Dialog Publik Deradikalisasi, Kalangan Perempuan di UIN-SU

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Anggota Komisi A, DPRD Sumut dari Fraksi PDI Perjuangan Meryl Rouli Saragih hadir sebagai pembicara dalam Dialog Publik dengan tema “Pemahaman Nasionalisme Dalam Menangkal Radikalisme Terhadap Perempuan”, Dalam Rangka memperingati Harlah Kopri yang Ke-52, PKC Kopri Provinsi Sumut, di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) pada Sabtu (7/12/2019).

Dalam pemaparannya Meryl mengatakan, Bahwa Sejarah Nasionalisme Indonesia berangkat dari kesadaran bersama akan pentingnya persatuan untuk bisa lepas dari belenggu Penjajahan, puncaknya adalah Sumpah Pemuda 1928 yang secara resmi di peringati sebagai tonggak awal lahirnya Nasionalisme dalam Bingkai NKRI,

“Kongres Pemuda 1928 harus dijadikan tonggak sejarah lahirnya nasionalisme Indonesia,” ungkap Meryl.

Lebih Jauh Meryl mengatakan bahwa Nasionalisme Indonesia adalah bentuk kesadaran setiap anak bangsa untuk mencintai Indonesia dengan melepaskan diri dari belenggu kesadaran sempit yang bersifat Kedaerahan, suku, ras dan keyakinan atau apapun serta memunculkan kesadaran penuh bahwa setiap anak bangsa mampu hidup dalam keberagaman bangsa Indonesia.

“Kita harus bersyukur karena kita memiliki Pondasi yang kuat dalam berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila sebagai landasan norma, dan bhineka tunggal ika sebagai landasan etika dalam berbangsa, sehingga semua rakyat dapat hidup secara nyaman di Negeri ini,” lanjutnya.

Ketika membahas Radikalisme Meryl mengatakan bahwa faham-faham yang kontra dengan nilai-nilai Nasionalisme yang mengacu pada persatuan Indonesia adalah faham radikalisme yang harus dilawan siapapun yang melakukannya oleh sebab itu radikalisme harus menjadi musuh bersama.

“Ya sejarah bangsa ini khan telah sama-sama kita tahu bahwa banyak pihak yang ingin Indonesia Hancur, mulai dari awal Indonesia merdeka hingga kini rongrongan tersebut selalu ada ya harus ada kesadaran bersama untuk melawannya,” tegasnya.

Khusus bagi perempuan Meryl menyatakan bahwa kaum perempuan adalah elemen yang sangat rentan terhadap Faham Radikalisme oleh sebab itu harus ada penangan serius untuk masalah ini, apalagi di era digital atau industri 4.0, faham Radikal mudah menjangkau sasaran perempuan yang hampir semua memiliki akses pada dunia maya,

“Maka dari itu perempuan harus memperkaya literasi pengetahuan tentang bahaya radikalisme sehingga mampu memfilter berbagai propaganda yang sampai di smart phonenya,” pungkasnya. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini