Tertipu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM

Allah SWT berfirman;

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُالْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
(QS. Al-An’am:32)

Pernahkah kamu tertipu, kehilangan barang berharga atau sesuatu yang penting dengan cara yang tidak diketahui sebelumnya?

Pasti sangat disesalkan jika sesuatu yang kita miliki lenyap begitu saja. Jika sudah seperti itu, mungkin memang belum rejeki kita.
Ikhlaskan saja…

Kacamata materialisme tak mungkin mampu melihat cara-cara hidup seperti ini. Mereka yang percaya akhirat, mustahil menyesali sesuatu yang telah hilang darinya. Takkan ada kekhawatiran, kegalauan dan kesedihan bagi mereka yang masih punya iman.

Semua hanya titipan. Semua milik-Nya. Jadi kapanpun DIA ingin mengambilnya kita harus ikhlas.
Teruslah berharap yang terbaik pada-Nya, mintalah untuk diatur dengan cara-Nya dan hidup dengan aturan-Nya.
Firman Allah SWT;

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah ayat 62)

Tertipu dan ditipu merupakan ujian dari Allah SWT. Hal itu mengajari kita banyak hal. Keikhlasan, kepasrahan, dan kerelaan atas qadha dan qadar-Nya Allah.

Rasulullah SAW bersabda;

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata;

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?”

Lalu Rasulullah SAW menjawab:

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
(HR. Tirmidzi)

Akhir kata;
“Orang baik ‘tidak sempat’ merasa tertipu, apalagi menipu. Maka jangan pernah merasa di tipu. Orang yang menanam kebaikan pasti akan menuai kebaikan juga.”

Penulis: Hindun Shalihah

- Advertisement -

Berita Terkini