Penulis Buku Dukung Menteri Agama Batalkan Haji

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Penulis buku novel ‘Gadis Pembangkang’, Mualimin Melawan mendukung penuh keputusan Menteri Agama RI, Fachrul Razi yang membatalkan penyelenggaraan ibadah haji tahun 2020. Menurut Aktivis HMI ini, Bangsa Indonesia lebih butuh menuntaskan penanganan COVID-19 ketimbang ritual di negeri Arab yang menghabiskan dana triliunan. Arab Saudi sendiri tidak bersikap jelas mengenai Ibadah Haji 2020 yang kacau karena Pandemi Corona.

“Orang tak berhaji itu tidak akan kenapa-kenapa. Tanpa ritual, manusia tetap hidup. Tapi kekayaan bangsa (biaya haji) yang dikirim ke Arab Saudi pada saat negara terancam resesi, sama saja membiarkan Indonesia dalam keadaan krisis. Kalau roda perekonomian mogok, 270 juta WNI yang menanggung sengsaranya. Muslim Indonesia harusnya punya pikiran nasionalis semacam itu. Dana haji lebih efektif dipakai untuk memperkuat ekonomi rakyat,” kata Mualimin di Jakarta, Jumat (5/6/2020).

Mantan Ketua Umum BPL HMI Cabang Jakarta Selatan ini menilai, orang Islam Indonesia terlalu membesar-besarkan doktrin yang mewajibkan berangkat haji. Padahal kewajiban lain sebagai muslim, diabaikan. Mualimin memberi contoh perbuatan baik dalam islam, seperti mengurus anak yatim dan berderma pada tetangga yang lapar. Masih banyaknya berita pengangguran yang kesusahan makan, membuktikan kurangnya pemerataan ekonomi.

“Implikasi berhaji itu memperkaya negeri asing, Arab Saudi. Kalau motifnya ingin jadi muslim yang dicintai Allah, bagaimana kalau tabungan muslim digunakan membeli beras untuk makan anak tetangga yang kena pecat? Di panti asuhan, di pinggir jalan, kalau mau buka mata, ada jutaan fakir miskin yang makin susah sejak COVID-19. Bukankan menyantuni anak yatim juga sebuah kemuliaan menurut isi Al Quran?,” papar Pengurus BPL PB HMI ini.

Warga Perguruan Silat PSHT ini menyayangkan, mengapa masih banyak orang mementingkan ritual ketimbang mengutamakan keselamatan manusia itu sendiri. Tanpa berhaji, orang tidak akan kekurangan apapun dalam hidupnya. Tapi, ketika perekonomian negara jatuh, ada puluhan juta orang yang makin miskin. Ketika buruh kena pecat, anak-anaknya terancam kelaparan.

“Harusnya manusia lebih mencintai manusia ketimbang ritual. Andai mereka yang ingin berhaji rela menunda, lalu membelanjakan uangnya di dalam negeri, pasti akan membantu menggerakkan perekonomian bangsa. Sudah saatnya orang beragama sadar solidaritas kebangsaan. Bukan melulu ritual egois yang hanya mengejar status sosial belaka. Keputusan menteri agama sudah benar,” ujar penulis Forum Lingkar Pena ini. Berita Jakarta, red

- Advertisement -

Berita Terkini