Langkat Membuat Semangat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pagi itu sang mentari agak malu menampakkan wajahnya. Butiran embun masih betah membasahi dedaunan. Burung-burung pipit menyanyikan sebuah alunan lagu tuk merayu sang mentari supaya tak malu menampakkan wajahnya, terlebih-lebih dedaunan ingin sekali melihat wajah sang mentari. Walau sering kali sang mentari membuatnya gerah, tapi pagi itu ingin secepatnya hadir.

Nada dering alarm henfon genggam membangunkan tuannya. Henfon genggam itu memberitahu saatnya bangkit dari alam mimpi.

Ibnu, sang pemilik henfon genggam itu dengan secepat kilat membuka penglihatannya. Saatnya bangkit pergi memenuhi permintaan seorang teman yang memintanya untuk berceloteh ilmu pengetahuan tentang literasi. Kali ini Ibnu memenuhi permintaan temannya di daerah yang tak jauh dari selama ini ia menimba ilmu. Cukup satu jam Ibnu sudah sampai di tempat kegiatan untuk berceloteh ilmu pengetahuan.

Ibnu bergegas menuju Stasiun Kereta Api Medan dengan seorang driver Go-Jek yang ramah. Sepanjang perjalan menuju Stasiun Kereta Api, sang driver itu banyak menceritakan pengalamannya menjadi driver Go-Jek. Nampaknya ia sangat menikmati profesi itu karena lebih dapat membantu perekonomian untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, menyekolahkan dua orang putrinya, biaya kesehatan dan bisa menabung dibandingkan profesi lamanya sebagai pekerja honorer di salah satu perkantoran yang ada di kota Medan. Ia bercerita, tenaga dan pikirannya diperas tapi gajinya tidak sebanding dengan apa yang dikerjakannya. Gajinya hanya cukup untuk kebutuhan rumah saja, sedangkan biaya sekolah cengap-cengap ditambah lagi biaya kesehatan yang mahal.

Sepanjang perjalan sang driver secara tak langsung berucap syukur pada Tuhan dengan ada seorang yang merintis pekerjaan baru dalam dunia transfortasi online. Dengan menjadi driver Go-Jek, ia bisa mengatur waktu kapan ia kerja, tidak lagi diatur oleh manajemen kantoran yang ribet dan membosankan. Sekarang hari-harinya lebih bersemangat.

Setengah Jam di Dalam KA

Peluit Kondektur Kereta Api dan bunyi klakson mempersilahkan Kereta Api (KA) meluncur membawa Ibnu dan ratusan penumpang lainnya. Rute perjalanan yang akan dilalui oleh Ibnu terlebih dahulu naik KA dalam waktu perjalanan setengah jam menuju Stasiun Binjai-Kota Binjai. Di Stasiun ia akan dijemput oleh teman yang memintanya menjadi rekan diskusi tentang literasi.

Setengah jam perjalanan, tidak banyak hal yang dilakukannya. Rencananya menulis sebuah artikel di dalam kereta tidak mulus sebab penglihatannya belum bisa diajak berkompromi. Ide-idenya pun belum dapat diikat dengan baik karena entah apa yang ia pikirkan. Rasanya semangat hidupnya redup. Apakah entah kelelahan atau entah sebab lainnya yang tak tahu dari mana asalnya. Ia coba kembali memfokuskan diri untuk menulis. Ah, lagi-lagi idenya bubar. Padahal, siangnya ia harus membahas tentang bagaimana menulis. Agar tidak sama sekali menulis saat itu, ia menulis kata-kata singkat untuk memotivasi dirinya. Karena baginya, semangat yang hakiki itu lahir dari dalam diri sendiri.

Setengah jam di dalam KA hanya belasan kata yang bisa diikatnya dari hati dan pikirannya. Selebihnya hanya kata-kata yang melayang dibawa udara pagi yang masuk ke dalam KA lewat jendela kecil.

Langkat Membuat Semangat

Setengah jam dalam perjalan setelah meninggalkan Stasiun Kereta Api Binjai, Ibnu pun merasakan aura dan udara seorang sastrawan hebat yang tak tiada tandingannya, yaitu Tengkoe Amir Hamzah.

Udara dan aura itulah yang membuat Ibnu salah satu Ibnu bertambah semangat. Masyarakat Langkat tentu sangat bangga dengan sastrawan itu. Amir Hamzah tidak terkenal di Langkat, tapi se-Indonesia ini dan bahkan sedunia kenal namanya. Sungguh merugi kita sebagai generasi muda yang tak mengenal beliau. Tentunya kita pun menunggu akan lahirnya Amir Hamzah-Amir Hamzah baru. Berjuang dengan literasi, terkhususnya dalam bidang sastra. Perjuangan-perjuangannya melawan kolonialisme pun tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Atas jasa perjuangannya negara menganugerahinya sebagai Pahlawan Nasional.

Demikian sedikit sejarah yang bisa Ibnu renungkan sepanjang perjalanan menuju tempat acara berdiskusi. Bahkan menjadi bahan materi yang akan disampaikan pada teman-temannya.

Setelah shalat Dzuhur berjamaah di salah satu masjid yang ada di Stabat, ibu kota Kabupaten Langkat, Ibnu dan beberapa teman-temannya makan siang bersama. Sebelumnya mereka sempat minum kopi, menikmati gorengan dan berdiskusi kecil-kecilan tentang bagaimana memotivasi generasi melenial agar melek literasi sambil menunggu kedatangan teman-teman yang ingin ikut berdiskusi. Pembicaraan itu juga menjadi bagian bahan materi diskusinya.

Saat berdiskusi, memang tidak banyak yang hadir dibanding ketika ada acara makan-makan, nonton, atau acara hiburan lainnya. Akan tetapi, mereka tidak putus semangat untuk menambah wawasan keilmuan dan meningkatkan kualitas diri sebagai mahasiswa dan generasi emas Kabupaten Langkat.

Diskusi berjalan dengan khidmat dan sukses. Ibnu sebagai pemantik diskusi banyak mendapatkan pertanyaan yang harus dijawabnya. Sempat ia menjelaskan setiap peradaban tidak bisa dilepaskan dari gerakan literasi. Untuk menjadi generasi muda yang berkualitas harus melek literasi. Kondisi masyarakat saat ini membutuhkan generasi berkualitas yang dapat menyelesaikan permasalahan. Untuk itu sebelum menyelesaikan permasalahan terlebih dahulu harus mengetahui apa pokok permasalahannya. Dan kuncinya adalah melek literasi.

Setelah berdiskusi beberapa jam, teman-temannya mendapat semangat baru. Terlebih-lebih bagi Ibnu, semangatnya pulih kembali dengan total untuk tetap menggerakkan literasi di mana pun tempatnya.

Langkat, yang konon sejarahnya diambil dari nama pohon bernama pohon langkat yang sejenis pohon langsat, buahnya pahit pekat. Akan tetapi, ternyata generasi-generasi muda daerah Langkat tidak sepahit buah pohon langkat. Bahkan generasi-generasi dari Langkat berbuah manis. Bahkan Adam Malik yang pernah menjadi Wakil Presiden pernah menimba ilmu di Langkat. Tokoh-tokoh nasional dan Ulama-ulama banyak lahir dari Langkat. Itulah yang harus tetap dijaga dan dirawat oleh kita semua, terkhusus generasi-generasi muda dari Langkat.

Bicara kekayaannya, tanah Langkat mengandung sumber daya alam yang dapat menarik mata dunia dari dahulu hingga saat ini. Wisata alamnya yang sangat indah dapat menenangkan mata, hati dan pikiran. Perlu untuk Anda buktikan yang belum pernah ke Langkat.

Masyarakatnya yang majemuk dan ramah membuat kita betah. Masyarakat Langkat tiada lupa pada adab dan adat. Persaudaraan dan persahabatan akan terjalin erat di Langkat.

Bagi Ibnu sendiri, Langkat bukan hanya sekedar letak geografis. Akan tetapi, Langkat membuat semangat dan bersahabat pada saat pikiran serta hati sedang penat.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI dan Penggiat Literasi di Sumut).

- Advertisement -

Berita Terkini