tanahpun yang boleh terlewatkan tanpa seseorang secara sadar mengemban amanah sebagai khalifah. Fungsi kekhalifahan itulah yang membuatkan harus terus bergerak secara total untuk memproduksi kebaikan kebaikan.

Imam Mazhab Islam Transitif Dr. Ansari Yamamah, MA., pada kesempatan itu menegaskan, bahwa di era digitalisasi ini kita harus bisa menciotakan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang, baik dibidang sains dan tekhnologi, pendidikan, ekonimi, politik dan lainnya.

“Sehingga peradaban itu akan bisa kita ciptakan dengan gerakan total produksi. “Tanpa itu maka kita akan selalu tertinggal,” ujar Ansari Yamamah.

Ketua Panitia Seminar Internasional Suasana Nikmat Ginting, MA., menyampaikan bahwa Seminar Internasional ini dilakukan secara bersama dengan 14 Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Sumut.

Kegiatan ini juga mengumpulkan para penulis yang memberikan tulisan dan solusinya diberbagai bidang kajian. Sehingga diharapkan gerakan ini menjadi secercah sinar dalam menjawab berbagai persoalan dan tantangan dalam menghadapi era industri 4.0.

Pemateri dalam seminar ini menghadirkan narasumber dari India, Dr. Muhjibul Hasan Siddiqul, Brunei Darussalam, Prof. Dr. Sri Rahayu By Haji Dollah dari Malaysia Prof. Dr. Mohd. Roslan Mohd Nor dengan judul paper, Gerakan Radikal Islam di Malaysia dan kesannya terhadap Imej Agama Rahmah: Diskusi Berdasarkan Gagasan Islam Transitif, serta dari UIN Syarif Hidayatullah Dr. Jamaluddin Muslimin. Sedangkan pesertanya dari berbagai elemen dan seluruh perguruan tinggi se- Sumatera Utara. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini