Oleh : Firman Syah Ali
Mudanews.com OPINI – Eskalasi konflik PBNU saat ini semakin destruktif dan kontra produktif. Beberapa ulama sepuh yang sebetulnya diharapkan menjadi mediator malah ikut terseret ke dalam pusaran konflik. Dalam situasi seperti ini, warga NU tentu mengharap kehadiran tokoh ratu adil Nahdliyin yang bisa memediasi konflik berkelanjutan ini sehingga NU kembali guyub rukun seperti semula.
Dalam situasi seperti ini tiba-tiba muncul seruan dari Ketua Umum PB IKA PMII Fathan Subchi agar IKA PMII tampil sebagai mediator konflik tersebut. Tentu saja publik menimbang apakah IKA PMII pantas menjadi mediator konflik yang melibatkan beberapa ulama sepuh NU tersebut.
Penulis punya beberapa reasoning kenapa IKA PMII dinilai layak menjadi mediator konflik tersebut. Pertama, PMII sebagai cikal bakal IKA PMII punya ikatan historis dan ideologis dengan NU. Dulu PMII lahir dari rahim IPNU, sehingga mengalir DNA NU di dalam tubuhnya. PMII menjadi kader intelektual yang sangat memahami nilai-nilai tradisional NU. Maka alumni PMII mempunyai kompetensi komunikasi yang tinggi dengan Kyai-kyai NU. IKA PMII adalah kaum cendekiawan yang tau unggah-ungguh kepada para Kyai.
Kedua, IKA PMII yang ber-DNA NU punya posisi unik, mereka independen dari NU. Tidak punya ikatan struktural. Di luar tapi di dalam, di dalam tapi di luar. Sehingga tidak ada pshycological barrier ketika tampil sebagai mediator konflik.
Ketiga, IKA PMII memiliki jaringan lintas aktor yang sangat kuat dan matang. Dalam setiap konflik NU, di berbagai kubu selalu ada anggota IKA PMII. Nah para aktor konflik tersebut bisa dijahit kembali dengan baik oleh IKA PMII. Diaransemen kembali.
Keempat, SDM IKA PMII memiliki jam terbang tinggi di bidang intelektualitas dan politik. Kualitas SDM seperti ini sangat berkompeten untuk menjadi arsitek persatuan kembali elit-elit PBNU yang sedang mengalami disharmoni. Ormas lain yang ber-DNA NU mungkin tidak memiliki potensi SDM sekuat dan selengkap IKA PMII.
Kelima, IKA PMII paham dapur NU, karena sejak masih mahasiswa mereka sudah keluar masuk dapur tersebut. Karena paham dapur, maka tidak sulit untuk mengurai benang kusut. Dinamika NU memiliki pola yang sama dari waktu ke waktu, dan orang yang paham dapur NU tentu lekas paham akan solusi dari semua konflik yang ada.
Berdasarkan kelima alasan tersebut, IKA PMII dinilai memiliki legitimasi genealogis, intelektual, kultural, strategis dan jaringan untuk menjadi jembatan pemersatu kembali elit PBNU.
Semoga
*) Penulis adalah Wasekjen PB IKA PMII

