[Profil] Rusdi Lubis, Berjuang dari ‘Titik Terendah’ Hingga Meraih Hidup Sukses dan Bernilai (II)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANews.com – Kerja keras, doa, dan harapan dari Bang Rusdi ini akhirnya mengantarkannya lulus SMA. Sebagaimana kehidupan berjalan, dinamikan dan masalah yang dihadapi juga berganti.

Memiliki cita-cita sebagaimana kebanyakan orang, Bang Rusdi juga sangat ingin mengecap jenjang pendidikan perguruan tinggi. Namun cita-citanya ini bagaikan sebuah masalah yang pencarian solusinya membutuhkan proses yang panjang dan berat.

“Kemudian saya tes di USU, Alhamdulillah masuk Fakultas Hukum. Ketika masuk, saya kembali dihadapkan kondisi yang berat. Orang tua sulit memenuhi kebutuhan dana untuk kuliah,” ungkapnya.

Bukan Bang Rusdi kalau tidak memiliki akal dan semangat yang panjang dalam menyelesaikan masalah hidupnya. Dibantu oleh tekad kuat kedua orangtuanya, Bang Rusdi memberanikandiri merantau ke Medan untuk mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH USU).

“Tapi karena tekad baja orang tua saya, saya dibawa sama orang tua saya ke Medan. Keluarga tidak tahu saya dibawa ke Medan untuk kuliah, tahunya pindah ke tempat saudara untuk bekerja. Barang dagangan saya semasa sekolah saya jual semua untuk modal kuliah satu tahun,” ujarnya.

Lagi-lagi, dan tampaknya Bang Rusdi memang akrab dengan dinamika hidup saat memperjuangkan nasibnya. Di tahun ke-2 berkuliah, Bang Rusdi kembali dihadapkan dengan masalah dana. Sambil bergurau, ia menceritakan pahitnya meminjam uang saat itu.

“Tahun ke-2 gak ada biaya. Lalu saya datang ke tempat saudara, saya mau minta cairkan satu, yang dicairkan dua, doa dan harapan. Padahal saya minta cairkan satu aja, uang,” ujarnya sambil tertawa.

Akan tetapi, ‘kepahitan-kepahitan’ saat memperjuangkan nasib hidupnya menjadikan Bang Rusdi semakin kuat dari hari ke hari. Dari mencari pinjaman untuk memenuhi biaya kuliah, Bang Rusdi bisa sampai di titik dimana ia menjadi tokoh mahasiswa di USU dan menjadi asisten dosen.

“Suatu waktu saya diajak temen ke rumah dosen. Berpikir saya, saya pakai ilmu merantau, saya sayangi anaknya, kan jadi seneng orang tuanya. Saya ajari anaknya waktu itu juz amma, belajar ngaji. Jadi senang dosen saya itu, disuruhnya saya ngajari anaknya, dikasih upah. Lama-lama disuruh saya tinggal di rumahnya,” katanya.

“Alhamdulillah dalam perjalan kuliah saya, saya jadi ketua mahasiswa. waktu itu namanya Badan Perwakilan Mahasiswa FH USU. Pernah juga jadi ketua mahasiswa dari daerah Serbelawan. Habis itu saya dipanggil dekan, ditawari jadi asisten dosen,” sambungnya.

Keberhasilannya tidak sampai di situ, menjadi asisten dosen semakin membuat ilmunya bertambah besar. Berbekal ilmu dari orang tua, perguruan tinggi, dan ilmu merantau, Bang Rusdi mampu menjadi asisten pengacara hingga diterima sebagai pegawai PT. Perkebunan.

“Ketika saya jadi asisten dosen, saya melamar ke LBH Medan, saya jadi asisten pengacara waktu itu. Terus habis itu, ada lamaran ke PTP 5, saya coba tanpa ada rekomendasi siapapun, ternyata lulus. Diangkat jadi staf tahun 1986,” terangnya.

Bahkan, semasa bekerja di PT. Perkebunan, Bang Rusdi pernah mendapat dua prestasi yang sangat membanggakan dirinya dan orang tua. Ia pernah dipercaya menjadi Kepala Bagian (Kabag) Pembinaan Usaha Kecil PTPN 3 pada tahun 1999, saat itu ia merupakan Kabag termuda dengan usia 41 tahun.

Karir terus berkembang, di tahun 2003 hingga 2012, seperti yang juga sudah disampaikan pada bagian pertama tulisan ini, Bang Rusdi dipercaya menjabat Direksi SDM PTPN 4. Puncak karir pekerjaannya berada di posisi tersebut, ia berhasil mendapat penghargaan dari Menteri.

“Saya pernah menerima penghargaan aset terbaik masa Menteri Pak Abu Bakar karena waktu itu saya menyelamatkan 6500 hektare tanah,” ungkapnya semangat.

Behenti bekerja sebagai profesional di bidang perkebunan, tidak membuat Bang Rusdi berhenti berjuang untuk menjadi sosok yang bernilai bagi banyak orang. Ketokohan dan jiwa juangnya itu pun terus berlanjut. Tidak tanggung, ia pernah diamanahkan sebagai Ketua KAHMI Medan, Ketua KAHMI Sumut, hingga menjadi Ketua Penasihat KAHMI Sumut.

“Saya pernah menjadi Ketua KAHMI Medan dan Ketua KAHMI Sumut. Saat ini, saya dipercaya menjadi Ketua Penasihat KAHMI Sumut dan Penasihat ICMI Muda Sumut,” jelasnya.

Nilai-nilai yang ada pada diri Bang Rusdi tersebut tidak hanya dikenal oleh orang-orang di lingkungan kerjanya dahulu dan lingkungan organisasi intelektual seperti HMI dan ICMI Muda. Masyarakat luas juga mengetahui nilai-nilai dirinya tersebut.

Ia berkisah, dirinya sering didorong dan diberi semangat oleh masyarakat untuk menjadi kepala daerah, baik Medan maupun Sumatera Utara. Namun, ia merasa bahwa hatinya belum terpanggil untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut.

“Saya sering diminta dan didorong masyarakat untuk jadi kepala daerah. Tapi saya merasa belum terpanggil, tidak tahu kalau kedepannya nanti. Kita kan gak ada yang bisa memastikan masa depan,” katanya.

Semua capaian Bang Rusdi yang disampaikan pada tulisan ini hanya sebagian dari sesuatu yang pasti sangat besar. Bang Rusdi juga sempat merangkumkan seluruh perjalanan hidupnya ke dalam sebuah ungkapan motivasi dan nasihat kepada kaum muda.

“Kerja keras, kerja sama, dan bernilai, itu kuncinya. Dengan kerja keras tanpa kerja sama hanya akan membuat kita menemui jalan buntu. Kerja keras, kerja sama tanpa ada nilai, akan membuat kita kehilangan berkah. Maka, dengan adanya kerja keras, kerja sama, dan bernilai sekaligus, maka kau akan sukses dalam hidup serta berguna untuk masyarakat. Kesuksesan bukan untuk diri sendiri,” demikian Bang Rusdi.[am]

- Advertisement -

Berita Terkini