Sidikalang Membuat Senang

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Sidikalang – Mendengar sebutan Sidikalang, apakah yang terbersit di dalam pikiran kita? Tentu setiap kita ada jawaban yang sama dan ada jawaban yang berbeda-beda. Jika coba kutuliskan, di antara jawaban-jawaban itu pasti tidak lepas bahwa, Sidikalang terkenal dengan suhu udaranya yang dingin, kopinya yang nikmat dan telah terkenal di mana-mana; masyarakatnya yang ramah tamah dan mudah tersenyum; tempat wisatanya yang indah nan memanjakan mata, hati serta pikiran; dan masih banyak jawaban lainnya. Terkhusus bagi yang sudah lama tinggal lama di Ibukota Kabupaten Dairi itu, Sidikalang telah menjadi tanah kelahiran yang sangat menyenangkan.

Masyarakat berbagai suku dan agama di Sidikalang dapat hidup rukun dan saling menghargai serta saling menyayangi. Menjaga Sidikalang adalah bagian tugas wajib kehidupan masyarakat Dairi pada umumnya, masyarakat Sidikalang khususnya, karena Sidikalang adalah tanah leluhur yang memberikan kesejukan hati dan pikiran.

Adat istiadat serta kebudayaan yang hidup di Sidikalang-Dairi adalah merupakan identitas sosial dan identitas kebudayaan yang melahirkan masyarakat yang beradab, sopan, santun, dan peduli pada lingkungan keindahan alam. Tanah Sidikalang-Dairi yang diciptakan oleh Tuhan miliaran tahun lalu (sejak penciptaan bumi) mengajarkan karakter masyarakat yang damai. Perbedaan agama, suku, adat istiadat, status sosial tidaklah jadi penghalang dalam menciptakan keharmonian masyarakat Sidikalang-Dairi.

Masyarakatnya yang mayoritas petani menyumbangkan pikiran dan tenaganya membangun bangsa ini dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari di berbagai tempat. Hasil pertaniannya menjadi kebutuhan pokok yang tak boleh hilang satu hari pun dari transaksi jual beli di pasar sayur dan buah. Hasil pertanian kopinya telah banyak memanjakan para penikmat kopi di berbagai tempat. Saya sendiri pun terkadang rindu menghirup aroma kopi Sidikalang yang sudah tak lekang lagi dari saraf-saraf indra penciuman.

Ini bukan menyumbang dan atau mengengkol, Kopi Tampak Sidikalang yang memiliki slogan “Jangan memuji sebelum mencoba” itu memang sangat benar. Setelah kuseruput pada saat tubuhku dibalut jaket yang lumayan tebal, rasanya kehangatan bertambah dan nikmatnya la terkatakan lah pokoknya. Baiknya kiya coba saja menikmatinya langsung di Sidikalang. Apalagi bagi kita yang perokok, wuiihhhh nikmatnya luar biasa.

Bersama Teman-Teman

Pengalaman dan wawasan yang kugambarkan di atas tidak lepas dari pengaruh suasana dan aktivitas sehari-hariku saat berada di Sidikalang bersama teman-teman yang tinggal di sana. Selama beberapa hari berkumpul dengan mereka, berceloteh ilmu pengetahuan, berbagi pengalaman hidup, bercanda-tawa, bernyanyi bersama dengan alunan musik gitar dan terkadang membuat lingkaran diskusi di Tugu Perjuangan Sidikalang menambakan kesenangan serta kebahagiaan hidup.

Pemuda-pemuda di sana sangat ramah-ramah dan gampang bergaul. Satu hari di sana langsung akrab dengan mereka. Mohon maaf padamu aku tidak menuliskan nama teman-temanku di sana karena mereka tidaklah ingin menjadi orang terkenal, keinginan mereka sederhana saja menjadi generasi muda yang berkualitas dan baik sehingga dapat menjaga dan merawat Sidikalang-Dairi.

Bagi mereka, apalah arti sebuah eksistensi tanpa esensi. Apalah arti kuantitas tanpa kualitas. Apalah arti generasi jika tak dapat menjaga Sidikalang-Dairi. Apalah arti pemuda tanpa peduli pada bangsa, negara dan agama.

Bersama teman-teman, kunikmati alam Sidikalang yang membuat hati senang. Di sana kami menghidupkan literasi-literasi dan semoga terus dapat berjalan lancar. Bersama usaha bersama, setiap kita dan terkhususnya setiap masyarakat Sidikalang-Dairi, bertanggungjawab untuk mewujudkan masyarakat yang harmoni.

Walau tidak menetap di Sidikalang tapi dapat membuat hati senang. Dan Sidikalang bagiku bukan sekedar letak geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan serta pikiran ketika sendiri. Karena di sana ratusan generasi muda yang peduli pada negeri.

Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI dan Penggiat Literasi di Sumut)

- Advertisement -

Berita Terkini