Tahun Baru (Bagian 2)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Tahun baru merupakan momentum bahwa “hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, jika tidak kita akan merugi.

Memasukkan nilai yang positif dalam peringatan tahun baru yakni dengan dilakukan secara sederhana atau berkumpul dengan keluarga.

Menjadi tugas para ulama dan pemimpin masyarakat agar perayaan tahun baru tersebut berjalan secara positif dan Indonesia sebagai masyarakat yang mayoritas Muslim tentu harus memasukkan nilai-nilai keislaman dalam peringatan tersebut.

Upaya memasukkan nilai keislaman ini bukanlah hal yang aneh dalam sejarah perkembangan Islam di Nusantara.

Tradisi non-Muslim seperti mengirim sesajen diubah menjadi tahlilan. Suku Jawa menyebut sembahyang untuk menyebut aktifitas shalat. Semuanya berlangsung mulus tanpa menimbulkan gejolak dan hasilnya adalah Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia.

Secara alamiah proses islamisasi tersebut sudah mulai berjalan. Di luar hiruk-pikuk bunyi petasan dan kembang api, kini mulai tumbuh tradisi baru dengan berdzikir di berbagai masjid yang diikuti dengan pemberian wejangan oleh para da’i sampai dengan tengah malam.

Tradisi baru inilah yang harus didorong agar semakin cepat berkembang untuk mengarahkan energi masyarakat dalam memperingati tahun baru secara positif.

Karena sifatnya yang berulang setiap tahun, maka ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya yang memiliki jejaring sampai ke level bawah bisa berkoordinasi mengajak umat untuk meramaikan masjid, mushalla, dan tempat-tempat lainnya dengan hal-hal yang positif di tahun-tahun baru selanjutnya.

Para pemimpin pemerintahan yang berasal dari berbagai latar belakang kelompok keislaman tersebut juga bisa diajak memperingati momentum ini dengan perayaan yang lebih positif yang kini sudah dimulai dilakukan di beberapa tempat.

Sebagai orang beriman kepada Allah SWT kita dituntut untuk optimis, bukan pesimis atau putus asa. Karena orang beriman menggantungkan dan memasrahkan segala kehidupannya kepada Allah SWT .

Berpijak pada landasan itu kita mesti menyambut pergantian tahun dengan gembira dan bahagia. Karena pada tahun yang baru ini banyak peluang, kesempatan, kemungkinan, dan harapan baru terbuka.

Sebagai orang beriman kepada Allah SWT kita dituntut untuk optimis, bukan pesimis atau putus asa. Karena orang beriman menggantungkan dan memasrahkan segala kehidupannya kepada Allah SWT .

Berpijak pada landasan itu kita mesti menyambut pergantian tahun dengan gembira dan bahagia. Karena pada tahun yang baru ini banyak peluang, kesempatan, kemungkinan, dan harapan baru terbuka.

Di samping kita sendiri menyongsong tahun baru dengan gembira penuh harap, kita juga menyaksikan kebahagiaan orang lain dalam menyambut tahun baru.

Di sini kita dituntut untuk ikut serta dalam perasaan gembira bersama orang lain seperti ajaran Rasulullah SAW perihal hak-hak terhadap tetangga sebagai berikut.

خاتمة : روى الطبراني في مسند الشاميين ، والخرائطي في مكارم الأخلاق عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال : أتدرون ما حق الجار ؟ إن استعان بك أعنته ، وإن استقرضك أقرضته ، وإن أصابه خير هنأته ، وإن أصابته مصيبة عزيته الحديث وله شاهد من حديث معاذ بن جبل أخرجه أبو الشيخ في الثواب ، ومن حديث معاوية بن حيدة أخرجه الطبراني في الكبير .

“Penutup, Imam At-Thabarani meriwayatkan dalam Musnad Syamiyyin dan Al-Khara’ithi dalam Makarimul Akhlaq dari Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tahukan kalian apa hak tetangga? Jika ia meminta bantuanmu, bantulah. Bila ia meminjam sesuatu padamu, pinjamkanlah. Saat ia mengalami kebahagiaan, ucapkanlah ‘selamat’. Jika ia mengalami penderitaan, hiburlah…’
(bacalah terusan hadits ini).

Hadits ini diperkuat oleh hadits lain dari Mu’adz bin Jabal yang diriwayatkan Abu Syekh dalam At-Tsawab; dan dari Mu’awiyah bin Haidah yang diriwayatkan At-Thabarani dalam Al-Kabir.”

Lalu bagaimana dengan pengucapan “Selamat tahun baru”, “Happy new year”, atau pengucapan lainnya yang semakna dengan itu?

Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam kumpulan fatwanya perihal pengucapan “Selamat hari raya Idul Fithri atau Idul Adha”, “Selamat bulan baru”, atau “Selamat tahun baru”.

قال القمولي في الجواهر : لم أر لأصحابنا كلاماً في التهنئة بالعيدين ، والأعوام ، والأشهر كما يفعله الناس ، ورأيت فيما نقل من فوائد الشيخ زكي الدين عبد العظيم المنذري أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة انتهى ، ونقله الشرف الغزي في شرح المنهاج ولم يزد عليه .

“Al-Qamuli dalam Al-Jawahir mengatakan, ‘Aku tidak menemukan banyak pendapat kawan-kawan dari Madzhab Syafi’i ini perihal ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ucapan selamat pergantian tahun dan pergantian bulan seperti yang dilakukan oleh banyak orang sekarang. Hanya saja aku dapat riwayat yang dikutip dari Syekh Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri bahwa Al-Hafizh Abul Hasan Al-Maqdisi pernah ditanya perihal ucapan selamat bulan baru atau selamat tahun baru. Apakah hukumnya bid’ah atau tidak? Ia menjawab, banyak orang selalu berbeda pandangan masalah ini. Tetapi bagi saya, ucapan selamat seperti itu mubah, bukan sunah dan juga bukan bid’ah.’ Pendapat ini dikutip tanpa penambahan keterangan oleh Syaraf Al-Ghazzi dalam Syarhul Minhaj,”
(Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawi fil Fiqh wa Ulumit Tafsir wal hadits wal Ushul wan Nahwi wal I‘rabi wa Sa’iril Funun, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, Libanon, 1982 M/1402 H, juz 1, halaman 83).

Islam tidak memberikan larangan pengucapan “Selamat hari raya Idul Fithri” atau “Selamat tahun baru”. Karena memang tidak ada perintah atau larangan secara spesifik perihal ini.

Pergantian tahun memang patut disyukuri. Keterbukaan kesempatan dan harapan baru dengan datangnya tahun baru patut disongsong dengan rasa syukur.

Ada baiknya di tengah pergantian tahun kita berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan di tahun baru ini dan dijauhkan dari segala petaka yang ada di dalamnya.

Tidak salah juga kalau kita berbagi kebahagiaan dengan menyantuni orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan, menjenguk tetangga yang terbaring sakit, atau menggelar aksi amal lainnya.

Sebagai penutup, marilah kita berdoa bersama;

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَاَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

“Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam (belas kasihan dan kesejahteraan) kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat Beliau.”

Semoga pada tahun ini agar terhindar (terjaga) dari godaan syetan dan semua temannya serta bala tentara (pasukannya), dan (kami mohon) pertolongan dari godaan nafsu yang selalu memerintahkan (mendorong) berbuat kejahatan, serta (kami mohon) agar kami disibukkan dengan segala yang mendekatkan diriku kepada-Mu dengan sedekat-dekatnya. Aamiin.

Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.
??☕

#Ngaji
#BersamaMawar

Penulis adalah Hindun Shalihah

- Advertisement -

Berita Terkini