Mudanews.com, Medan – Debat publik ketiga Pemilihan calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) 2024 malam ini, pasangan calon (Paslon) nomor urut 2, Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala dinilai lebih unggul dalam menyampaikan rekam jejak dan pemahaman mengenai tema debat publik dibandingkan rivalnya, Bobby Nasution dan Surya.
Pengamat politik UMSU, Prof. Shohibul Anshor Siregar mengatakan bahwa agresifitas Bobby Nasution yang cenderung menyerang rivalnya dengan melontarkan sindiran atau kampanye negatif justru akan membuat masyarakat Sumatera Utara lebih bersimpati pada sosok Edy Rahmayadi, yang justru terlihat lebih tenang dalam menghadapi serangan-serangan negatif tersebut.
“Menyadari dirinya sebagai ayah, Edy Rahmayadi lebih banyak menahan diri dan tidak bersedia melayani permainan yang ditawarkan oleh Bobby Afif Nasution,” pungkasnya.
Pada dua kali debat publik sebelumnya, lanjut Prof. Shohibul, Edy Rahmayadi secara konsisten fokus pada makna dan asas kampanye, yakni memberi pesan kepada publik atas visi, misi dan program kerja yang akan dilakukannya pada 5 tahun kedepan.
“Narasi yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi cenderung fokus pada penyampaian visi misi dan track record (rekam jejak) yang sudah dilakukan beliau selama menjadi Gubernur Sumut, dan bagaimana pentingnya program itu dilanjutkan untuk 5 tahun ke depan,” pungkasnya.
Sebagaimana biasa pada trik yang umum dilakukan oleh Jokowi, Shohibul mengatakan Bobby kembali menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang tidak lazim dipahami oleh masyarakat yang bertujuan untuk menjebak lawannya.
“Misalnya Jokowi di tahun 2019 pernah menggunakan istilah TPID ketika bertanya ke calon presiden saat itu, Prabowo Subianto, hal yang sama dilakukan Bobby saat debat kedua dengan melontarkan istilah UHC,” ungkap Prof. Shohibul.
Adapun kritik yang disampaikan oleh Edy Rahmayadi pada debat kedua dinilai lebih substantif dalam membongkar integritas lawannya, Bobby Nasution, yakni berkaitan dengan dugaan kasus Blok Medan yang menyeret nama menantu Jokowi tersebut pada persidangan kasus korupsi mantan Gubernur NTB, Abdul Ghani Kasuba.
Namun bukannya mengklarifikasi, Bobby dengan percaya diri justru menantang agar dirinya dilaporkan saja, jangan hanya bernarasi berdasarkan pemberitaan media.
“Secara tidak langsung, Bobby sekaligus menantang semua lembaga penegak hukum konvensional (Kepolisian dan Kejaksaan) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Harusnya tantangan ini bisa ditanggapi,” ujarnya.
“Modal jejak rekam yang lebih banyak serta pengalaman yang mumpuni di pemerintahan, membuat Edy Rahmayadi saya lihat unggul telak dibandingkan Bobby Nasution yang hanya punya pengalaman 3,5 tahun jadi Wali Kota,” tutupnya.(MH)