Gelombang Penolakan Kader Daerah, Gerindra Tegas Jaga Marwah Partai dari Rencana Bergabungnya Budi Arie

Breaking News
- Advertisement -

 

Laporan: Redaksi Mudanews.com

Mudanews.com  Jakarta, 9 November 2025 — Rencana Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, untuk bergabung ke Partai Gerindra menuai penolakan luas dari berbagai Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di seluruh Indonesia. Sejumlah kader daerah secara terbuka menyatakan sikap tegas menolak langkah politik mantan Menteri Kominfo dan Menteri Koperasi tersebut, dengan alasan menjaga marwah dan ideologi partai besutan Presiden Prabowo Subianto itu.

Sebelumnya, dalam Kongres III Projo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Selatan (1/11/2025), Budi Arie sempat menyampaikan sinyal akan bergabung ke Partai Gerindra dan meminta izin kepada relawan Projo atas langkah politiknya itu.

Dari Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kader Muda Partai Gerindra menegaskan bahwa Gerindra adalah partai kader yang lahir dari pengorbanan dan proses panjang perjuangan.
“Gerindra bukan partai karbitan. Ini rumah bagi pejuang, bukan bagi penumpang kemenangan,” tegas Adhi Ratna Suminar, mewakili Kader Muda Gerindra Pati.

Nada serupa disampaikan Nyanyang Haris Pratamura, Ketua DPC Partai Gerindra Kota Batam yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Kepulauan Riau. Ia menolak keras jika partainya dijadikan tempat singgah bagi figur politik yang datang hanya saat partai sedang kuat.
“Kami tidak menolak individu, tapi menolak mentalitas oportunis. Gerindra dibangun dari keringat dan kesetiaan kader,” ujarnya.

Di Riau, penolakan datang dari DPC Gerindra Kuantan Singingi, Bengkalis, dan Indragiri Hilir.
Ketua DPC Kuansing Reky Fitro menilai langkah Budi Arie bergabung ke Gerindra tidak tepat dan berpotensi mengganggu soliditas partai. “Kami menghormati beliau sebagai tokoh relawan, tapi sebaiknya tetap berkiprah di Projo,” katanya.

Nada tegas juga diutarakan Ketua DPC Bengkalis Rizal Ahmad, yang menyebut bahwa partai harus tetap fokus bekerja untuk rakyat, bukan terjebak pada kepentingan sesaat.
Sementara itu, Ketua DPC Indragiri Hilir Asmadi, S.H. menilai masuknya Budi Arie justru berpotensi mengoyak semangat juang kader lama. “Gerindra dibangun atas dasar loyalitas dan perjuangan, bukan kepentingan pragmatis,” tegasnya.

Penolakan juga bergema di Sumatera Utara. Ketua DPC Gerindra Kota Sibolga, Andika Pribadi Waruwu, menyebut langkah Budi Arie sebagai bentuk “manuver politik demi kenyamanan kekuasaan”.
“Gerindra bukan pelampung politik bagi siapa pun yang kehilangan pijakan. Publik cukup cerdas membaca arah manuver semacam ini,” ujarnya.
Sementara di Tapanuli Selatan, Ketua DPC Abdul Basith Dalimunthe menyebut Budi Arie “aji mumpung mencari suaka politik”. Ia menilai inkonsistensi Budi Arie terhadap arah Projo menjadi alasan kuat untuk menolak kehadirannya di tubuh Gerindra.

Sikap tegas juga muncul di Banten. Ketua DPC Gerindra Kabupaten Pandeglang, Fikri Pebriansyah, menyampaikan penolakannya di hadapan peserta Rapat Koordinasi DPD Gerindra Banten. “Gerindra adalah partai tegak lurus dengan rakyat. Kami menolak siapa pun yang datang dengan niat pragmatis,” ujarnya.

Dari Makassar, Ketua DPC Gerindra Eric Horas menegaskan bahwa partai terbuka bagi siapa pun yang ingin berjuang bersama rakyat, namun tidak bagi mereka yang hanya memanfaatkan momentum politik.
“Menjadi kader Gerindra bukan soal pernah mendukung Prabowo, tetapi soal komitmen jangka panjang terhadap cita-cita perjuangan partai,” jelasnya.

Gelombang penolakan ini menunjukkan konsistensi kader Gerindra di berbagai daerah dalam menjaga integritas dan marwah partai. Mayoritas kader menilai, masuknya figur baru yang hanya datang pada masa kejayaan partai berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan internal serta mencederai semangat perjuangan para kader lama.

Menanggapi rencana Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi untuk bergabung ke Partai Gerindra, pimpinan pusat partai memberikan pernyataan resmi yang menunjukkan sikap terbuka namun tetap berhati-hati.

Sekretaris Dewan Pembina Gerindra, Ahmad Muzani, menyampaikan bahwa “pada prinsipnya Partai Gerindra itu partai terbuka. Partai yang menerima keanggotaan dari mana saja.” Ia menegaskan dua syarat minimal untuk menjadi kader: usia minimal 17 tahun atau sudah menikah, dan berstatus warga negara Indonesia. “Apalagi seorang Budi Arie, yang saya kira kita semua sudah tahu ….” ujar Muzani.
Meski demikian, Muzani juga menegaskan bahwa hingga saat pernyataannya belum ada pembicaraan formal dengan Budi Arie ataupun dengan Ketua Umum partai, Prabowo Subianto.

Sementara itu, Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan bahwa dirinya “belum mendengar langsung” rencana bergabungnya Budi Arie. “Saya belum dengar langsung, nanti kalau sudah dengar langsung, saya tanggapi.” kata Dasco.
Ia juga menegaskan bahwa hingga saat itu Budi Arie belum secara resmi menjadi kader Gerindra dan belum memiliki KTA (kartu tanda anggota) partai tersebut.

*Laporan ini dirangkum dari berbagai sumber

 

 

Berita Terkini