Guru Besar Pernah Mendukung Jokowi Kini Sampaikan Kritik Terbuka

Breaking News
- Advertisement -

 

 

Mudanews.com Surabaya  — Prof. Henri Subiakto, akademisi senior dan Guru Besar Universitas Airlangga yang pernah vokal membela Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2017, kini menyampaikan sikap berbeda. Figur yang dikenal aktif dalam isu komunikasi publik dan kebijakan digital itu menyatakan mulai bersikap kritis terhadap arah pemerintahan Jokowi, terutama menjelang akhir masa jabatan presiden dua periode tersebut.

Prof. Henri, yang juga alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), mengungkapkan bahwa kedekatan emosional sebagai sesama lulusan UGM menjadi salah satu alasan ia dulu membela Jokowi, termasuk saat muncul polemik mengenai ijazah presiden. Saat itu, ia bahkan ikut membagikan foto-foto Jokowi semasa kuliah untuk meredam keraguan publik.

Namun, dalam pernyataan terbarunya, Prof. Henri menyebut pandangannya mulai berubah seiring perkembangan situasi politik dan pemerintahan. Ia mengatakan mulai melihat sejumlah hal yang menurutnya tidak sejalan dengan harapan awal ketika Jokowi pertama kali terpilih.

“Dulu kita melihat Pak Jokowi sebagai sosok harapan rakyat kecil, bukan bagian dari elit ataupun oligarki,” ujarnya. “Tetapi perjalanan pemerintahan selanjutnya menimbulkan banyak tanda tanya.”

Salah satu aspek yang ia kritik adalah kebijakan pembangunan di periode kedua pemerintahan Jokowi, yang menurutnya terlalu berorientasi pada proyek besar dan kurang menyentuh kebutuhan mendesak masyarakat. Ia mencontohkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan sejumlah proyek infrastruktur yang dinilainya memerlukan evaluasi lebih mendalam terkait prioritas dan manfaatnya.

Selain itu, Prof. Henri menyinggung perubahan sikap politik Jokowi yang dinilai bersifat flip-flop, terutama terkait keterlibatan keluarga di ranah politik. Menurutnya, hal itu memicu kekecewaan bagi sebagian pendukung awal yang berharap Jokowi tetap konsisten pada pernyataan sebelumnya bahwa keluarganya tidak akan terjun ke dunia politik.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Henri menegaskan bahwa kritiknya bukan berasal dari kepentingan pribadi maupun ambisi politik. Ia menyatakan telah mencapai posisi akademik tertinggi selama hampir satu dekade dan tidak memiliki motif untuk mencari keuntungan dari sikap politiknya.

“Saya sudah menikmati hidup, sudah profesor hampir 10 tahun. Tidak ada kepentingan apa pun. Tapi kekuasaan memang punya daya tarik yang bisa membuat orang berubah,” katanya.

Pernyataan Prof. Henri ini menambah daftar akademisi maupun tokoh masyarakat yang mulai bersuara kritis terhadap pemerintahan Jokowi. Meski demikian, hingga kini pihak istana belum memberikan tanggapan atas kritik tersebut.**(Red)

 

Berita Terkini