Banjir di Pemukiman Belawan, WALHI Sumut: Ini Bukan Banjir Rob Biasa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Fenomena banjir Rob adalah peristiwa naiknya air laut sampai menggenangi wilayah daratan sekitar pesisir. Fenomena banjir ini tidak hanya disebabkan oleh tingginya curah hujan melainkan beberapa hal lain yang terjadi.

Salah satu penyebab terjadinya banjir rob adalah naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global, penurunan muka tanah akibat menurunnya daya dukung lingkungan, tingginya gelombang laut dan intensitas abrasi akibat degradasi hutan mangrove.

Pemanasan global di Indonesia sendiri disebabkan oleh penghancuran hutan dan lahan gambut. Indonesia diprediksi akan kehilangan 25% hutannya pada tahun 2030. Deforestasi hutan sebesar 40% berkontribusi terhadap meningkatnya suhu panas bumi.

Pada tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia berkontribusi terhadap emisi karbon sebesar 1,5 juta ton emisi global. Pemanasan global dan perubahan iklim inilah yang berkontribusi terhadap menurunnya daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekologis salah satunya banjir rob yang disebabkan oleh kenaikan muka air laut.

Selain itu, degradasi hutan mangrove di Kawasan pesisir juga turut berkontribusi terhadap banjir yang terjadi di daratan pesisir. Hutan mangrove dengan fungsinya sebagai penahan gelombang besar dan intrusi air laut menurun kualitas dan kuantitasnya sehingga kenaikan air laut tidak bisa diminimalisir. Intensitas abrasi yang tinggi juga disebabkan oleh menurunnya kualitas dan kuanititas hutan mangrove di pesisir.

Di Sumatera Utara berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi menyebutkan bahwa 40% hutan mangrove di Sumatera Utara dalam kondisi kritis.

Kondisi ini membuat aktivis lingkungan di Sumatera Utara, Doni Latuparisa angkat bicara. Doni yang saat ini sebagai Kepala Departemen Program dan PME WALHI Sumatera Utara mengatakan bahwa banjir di pemukiman belawan ini bukan banjir rob biasa.

“Kita mengetahui bahwa sudah 5 hari saudara-saudara kita di Belawan mengalami bencana banjir rob. Banjir ini tentu bukan dianggap sebagai banjir biasa oleh pemerintah. Saudara-saudara kita yang terdampak tentu berharap pemerintah ambil langkah cepat untuk penanganan banjir yang sudah berlangsung setiap tahunnya ini,” ujar Doni yang juga mahasiswa pascasarjana.

Menurut Doni, banjir ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya degradasi lingkungan yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun. Banjir juga disebabkan oleh pemanasan global yang hari ini menjadi masalah besar bagi kita.

“Pemerintah seharusnya tidak menganggap banjir ini sebagai banjir biasa, upaya untuk menekan kenaikan suhu di bawah 2 s/d 1,5 derajat celcius yang ditargetkan tidak hanya bahan obrolan di dalam forum-forum internasional tetapi harus dibuktikan aksi nyata,” pinta Doni. Berita Medan, red

- Advertisement -

Berita Terkini