Benarkah 2020 Tahun Baru?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Beberapa hari ini jutaan umat manusia sudah membuat rencana kegiatan menyambut tahun 2020. Ada yang telah berencana merayakannya dengan naik gunung, ke pantai dan beragam tempat wisata lainnya. Tidak sedikit juga akan terlihat nanti budaya-budaya atau kebiasaan menyambut tahun 2020.

Tahun ini (2020) dikatakan tahun baru, nanti tahun 2021 akan dikatakan lagi tahun baru, 2022, 2023, dan tahun-tahun seterusnya akan dikatakan tahun baru serta dirayakan dengan ria dengan berbagai macam tradisi-tradisi.

Pertanyaannya, benarkah tahun 2020 hingga selanjutnya tahun baru?

Menurut saya tidak. Mengapa demikian? Karena tahun 2020 telah diciptakan dan telah lama ada. Milliaran tahun lalu saat penciptaan alam semesta oleh Sang Maha Pencipta, setelah ledakan besar terjadi, masa-masa yang kita sebut hari ini seperti tahun, sudah ada. Ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun pun telah ada, bahkan akhir dari masa atau tahun ini pun sudah dipastikan ada oleh Sang Maha Pencipta. Artinya, ia (masa/tahun) bukan sesuatu yang baru.

Jadi jika begitu, mengapa ada tahun baru yang diisi dengan berbagai upacara atau tradisi?

Jawabannya adalah tidak lain dan tidak bukan adalah untuk kepentingan dan keuntungan suatu kelompok pada asal mulanya. Ummat manusia digiring pada sesuatu hal yang bisa menguntungkan beberapa kelompok. Lihat saja percayakan yang disebut tahun baru ini, siapa yang diuntungkan?

Tapi, saya tidak ingin membahas ke arah itu. Saya hanya fokus membahas bahwa benarkah tahun 2020 hingga tahun-tahun selanjutnya adalah tahun baru?

Kembali lagi pada pembicaraan tentang penciptaan dunia ini. Semenjak diciptakannya alam semesta ini, ia akan bergerak pada ujung dari pada atau ujung waktu alam dunia ini. Tahun tidak akan berputar seperti jam dari angka 12 kembali ke angka 12 begitu seterusnya ia berputar.

Tahun dunia ini akan berujung pada masa di mana tidak ada sejarah, dan dalam ajaran agama kita disebut kiamat atau hari akhirat. Di mana tidak ada lagi masa sejarah dan tidak akan berujung lagi.

Jika terjadi pembelaan, kan tahun pergantian? Maka kita jawab tidak. Tahun atau masa tidak pernah berganti, tapi berjalan. Hanya saja manusia sering menggantikannya dengan numerik dan berdasarkan perjalanan matahari atau bulan. Sekali lagi kita tekankan perjalanan matahari atau bulan mengelilingi bumi. Bukan bumi yang mengelilingi matahari. Yang mengatakan bumi yang mengelilingi matahari adalah asumsi.

Tahun 2020 dan tahun-tahun selanjutnya sudah ada sebelum kita ada, jadi bukan hal baru apapalagi tahun baru yang seolah-olah baru diciptakan.

Yang paling anehnya lagi, tradisi menyambut yang katanya tahun baru sering berlebihan, bahkan merayakannya dengan berbagai pesta-pora, seperti pesta seks, main judi besar-besaran, dan macam tradisi buruk lainnya. Bahkan tidak sedikit duit keluar secara mubazir demi merayakan yang katanya tahun baru. Perjalan sirkulasi tahun baru ini pun sangat menguntungkan banker-banker.

Jika kita kembali membaca sejarah, tradisi menyambut yang katanya tahun baru adalah tradisi penyembahan terhadap dewa-dewa mitologi. Tradisinya pun penuh dengan pesta-pora, tidak jauh beda dengan apa yang akan kita lihat di lingkungan kita ketika merayakannya. Aneh memang.

Bahkan ada hal yang paling lucu, yang kadang membuat saya tertawa dalam hati dan tersungging senyuman, yaitu ada orang sedih jika tak bisa ikut merayakan yang katanya tahun baru itu. Dan yang paling kita miriskan adalah ada orang yang merusak-rusak dirinya di yang katanya tahun baru.

Jadi, tidak ada tahun-tahun baru. Setiap tahun telah ada terlebih dahulu. Dan tahun-tahun tidak perlu harus disambut dengan ria tanpa ada perubahan atau evaluasi terhadap diri. Tahun 2020 adalah tahun yang telah lama ada. Sekian, mudah-mudahan dapat dipahami dan bermanfaat bagi kita semua.

Penulis : Ibnu Arsib (Penggiat Literasi di Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini