Pemikir Medan, Menjadi Pahlawan Masa kini

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Memperingati hari pahlawan yang Tepat pada 10 November 2019. Komunitas Pemikir Medan (Penyelamat Fakir Miskin dan Anak-Anak Terlantar) kembali melancarkan aksinya dengan turun kejalan tepatnya pada salah satu titik di pusat kota medan, Pemikir Medan pada aksinya menemukan beberapa kaum-kaum dan orang orang tidak memiliki tempat tinggal dan sudah hampir tidak menyentuh beras/nasi dalam perutnya.

“Pemikir ingin jadi Pahlawan masa kini, dimana orang-orang dan pemerintah pun tidak sanggup memikirkannya mengingat nasib-nasib orang terlantar ini membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah Khususnya dalam Hal ini,” ujar Ahmad Mulia Sembiring,

sebagai peneliti, menegaskan hal-hal yang sangat tidak terpuji mengingat kemerdekaan Indonesia berumur 74 tahun, tetapi kenyataannya tidak terasa sekali.

Ditambahkan lagi oleh Muhammad Prabudi Sitohang, yang juga menjadi bagian dalam tim peneliti pada hari ini, ujarnya sudah saatnya pemerintah menciptakan 1 lembaga khusus yang melindungi, atasnya fakir miskin dan anak-anak terlantar, sudah sangat merepotkan sepertinya tugas pemerintah untuk mengawasi dan melindungi mereka.

“Ya kalau memang tidak sanggup biar kita yang urus, karena dari pemikir medan ini ada berbagai macam profesi, salah satunya ialah profesi penegak hukum, ditambahkan lagi oleh Ahmad Mulia Sembiring, kalau kita melihat UUD 45 sudah jelas terang, nyata tertulis bahwasanya fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara, didalam pasal 34 ayat 1 UUD 1945 telah dituliskan semuanya, ya mungkin saja negara tidak bisa baca ya,” tawa Ahmad Mulia Sembiring.

Menyambut hari pahlawan, Pemikir Medan mengambil kesimpulan bahwa soal Kemiskinan dan kesejahteraan yang tertuang seluruh sila Pancasila di Indonesia Kita ini sama sekali tidak diterapkan. “Secara terang-terangan dan tegas kami menantang Pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini, menantang itu bukan karena kami melawan, tapi jika hal ini tidak terlaksana juga maka Pemikir Medan akan mengobarkan perlawanan kepada pemerintah jika masalah ini tidak terselesaikan juga,” ujar Ahmad Mulia Sembiring.

Pemikir Medan menemukan keganjalan saat penelitian berlangsung pada saat 10 November 2019 tepatnya pukul 00.30 Wib, disitu masyarakat miskin itu terpapar lemah, seperti manusia harapan lagi, ketika ditanyai mengenai harapan mereka, masyarakat terlantar itu mengatakan tidak adalagi harapan di negara ini, karena mereka, pemerintah tidak mempedulikan kami lagi.

“Mereka mempunyai anak istri yang tidak menyentuh beras ataupun nasi didalam perutnya. pada intinya pemikir akan terus berusaha untuk terus memikirkan terobosan selanjutnya terhadap nasib mereka, untuk selanjutnya akan kami sampaikan kepada ketua-ketua yang baru terpilih di DPR kota Medan,” ujar Muhammad Prabudi Sitohang,

“Pemikir Medan Punya harapan Besar, dalam penelitian ini kami mempunyai susunan organisasi yang sangat mumpuni untuk melindungi semua hak-hak orang miskin, khususnya di Kota Medan, kami tidak akan membiarkan pemerintah berprilaku Zolim, karena kalau melihat kondisi hari ini, Maka inilah salah satu bentuk kezoliman Pemerintah, Pemerintah Harus Mengamalkan amanat undang-undang dipasal 34 Ayat 1 UUD 1945, Kalau memang pemerintah masih menganggap negara ini masih negara hukum,” tandas Ahmad Mulya Sembiring. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini