Dampingi UKM Puspita Batik Indigo Natural Dye Srandakan Bantul Tim PKM UNS Optimalkan Budidaya Tanaman Pewarna Marsdenia tinctoria Penghasil warna biru Indigo

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Surakarta – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari FKIP kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung inovasi dan keberlanjutan ekonomi masyarakat. Kali ini, tim PkM berkolaborasi dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) Puspita Batik Indigo Natural Dye di Srandakan, Bantul, Yogjakarta untuk mengembangkan budidaya tanaman pewarna yang menghasilkan warna biru alami yaitu spesies Marsdenia tinctoria untuk diolah guna meningkatkan produksi pasta indigo.

Kegiatan ini secara khusus difokuskan pada optimalisasi budidaya Marsdenia tinctoria, yang dikenal sebagai sumber pewarna biru alami indigo. Tanaman ini memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan industri tekstil dan kerajinan tangan yang mengedepankan produk pewarna alami ramah lingkungan.

Ketua Tim PkM, Dr Muzzazinah, M.Si, menjelaskan, “Pengabdian ini merupakan wujud nyata kepedulian kami terhadap pengembangan UKM lokal dan pelestarian lingkungan. Tanaman Marsdenia tinctoria adalah aset berharga yang perlu kita kembangkan secara berkelanjutan”. Spesies Marsdenia tinctoria memiliki habitus menjalar dengan cabang-cabang yang sangat ramping dan halus. Daunnya berhadapan, berbentuk bulat telur hingga bulat telur lebar atau agak membulat, berukuran 9 -16 x 5 -10 cm, dengan ujung daun runcing dan pangkal berbentuk hati. Bunganya kecil, harum, berwarna hijau kekuningan, tumbuh berselang-seling di ketiak daun, dan panjangnya 4 – 7 cm. Buah atau folikelnya berbentuk lanset dan agak bersudut, panjangnya 5 – 8 cm, ditutupi bulu-bulu yang lebat. Bijinya padat dan memiliki bulu-bulu putih halus yang lebat.
Inovasi Budidaya untuk Peningkatan Produksi pasta indigo:

Program PkM ini mengimplementasikan tiga strategi utama untuk mencapai tujuan :

1. Budidaya dengan Pelindung paranet: Tim mendampingi mitra UKM dalam menerapkan sistem budidaya Marsdenia tinctoria di lahan khusus dengan menggunakan pelindung paranet. Metode ini bertujuan untuk menciptakan kondisi mikroiklim yang optimal, melindungi tanaman dari terik matahari berlebih, dan serangan hama, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih maksimal dan seragam.

2. Penerapan Sistem Irigasi Tetes: Untuk efisiensi penggunaan air dan memastikan pasokan air yang konsisten bagi tanaman, tim PkM memperkenalkan dan menginstalasi sistem irigasi tetes. “Teknologi ini sangat penting untuk daerah seperti Srandakan yang mungkin menghadapi tantangan air. Irigasi tetes tidak hanya hemat air, tapi juga memastikan nutrisi tersalurkan efektif ke setiap tanaman,” tambah Ketua Tim.

3. Peningkatan Produksi Bahan Baku dan Pasta Indigo: Dengan dua pendekatan budidaya di atas, diharapkan terjadi peningkatan signifikan pada kuantitas dan kualitas bahan baku tanaman Marsdenia tinctoria. Peningkatan bahan baku ini secara langsung akan berkorelasi dengan peningkatan produksi pasta indigo yang merupakan produk akhir yang bernilai ekonomi tinggi.

“Melalui pendampingan ini, UKM Srandakan tidak hanya mampu memproduksi bahan baku dan pasta indigo dalam jumlah yang lebih besar, tetapi juga dengan kualitas yang lebih baik dan proses yang lebih efisien,” ujar Bu Eyster Puspita sebagai pemilik UKM Puspita Batik, dari UKM Srandakan.

“Ini akan membuka peluang pasar yang lebih luas bagi produk pewarna alami kami.” Pelatihan pembuatan pasta indigo dari Marsdenia tinctoria merupakan inovasi yang memberikan kontribusi ganda terhadap keberlanjutan. Proses ekstraksi dan pengolahan ini secara fundamental mewujudkan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), dengan membangun kapabilitas industri tekstil yang berbasis pada bioteknologi alami.

Lebih penting lagi, dengan menggunakan bahan organik, UKM Puspita Batik secara aktif mendukung SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera); produk akhir menjadi lebih aman bagi konsumen, dan lingkungan kerja bagi 11 SDM (termasuk 6 petani) menjadi jauh lebih sehat karena terhindar dari paparan zat kimia toksik. Selain itu, proses ini berkontribusi pada SDG 11 (Pemukiman Berkelanjutan), karena limbah cair yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan pengendapan bersifat organik dan mudah terurai, sehingga meminimalkan pencemaran air di lingkungan pemukiman Srandakan.

Keberhasilan penguasaan teknologi pembuatan pasta indigo ini memberikan dampak ekonomi yang signifikan dan inklusif. Konsistensi dan kualitas pasta yang dihasilkan akan meningkatkan nilai jual produk batik, yang secara langsung mendorong SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan menciptakan peluang pasar premium dan menstabilkan pendapatan bagi seluruh pekerja. Penguasaan proses hilirisasi ini, yang diajarkan melalui kemitraan dengan perguruan tinggi, adalah contoh nyata penguatan SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan), memastikan transfer ilmu pengetahuan yang mengarah pada kemandirian ekonomi mitra. Lebih lanjut, proses pembuatan pasta ini bersifat labor-intensive pada tahap-tahap tertentu, yang memungkinkan SDG 5 (Kesetaraan Gender) terwujud, di mana perempuan dalam tim mitra dapat berperan sentral dalam proses pengolahan dan kontrol kualitas, memperkuat struktur ekonomi rumah tangga mereka.

Tim Pkm yang terdiri dari ( Muzzazinah, Kristiandi, Numiyati, Alanindra Saputra, beserta mahasiswa Pbio FKIP UNS:Nikmah Asih Fauziah, Kanega Rivaldi Rinaidi, Jihan Afifah Nugrahaini, dan Ellyana Dita Rahmawati ) yang menuangkan iinisiatifnya sehingga dapat menjadi model bagi pengembangan tanaman pewarna alami lainnya di Indonesia, sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat melalui praktik budidaya yang berkelanjutan dan inovatif.**(Red)

Berita Terkini