AGAMA SOLIDARITY VERSUS DISKRIMINASI, ‘Fungsi Agama Menuju Jalan Tuhan’ (Bag. 2)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Dr. H Arifinsyah, M.Ag

MUDANews.com – …..Dan yang terkini adalah sebuah Negara Angola di benua Afrika melarang agama Islam secara resmi. Muslim di Negara itu telah diminta untuk menutup masjidnya karena disahkan oleh pemerintahnya. Alasan pelarang itu adalah karena dianggap perilaku muslim dan Islam tidak sesuai dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Begitu mudah dan sederhananya alasan penguasa dominasi untuk menggenosed muslim. Kelihatannya mereka semua keliru memahami Islam, atau mereka takut kehilangan populeritas disebabkan kerasionalan ajaran Islam, atau mereka sudah gentar melihat perkembangan muslim di Eropa, atau boleh jadi juga karena ketidakrelaan mereka terhadap kejayaan Islam di dunia. “ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah : 130).

Penyerangan yang dilakukan oleh jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri 1436 H di Masjid Tolikara Papua, merupakan perbuatan yang sangat memilukan dan memalukan, biadab, saparatis, terkesan anti agama alias gerakan komunis, dan untuk tidak menyatakan sebagai teroris. Betapa tidak, umat Islam yang sedang shalat dan membaca takbir, tahmid dan tasbih, membesarkan, memuji dan mensucikan Allah SWT tiba-tiba diserang dan dikejar, lalu masjidnya dibakar bersama puluhan rumah milik umat Islam. Siapa yang bisa menerima kenyataan ini ? Apa salah mereka beribadah menurut keyakinan dan kepercayaannya di negeri Pancasila ini ?  Mengapa umat Islam selalu tertuduh, dipojokkan dan terus korban, berdamai, korban lagi. Jangan sampai hilang kesabaran umat Islam.

Sesungguhnya Islam adalah agama rahmat bagi sekalian alam, agamai damai, toleransi dan menghormati eksistensi kepercayaan dan agama lain, tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (QS. Yunus:99). Apabila semua umat mengamalkan ajaran kasih sayang, toleransi, dan solidarity tentu akan terbangun peradaban agama. Artinya, agama itu hadir menyalamatkan dan meninggikan martabat manusia. Bukan diskriminatif, pembantaian, pemusnahan komunitas, genosid entitas atas nama agama. Jika terjadi malah sebaliknya, berarti komunitas itu anti agama alias tidak beragama. Apakah masih pantas berada di bumi Pancasila ini ? .

Selain itu, mengapa di suatu daerah di NKRI ini bisa lahir regulasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Sebagaimana yang diakui oleh Bupati Tolikara Papua bahwa benar ada Perda pelarangan pendirian rumah ibadah, kecuali rumah ibadah GIDI yang bebas berdiri. Tidak hanya itu, ada juga Perda yang melarang muslimat memakai penutup kepala atau jilbab. Bukankah Perda-Perda itu bertentangan dengan empat pilar nasional, sekaligus tidak menghargai hak asasi manusia untuk mengamalkan keyakinannya masing-masing. Bukankah perilaku ini merupakan radikal yang sesungguhnya. Jadi sekarang terbukti, siapa sebenarnya yang dimaksud teroris, yaitu penyerangan yang dilakukan terhadap orang yang sedang beribadah. Untuk itu pemerintah harus membuka mata dan waspada terhadap gerakan ini, karena gerakan semacam ini sangat berahaya bagi integritas bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim.

Untuk itu umat Islam jangan mudah terprovokasi dan terpancing dengan isu-isu SARA yang memang menjadi target pihak tertentu untuk menggenosida umat Islam secara massif.  Umat Islam harus sadar bahwa kendati umat Islam mayoritas di negeri ini,  tapi menjadi minoritas dalam penguasaan tanah dan sumber daya alamnya. Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa tanah dan sumber daya alam Indonesia dominan dikuasai oleh asing, notabenenya adalah non Muslim. Ini artinya umat Islam Indonesia lemah, banyak yang tidak memiliki tempat tinggal, tergusur, dan akan musnah. Padahal land is power, bahwa tanah adalah kekuasaan, jika tidak memiliki tanah maka tidak bisa berkuasa. Di atas tanahlah manusia menjalan misi humanis sesuai keinginan Tuhan, atau yang disebut dengan istilah teologi tanah.

Yang tak kalah pentingnya adalah konspirasi global telah berhasil melemahkan umat Islam, menerbar narkoba di kalangan generasi  Islam, liberalisasi, proxy war, dan berbagai isu HAM serta mengadu domba internal Umat Islam yang berujung pada perang saudara. Mulai dari Iraq, Mesir, Libya, Syiria, Yaman, sampai Negeria di Afrika. Negara-Negara itu adalah berpenduduk mayoritas Muslim, sebagaimana Indonesia. Sementara kehidupan umat Islam sebagai minoritas di negeri lain terancam, yang menjalankan ibadah diburu, bila perlu ditembak. Baru-baru ini di China umat Islam dilarang melaksanakan ibadah puasa, tidak boleh pakai jilbab. Di Inggris muslimat yang memakai jilbab tidak dibenarkan menaiki transportasi umum, kalau mau naik harus membuka jilbabnya. Di Amerika ada kelompok anti Islam yang membuat sayembara karikatur Nabi Muhammad yang sangat menyinggung perasaan umat Islam se dunia. Belum kering dari ingatan kita, umat Islam Rohingya dibantai dan diusir dari tempat tinggalnya oleh rejim Miyanmar. Perilaku ini sudah keterlaluan, sangat tidak manusiawi, dan melampaui batas untuk disikapi secara tegas.

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, (QS. Al-Haj :39-40).

Berdasarkan ayat di atas, jika kita diserang seharusnya umat Islam membela diri. Namun atas penyerangan GIDI tersebut, umat Islam masih menahan diri, mempercayakan kepada pemerintah, tapi bukan berarti diam. Kita mengutuk penyerangan itu dan meminta kepada pemerintah segera menindak tegas dan hukum berat pelakunya, serta memulihkan trauma kejiwaan umat Islam. Walaupun Islam moyoritas di Indonesia dan boleh dikatakan berkuasa, tapi tetap menunjungi tinggi kemanusiaan, toleransi, kerukunan antarumat beragama.  Saling melindungi, menjaga keselamatan rumah ibadah setiap umat beragama, tidak menzaliminya, memelihara kehormatan semua umat beragama, hak hidupnya, memperbaiki masa depannya dengan solidarity yang tinggi.  Inilah toleransi yang sesungguhnya, bukan life service lalu mengunting dalam lipatan. Jangan sakiti saudaramu, jika engkau tidak mau disakiti.

Wa Ma Tawfiqi Illa Billah….

Penulis adalah Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN SU

- Advertisement -

Berita Terkini