Semangat Kebangkitan Nasional Seperti Hadir Saat Ini

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan. “Peran” sebuah kaum tidak akan pernah diketahui sebelum kita memahami apa “kaum” itu sendiri? Apa dan siapakah “intelektual muda”. Apa yang dimaksud dengan kaum muda?

Soe Hok Gie merumuskan kaum muda adalah sebagai berikut, “Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia”.

Sementara Pramoedya Ananta Toer dalam karya-karyanya sering sekali menyebut kata-kata “pemuda”. Ia mengatakan, “Bukankah tidak ada yang lebih suci bagi seorang pemuda daripada membela kepentingan bangsa”, atau “Indahnya dunia ini jika pemuda masih tahu perjuangan!” Sementara Tan Malaka menyampaikan pesannya, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”.

Jika dirumuskan maka pemuda adalah, “manusia biasa yang lebih suci bila membela kepentingan bangsanya melalui sebuah perjuangan dengan dasar dan semangat idealisme sebagai kemewahan terakhirnya”. Itulah yang dimaksud dengan “marwah” intelektual muda. Marwah adalah kehormatan, sebuah harkat dan martabat yang harus diangkat setinggi-tingginya jika masih ingin berdiri tegak di atas bumi ini.

Lantas peran apa yang bisa dilakukan oleh intelektual muda (pemuda/mahasiswa) dengan marwah semacam ini? Bagaimana jika peran yang dilakukan pemuda justru menjungkirkan marwah tersebut? Kebalikan dari rumusan di atas, maka pemuda bukanlah binatang kotor yang tidak pernah mau membela kepentingan bangsanya (hanya berpikir kepentingan diri dan kelompoknya) tanpa perjuangan (malas dan tidak bersungguh-sungguh) serta tidak mempunyai dasar dan semangat idealisme (bergaya hidup hedonis dan konsumerisme).

Maka barang siapa yang melakukan atau bersikap serta berperan semacam itu, jangan pernah sekali-kali mengaku sebagai pemuda/mahasiswa atau intelektual muda. Terlebih dalam konteks kekinian, perjuangan semakin berat. Tepat seperti yang dikatakan Bung Karno, bahwa perjuangan ke depan akan semakin berat. Karena akan berhadapan dengan bangsa sendiri. Mereka yang otaknya sudah teracuni oleh ajaran radikalisme. Yang bertujuan membubarkan NKRI dan mengganti Pancasila menjadi Negara Islam berlandaskan sistem Khilafah.

Namun bangsa ini masih tetap tegak berdiri. Bahkan segala daya upaya licik yang bertujuan menghancurkan NKRI, satu persatu dapat dipatahkan juga atas ridho Allah SWT. Propaganda jihadis yang berjuang bersama ISIS semakin tidak laku. Pemerintah tegas menolak eks WNI ISIS untuk kembali ke Indonesia. Aksi terorisme terus diberantas oleh Densus 88. HTI dan FPI diobrak-abrik dihancurkan tanpa sisa. Pimpinan mereka, Rizieq dan Munarman diciduk.

Polisi Taliban di KPK semakin terbukti karena banyak yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan. Peringatan keras. Jika ingin tetap di KPK maka mengabdi lah kepada negara, namun jika tidak mau, silahkan minggat! Terakhir, ada berita berpulangnya Tengku Zulkarnaen, salah seorang ulama dan tokoh agama yang selalu menghujat di setiap ceramahnya. Mengaku tidak percaya dan tidak takut kepada Covid. Faktanya ia terpapar hingga ajal menjemput. Setiap kejadian tersebut adalah petunjuk jelas bagi mereka yang mau belajar.

Kaum muda belajarlah. Inilah masalah riil bangsamu sekarang. Jika virus Corona menyerang dan grogoti organ paru-paru manusia, maka radikalisme, terorisme dan fundamentalisme merupakan virus yang tengah menggerogoti setiap sendi kehidupan bangsa ini. Jika memang kalian mengaku kaum muda bangsa, mari singsingkan lengan membasmi setiap anasir perusak bangsa. Jika pun belum bisa berbuat, setidaknya jangan engkau sakiti bangsamu sendiri dengan mengolok-olok ataupun hate speach.

Oleh : Agung Wibawanto

- Advertisement -

Berita Terkini