Mudanews.com Boyolali — Musyawarah Cabang (Muscab) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Boyolali tahun 2025 menjadi momentum strategis bagi konsolidasi organisasi profesi dokter di daerah. Di tengah perubahan lanskap kebijakan kesehatan nasional pasca Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023, Muscab ini tidak hanya bersifat rutin, tetapi menandai kebutuhan akan kepemimpinan yang adaptif dan visioner.
Sidang Pleno Muscab IDI Cabang Boyolali 2025 berlangsung tertib dan demokratis di bawah pimpinan dr. Anton Christanto, Sp.THT-BKL., M.Kes. Seluruh tahapan sidang, mulai dari pembahasan tata tertib hingga laporan pertanggungjawaban pengurus periode 2022–2025, dilaksanakan secara terbuka dan partisipatif, mencerminkan kedewasaan organisasi serta komitmen menjaga marwah profesi.
Melalui sidang pleno tersebut, forum secara resmi menetapkan kepemimpinan baru IDI Cabang Boyolali masa bakti 2025–2028. dr. Yustinus Slamet Nugroho, Sp.P., M.Kes ditetapkan sebagai Ketua IDI Cabang Boyolali, sementara Dr. dr. Widiasih Pritasari, SpOG(K)., MH.Kes dipercaya memimpin Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK).
Terpilihnya dr. Yustinus Slamet Nugroho dinilai mencerminkan aspirasi anggota terhadap figur pemimpin yang memiliki kapasitas manajerial, pengalaman organisasi, dan jejaring kebijakan yang kuat. Saat ini ia menjabat sebagai Wakil Direktur RSUD Pandanarang Boyolali, sekaligus memahami secara langsung dinamika pelayanan kesehatan dan kebijakan daerah.
Di internal organisasi, rekam jejak dr. Yustinus telah teruji melalui perannya sebagai Wakil Ketua IDI Cabang Boyolali pada periode sebelumnya. Ia dikenal aktif dalam kegiatan lintas organisasi profesi dan kemasyarakatan, termasuk saat dipercaya menjadi Ketua Panitia Hari Kesehatan Nasional tingkat Kabupaten Boyolali yang berjalan sukses dan kolaboratif.
Sementara itu, kepercayaan anggota kepada dr. Widiasih Pritasari sebagai Ketua MKEK didasarkan pada rekam jejak profesional dan akademik yang relevan. Sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang aktif melayani masyarakat Boyolali, ia juga memiliki latar belakang hukum kesehatan yang kuat dalam menghadapi persoalan etik dan medikolegal.
Pengalaman dr. Widiasih sebagai Ketua BHP2A IDI Cabang Boyolali serta surveyor akreditasi rumah sakit tingkat nasional menjadi modal penting dalam menjalankan fungsi MKEK secara tegas, adil, dan berorientasi pada pembinaan sejawat. MKEK diharapkan menjadi penjaga utama kehormatan profesi di tengah tantangan praktik kedokteran modern.
Dalam arahannya, Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Bupati dan Kepala Dinas Kesehatan berharap kepengurusan IDI Cabang Boyolali periode 2025–2028 dapat menjadi mitra strategis pemerintah daerah, khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pembinaan profesionalisme dokter.
Muscab IDI Cabang Boyolali 2025 menandai babak baru perjalanan organisasi profesi dokter di daerah. Dengan kepemimpinan baru yang solid dan berintegritas, IDI Cabang Boyolali diharapkan mampu bertransformasi menjadi organisasi yang adaptif terhadap perubahan regulasi, menjaga etika profesi, serta semakin berpihak pada kepentingan kesehatan masyarakat Boyolali.***(Red)

