Budak Gadget

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Era digital adalah suatu keniscayaan. Pada saat ini siapa yang tidak mengenal gadget, semuanya tahu apa itu gadget. Demam gadget memang sudah melanda berbagai kalangan saat ini, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua sekalipun, baik kaya ataupun miskin. Pejabat ataupun tukang pemulung.

Era digital ini ditandai dengan lemahnya interaksi sosial antar sesama, istilahnya “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.” Interaksi sosial yang harusnya dapat terjalin dengan ramah kini manusia seperti zombie, apapun kegiatannya pasti gadget ada ditangan, baik sedang menunggu bus di halte, sedang di stasiun kereta, nongkrong dengan teman, di dalam angkutan umum, dan ditempat ataupun kondisi lainnya, bahkan yang lebih parah kita bisa membawa gadget ke dalam kamar mandi saat sedang maaf Buang air.

Inilah fenomena yang terjadi, suatu keniscayaan yang tak bisa tutup mata melihatnya. Saya rasa tidak perlu menjelaskan lagi apa dampak positif ataupun dampak negatif dari penggunaan gadget, semua dari kita sudah mengetahuinya. Dan kita pun sadar bahwa terkadang dampak negatif dari penggunaan gadget lebih besar daripada dampak positifnya. Tapi kita hanya paham dan tidak sadar. Kesadaran adalah salah satu tolok ukur kebijaksanaan dalam penggunaan gadget.

Saya lebih suka menyebut “gadget mania” tersebut dengan istilah “zombie”. Mengapa zombie? Mungkin bukan hanya saya yang pernah melihat atau mengalami secara pribadi. Apakah kita pernah melihat seseorang yang berjalan di pinggir trotoar atau entah dimana sambil bermain gadget dan tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, dia hanya memandang gadget yang ada didepannya? Pasti kita pernah melihat, atau kitalah orangnya.. Bukankah itu layaknya zombie yang berjalan dengan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Lalu, bukankah kita pernah mendengar atau melihat berita di televisi atau media sosial bahwa banyak orang yang meninggal dunia hanya karena bermain gadget tidak pada tempatnya baik sedang menyetir, berjalan kaki di trotoar, dll, tentu itu adalah fenomena “zombie” yang mati setelah kematiannya. Istilah mati setelah kematiannya saya sebutkan karena dia hidup dengan menjadi budak gadget itu layaknya mati lalu dia mati dengan sebenarnya mati. Mungkin saat ini kita semua telah mati, bumi adalah kuburan terbesar yang pernah ada.

Era globalisasi dan informasi saat ini membuat kita haus akan berbagai hal. Era digital membuat kita terhanyut akan buaian fatamorgana dari sebuah gadget. Gadget berisi media sosial, games, layanan untuk searching dan sebagainya. Inilah yang membuat kita candu akan gadget. Kita bisa berkumpul dalam satu ruangan baik dengan keluarga atau teman, tapi kita mengobrol dengan orang yang ada di luar ruangan kita. Dan yang lebih parah lagi, kita memang dalam satu ruangan tapi kehangatan yang kita jalin lewat jejaring sosial bukan berkomunikasi secara langsung, ini lebih kacau.

Kita semua sepakat bahwa kita tidak boleh ketinggalan dalam keniscayaan teknologi, saya sangat sepakat. Tetapi yang seharusnya tidak kita sepakati adalah penggunaan yang berlebihan dalam pemanfaatan teknologi, dan kita seharusnya mampu menggunakan secara proporsional teknologi tersebut.

Budak Gadget
Ilustrasi

Apakah salah menggunakan teknologi secara berlebihan? Tentu sangat salah, kita berkaca dari sejarah, penggunaan teknologi nuklir secara berlebihan dan ambisius telah menghancurkan umat manusia yang ada di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, Hitler menggunakan racun yang ditempatkan di camp-camp untuk membunuh orang Yahudi, senjata api telah banyak merenggut nyawa manusia yang tidak bersalah, Zionist menggunakan bom, nuklir, senjata api, racun yang membunuh manusia tidak bersalah di perbatasan Gaza Palestina, lalu berapa banyak anak muda yang melakukan seks bebas karena menonton video porno di internet, berapa banyak wanita yang melakukan aborsi, berapa banyak rumah tangga yang hancur hanya karena media sosial.

Dan yang lebih hangat saat ini, berapa banyak berita Hoax untuk memecah belah rakyat dan bangsa Indonesia saat ini. Itu hanya sebagian kecil contoh dari banyaknya contoh penggunaan teknologi secara berlebihan.

Seharusnya kita bukanlah salah satu orang yang menjadikan gadget sebagai prioritas utama dalam hidup, tetapi seharusnya mampu bijaksana dalam menggunakan gadget tersebut. Karena fenomena yang terlihat saat ini kita sudah sangat berlebihan dalam menggunakan gadget hingga kita sudah seperti “budak gadget”.

Mungkin kita selalu mengalami hal ini, contoh kecil remaja saat ini, jika orang tua memanggil maka responsnya sangat lama dan lamban, tapi bayangkan jika dering dari HP nya berbunyi, maka dia akan berlari menuju HP nya, jika diilustrasikan apapun badai, tantangan, ombak akan dilaluinya demi mendapatkan gadgetnya, hehe… Saat bangun tidur, apa yang kita cari? Gadget. Selesai makan, apa yang kita cari? Gadget. Lalu, manakah dua hal yang lebih kita utamakan terlebih dahulu, suara adzan atau suara dering HP kita? Tidak perlu menjawabnya, kita semua tahu jawabannya.

Bersambung…

Penulis : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana jurusan Pemikiran Politik Islam UINSU dan Pegiat Literasi.

- Advertisement -

Berita Terkini