Manisnya Iman

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Banyak orang di antara kita, apabila ditanya: “Apakah Anda sudah beriman?”, maka jawabannya banyak mengatakan: “Sudah.” Apabila ditanya kemudian: “Apakah Anda sudah merasakan manisnya iman itu?” ia pun mulai ragu untuk menjawab sudah. Banyak sekali memang di antara yang seperti itu. Secara pribadi, saya kadang bingung, kenapa manisnya iman itu tidak dirasakan oleh setiap orang yang mengatakan sudah percaya kepada Allah Swt. Tuhan yang Maha Pencipta segalanya? Ternyata percaya saja tidak cukup.

Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Ada tiga perkara barangsiapa yang ada padanya maka ia akan mendapatkan manisnya iman, (yaitu) hendaklah ia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai selainnya, dan hendaklah mencintai seseorang tidak mencintainya melainkan karena Allah. Dan hendaknya ia membenci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari)

Dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai umat Islam, tiga perkara tadi sudahkah ada pada diri kita? Manakah yang lebih kita cintai, diri kita atau lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya? Manakah yang lebih kita cintai, harta kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita atau lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dan mau berjihad di jalan-Nya? Kenapa kita ditekankan supaya lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada segalanya?

Saya menafsirkannya begini, jikalau kita lebih mencintai diri sendiri atau yang lainnya daripada cinta kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, maka kita akan terjerumus ke dalam kesalahan dan kesesatan. Mengapa demikian? Itu dikarenakan dalam diri kita ini ada hawa nafsu yang sangat susah dikontrol, jikalau tidak dengan tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya maka setiap manusia akan sesat. Dan apabila kita lebih mencintai diri sendiri, maka kita akan mengutamakan kepentingan pribadi kita dan keluarga kita untuk kesenangan. Sedangkan, apabila kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka sesuatu yang kita kerjakan hanya untuk kepentingan Allah dan Rasul-Nya. Kepentingan Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kepentingan bersama, jadi tidak ada ruginya untuk kita.

Mencintai seseorang karena Allah Swt adalah perkara kedua yang harus tertanam dalam diri kita, tujuannya supaya kita mendapatkan manisnya iman. Maksudnya, mencintai seseorang bukan karena unsur hawa nafsu, karena materi, jabatan dan atau karena faktor materialistik-hedonistik. Cinta yang berlandaskan materialistik-hedonistik tidak akan mendapatkan ridho dan rahmat dari-Nya. Dalam Kitab-Nya, Allah berkata, sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik menurut-Nya. Sedangkan, susuatu yang baik menurut-Nya walaupun tidak baik menurut kita, sesungguhnya itulah yang baik untuk kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita, hal ini memang sangat susah untuk diaplikasikan. Kita mesti sabar dan istiqomah untuk menjalankan-Nya. Sesungguhnya Allah terus menguji keimanan kita. Karena belum dikatakan seseorang itu beruman jikalau belum ada ujian padanya. Ujian itu dapat berbentuk kesusahan dan kesenangan. Terlena dengan kesenangan hawa nafsu tarhadap sesuatu dapat membuat kita lupa diri.

Perkara ketiga yang harus ada dalam diri kita kata Rasulullah Saw. adalah membenci kepada kekufuran. Bencinya ia pada kekufuran seperti ketika ia dilemparkan ke neraka. Apabila seseorang sudah kufur, maka ia tidak lagi merasakan manisnya iman. Hal itu disebabkan karena kufur itu mengingkari keimanan pada Allah Swt. Seseorang tersebut akan menzalimi dirinya sendiri dan akan merugi.

Tiga perkara tersebut yang menghasilkan manisnya iman bukan hanya bernilai atau berguna untuk diri sendiri kepada Allah (Hablum Minallah), akan tetapi sangat bernilai dan berguna untuk kepentingan hubungan manusia dengan manusia (Hablum Minannas) di dunia dan akhirat. Jadi, seseorang yang beriman secara sungguh-sungguh dan mendapatkan manisnya iman itu ditandai dengan kepeduliannya akan kepentingan lingkungan sosialnya. Kiranya tiga perkara tadi selalu tertanam dalam diri kita. Opini Sumut, Ibnu Arsib

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum UISU dan Kader HMI Cabang Medan.

- Advertisement -

Berita Terkini