Cegahan Radikalisme, LP Ma’arif NU Lampung Tengah Hadirkan Ken Setiawan

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com Lampung Tengah – Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Kabupaten Lampung Tengah menggelar kegiatan pembinaan dan pencegahan radikalisme yang diikuti oleh para kepala sekolah dan guru.

Kegiatan ini berlangsung di MA Ma’arif Bangunrejo dan menghadirkan narasumber nasional, Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center.

Ketua panitia penyelenggara, H. Sutrisman, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para kepala sekolah terkait bahaya radikalisme serta langkah-langkah konkret dalam pencegahannya di lingkungan pendidikan.

“Kami sengaja menghadirkan Pak Ken Setiawan karena beliau adalah sosok yang pernah terlibat dalam kelompok radikal, dan kini aktif dalam gerakan deradikalisasi.

Kami ingin kepala sekolah tidak hanya paham secara teori, tapi juga belajar dari pengalaman nyata,” jelas Sutrisman.

Menurutnya, kepala sekolah memiliki peran strategis sebagai agen utama dalam menangkal penyebaran paham radikalisme di lingkungan sekolah.

Mereka adalah penentu kebijakan, pelaksana program, dan penjaga nilai-nilai toleransi serta keberagaman.

“Kegiatan ini baru langkah awal. Ke depan, kami akan merekomendasikan agar setiap sekolah di bawah naungan LP Ma’arif menyelenggarakan kegiatan serupa untuk siswa, agar mereka tidak mudah terpapar paham ekstrem,” tambah Sutrisman.

*Radikalisme Menyasar Pelajar, Bahkan Tingkat SMP*

Dalam sesi pemaparan, Ken Setiawan menceritakan pengalamannya bergabung dengan kelompok radikal di masa lalu.

Ia mengaku terjebak karena semangat belajar agama yang tinggi namun minim ilmu, serta salah dalam memilih guru.

“Dulu saya punya semangat belajar agama, tapi karena tidak punya dasar dan salah memilih guru, akhirnya saya terjebak dalam kelompok radikal.

Beruntung saya bisa keluar dan kini mendirikan NII Crisis Center bersama rekan-rekan sesama mantan anggota,” ungkap Ken.

Ia mengapresiasi langkah LP Ma’arif NU yang telah menyelenggarakan kegiatan ini, karena menurutnya sekolah adalah benteng pertahanan awal dalam membentuk karakter kebangsaan, moderasi beragama, dan toleransi.

“Lingkungan sekolah sangat strategis untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan sejak dini. Ini akan menjadi benteng pertama bagi siswa agar tidak mudah terpengaruh oleh paham radikal,” kata Ken.

Ken juga memperingatkan bahwa kelompok radikal kini menyasar generasi muda, termasuk pelajar tingkat SMA bahkan SMP.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu ia menerima laporan dua siswa dari MA Ma’arif yang sudah terpapar paham NII.

“Radikalisme itu seperti virus, bisa menyerang siapa saja tanpa pandang usia, pendidikan, atau profesi. Karena itu kita harus waspada,” tegasnya.

*Ancaman di Genggaman: Media Sosial Jadi Sarana Propaganda*

Ken menyebut ancaman radikalisme saat ini sangat nyata karena penyebarannya dilakukan melalui perangkat digital, khususnya media sosial.

Platform seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, Twitter, TikTok, dan Telegram digunakan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda, merekrut anggota, dan membangun komunikasi tertutup.

“Biaya murah, jangkauan luas, dan sulit dilacak secara dini, inilah yang membuat media sosial menjadi alat utama penyebaran ideologi radikal,” jelas Ken.

Ia pun mengingatkan pentingnya bersikap kritis terhadap informasi yang beredar. “Saring dulu sebelum share. Jangan sampai kita menjadi korban hoaks, atau lebih parah lagi, ikut menjadi pelaku penyebar hoaks yang memperkuat narasi radikalisme,” tutupnya**(Red)

Artikulli paraprak

Berita Terkini