Melupakan Kenangan dan Menghapus Trauma

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Muhammad Taufiq Lubis

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Dalam hidup tak sedikit orang yang mengalami peristiwa traumatik. Ada yang merasakan dampaknya Cuma sebentar, ada pula yang berkepanjangan. Dengan perkembangan ilmu psikiatri dan teknologi pengobatannya, hampir semua gangguan akibat trauma bisa diatasi.

Trauma sebenarnya berarti cedera, kerusakan jaringan, luka, atau shock. Dalam psikologi, trauma psikik berarti kecemasan hebat dan mendadak akibat suatu peristiwa di lingkungan seseorang yang melampaui batas kemampuannya untuk bertahan, mengatasi, atau menghindar. Lalu konsep ini berkembang ke arah kondisi kecemasan luar biasa hebat sebagai reaksi terhadap peristiwa hebat yang memang terjadi atau di bayangkan.

Berikutnya, trauma juga mencakup pengembangan dalam pikiran seseorang terhadap suatu peristiwa. Sebenarnya sih kecil dan sepele, namun karena orang tersebut berkepribadian kerdil  atau mengalami gangguan kejiwaan, peristiwa itu diolahnya sehingga menghasilkan interpretasi menyeramkan.

Atau, trauma bisa juga terjadi pada orang yang baru berkembang psikoseksualnya. Kondisi ini bisa membuatnya rentan terhadap masalah tertentu, yang tidak mengganggu ketika ia masih belum dewasa. Kemuadian dengan berjalannya waktu, ada reaksi imbuhan, juga terjadi akumulasi peristiwa kecil atau besar yang secara terpisah dialaminya, ditambah lagi dengan kekurang mampuannya mengatasi. Semua itu menimbulkan reaksi kecemasan lebih hebat.

Beberapa pakar membedakan trauma menjadi dua, screen trauma dan constructive trauma. Screen trauma adalah trauma yang menjadi tabir trauma lain. Artinya, sebuah ingatan atau memori yang terjadi setelah trauma menutupi dan menggantikan memori tentang pengalaman traumatik (yang menyakitkan), yang selama ini ditekan dalam-dalam. Sedangkan constructive trauma merupakan trauma membangun. Disebut demikian lantaran yang mengalaminya, termasuk anak yang sedang bertumbuh, mendapat manfaat dari peristiwa itu dan menghasilkan pembelajaran yang positif. Karena pengaruhnya baik, trauma membangun biasanya tak dipermasalhkan.

Ada banyak hal yang bisa menyebabkankita menderita trauma. Pertama, malapetaka alam. Terjadinya mendadak dalam beberapa detik, menewaskan dan mencederai banyak orang, menimbulkan kerugian materi besar. Contohnya, bencana tsunami di aceh pada tanggal 26 desember 2004 yang banyak memakan korban jiwa bahkan kerugian materil yang luar biasa. Pada masyarakat aceh tragedi ini mungkin menjadi trauma yang mendalam bagi mereka. Kedua, malapetaka buatan manusia. Pada anak-anak, peristiwa traumatik penganiayaan seksual, pemerkosaan, atau menyaksikan peristiwa tersebut juga bisa menjadi penyebab trauma.

Terapi Fisik Hingga Sosial Budaya

Lama dan hebatnya gangguan antara lain bergantung pada kedekatan orang terhadap peristiwa traumatik itu dan lamanya peristiwa itu terjadi. Dukungan sosial, kondisi keluarga, pengalaman masa anak-anak, pola kepribadian sebelumnya, dan ada tidaknya gangguan jiwa sebelumnya, akan mempengaruhi tingkat kesembuhan dari gangguan stres pasca trauma itu.

Hal yang mirip dengan peristiwa penyebab trauma bisa memungkinkan terjadinya gangguan. Namun, gangguan bisa timbul begitu saja, bila peristiwa traumatiknya denikian dahsyat dan ekstrem.

Secara teoritis upaya penyembuhan trauma dibagi atas bagian. Pertama, terapi fisik yaitu menanggulangi cedera fisik yang ada pada korban hidup dan mengevakuasinya ketempat aman.

Kedua, pendekatan psikologik edukatif. Orang yang terganggu kejiwaannya ditolong dengan pendekatan psikoterapeutik dan edukatif. Dalam pendekatan ini penderita di beri pengertian dan pendekatan yang mendukung secara mental untuk lebih kuat dan tegar menghadapi penderitaannya, kehilangan anggota keluarganya, dan menyingkirkan segala duka nestapa guna bangun kembali untuk berjuang hidup.

Ketiga, upaya masyarakat lingkungan. Dengan tujuan mengembalikan lingkungan ke situasi yang lebih baik, masyarakat bisa membantu dari segi sosial, budaya, ekonomi, ideologi, dan politik. Selain itu, sebagai upaya jangka panjang untuk mencegah terjadinya kembali peristiwa yang menakutkan, seyogyanya diciptakan lingkungan hidup sebaik mungkin dan rasa aman guna membentuk kehidupan yang damai sejahtera.[jo]

Penulis adalah Direktur Eksekutif ICMI Muda Sumatera Utara

- Advertisement -

Berita Terkini