Prasangka [Bagian II]

Breaking News
- Advertisement -
Oleh: Sugih Hartono
MUDANews.com, – Siang sudah datang, teriknya luar biasa di kota itu hanya tumbuh batang pohon besar di pinggir jalan  saja, lainnya sudah tumbuh pemukiman. Hampir saja nafas sesak dengan knalpot mobil mewah dan motor-motor bodol tidak seasri dulu.Terik yang langsung mencumbu kulit itu makin memacu emosi siapa saja, bahkan di jalan itu sumpah serapah berceceran seperti sampah.Sebelum berangkat Jono masuk lagi keruangan berkaca itu.Hanya tinggal beberapa gelintir saja di dapatinya disana.” Baik sudah siap semua” ucap Jono memecah keriuhan diskusi yang entah apa yang di bicarakan.
“Ah penguntit lagi” sahut lelaki yang tambun, sembari menyodorkan mimik kebencian pada Jono.
“ Maafbu, apa sudah siap ke arena?”  Jono tidak menggubris lelaki tambun itu
“Sudah, ayo berangkat!”
“Mari bu”
“Penasehat itu membuntuti Jono beserta semua yang ada di ruangan itu.Tak berapa lama sampailah di arena tak ada komentar atau pertanyaan, yang ada hanya bisik-bisik yang berdesis terbawa angin.Ketika masuk arena, semua mata agaknya kaget, dan makin tak paham, semua diam, semua sunyi semua bermain pada pikirannya masing-masing.
“Pengecut!”
Ruangan itu panas sekali, semua tubuh terpanggang emosi antara geram dan malu.
***
Acara tahunan dimulai, pagi yang terik itu tersenyum sinis, pertunjukan akan segera berjalan. “ ah tak sesuai kenyataan” batinnya. Penasihat itu hanya tersenyum antara manis dan pahit. Semua klise muncul tiba-tiba.
“ Semuaini hanya topeng saja” batin Jono
“Ya topeng , topeng dari mereka” tambahnya
“ Sudahterbukti bukan?” ucap lelaki itu mengagetkan lamunannya
“ Ahabang, semua ini bukan saya yang kerja, tapi abanglah yang melakukannya”
“Bukan, bukan itu Jon, semua karena kerja kerasmu”
“ Taklayak saya disebut kerja keras bang”
Lelaki itu tersenyum memandangi Jono, bukan senyum kagum tapi entahlah.
Di lain sudut
“Super sekali anak itu memanipulasi” gerutu perempuan itu.
“Apa maksudmu?” sela lelaki tambun
“Lihatlah, semua seakan-akan baik-baik saja, seakan berita yang selama ini beredar musnah dilalap hingar bingar ini.
“Sungguh metamorfosa yang hebat!” tambah perempuan itu penuh kekesalan.
“Bisa jadi semua ini…”
“Apa?”
“Semua ini bisa jadi memang benar”
“Coba kau cari kebenarannya”
Lelaki tambun itu diam, diam saja , bermain pada fikirannya.
“Ah kurasa bila ini semua kesalahan akan terlihat nantinya”
“Bodoh kau, sudah termakan rupanya kau!”sergap lelaki krempeng
“Lihat, mari dengarkan apa yang akan dikatakan penasehat tentang ini”
 Semua diam, penasehat itu memulai pidatonya, senyum manis itu seakan nancap jadi belenggu paling menyakitkan. Semua seakan terpukau, semua menjadi kebaikkan dan topeng yang begitu manis. Berita tentang penguntit tidak ada terdengar, retorika manis melangit tepuk tangan menggema.
Jono hanya manggut –manggut  dalam batinnya, senyum kecutnya mencuat ketika penasehat itu meliriknya.
“ Ahmenngapa penasehat itu bersikap begitu” gerutu lelaki kerempeng.
“Entahlah, semua menjadi berbalik” jawab perempuan
“Mungkin Jono memang benar” cletuk lelaki tambun
“Hus !apa buktinya?”
Kalaupun bersalah apa buktinya?”
Perempuan itu terdiam, acara terus berlanjut.Penasehat telah usai menyampaikan retorika abisiusnya, kini giliran Jono menyampaikan mukadimahnya.Di baca larik-larik konsepnya tanpa melewatkan satu kata saja. Pada akhir sambutannya ia berpantun.
Dalam jemari yang kita genggam
Ribuan rahasia menjadi nyata
Bukankah dari jemari pula peradapan padam
Pembuat berita menjadi dusta
Jika pemburu hilang senapan
Akan berlari keluar hutan
Jika guru hilang kesadaran
Ia lupa akan kebenaran
Pantun-pantun itu menukik ke hati yang merasa, mereka diam, malu, geram, dan marah.Pada penutup Jono seakan meledakkan gedung itu dengan bom pantunnya.
Bila belajar bersama mursyid
Ibarat berlayar bersama bilal
Bila pengajar takut dilampaui murid
Itu tanda hilangnya akal
Kontras, semua tepuk tangan, Jono meninggalkan podiumnya dan hilang ditelan  tirai hitam di sudut arena.
“BENGAL!” terdengar suara yang tiba-tiba meluncur keudara tanpa tau pemiliknya, semua mata mencari-cari, pemilik suara itu tetapi tak ada yang mendapatinya, kemudian sunyi.[ rd ]

 

***

Berita Terkini