Bahaya! KPK Takut Pecat Novel Baswedan dan Yudi Purnomo

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Bahaya! Informasi konprehensif yang saya terima membuat publik pasti kecut. Terjadi lempar-melempar tanggung jawab antara Tjahjo Kumolo dengan Firli Bahuri. Tampaknya ada yang tidak beres dari kedua belah pihak.

Pangkal muasalnya justru ada pada perlawanan Novel Baswedan dan Yudi Purnomo. Mereka menggunakan media untuk mengadu domba Firli Bahuri dengan Tjahjo Kumolo. Yang Novel dan Yudi memahami kepentingan Firli dan Tjahjo.

Maka terjadi pembocoran informasi dari Sekjen KPK kepada Novel dan Yudi. Karena pemecatan keduanya beserta 75 orang menjadi pertaruhan Firli Bahuri. Yang selanjutnya akan mengubah peta KPK. Keraguan dan ketakutan muncul.

Publik masih menunggu ketegasan Ketua KPK Firli Bahuri yang harus menyingkirkan Novel, Yudi, dkk. Biang kerok kehancuran KPK sejatinya ada pada mereka, kaum Taliban. Mereka adalah orang yang menyetir KPK sejak lama.

Alumni binaan racun Novel dan Yudi, salah satunya adalah Bambang Widjojanto, penyokong Anies Baswedan. Sementara Novel adalah benteng Anies. Korban KPK banyak.

Sementara kerugian negara mencakup kasus BLBI, kasus Hambalang dipetieskan. Peran mereka mengendalikan kaum Taliban di dalam KPK. Mereka menggunakan Tempo sebagai media buzzer KPK. Hingga kini.

Novel itu bekas orang baik. Pernah menjadi Polisi hebat. Namun mimpi khilafah membuat dia berubah menjadi kaum berjenggot dan celana cingkrang. Hingga berbagai keputusan diambil untuk kepentingan kelompoknya.

PDIP dan Golkar selalu menjadi incaran untuk dihancurkan. Itu akibat balas dendam dihancurkannya Luthfi Hasan Ishaq PKS. Aqil Mochtar, Setya Novanto, RJ Lino, dan terakhir Harun Masiku yang kini dijadikan sasaran tembak untuk menghancurkan PDIP.

Belum lagi kasus korupsi yang nekad yakni kasus Mensos Juliari Batubara yang menggarong bukan miliaran namun sejatinya triliun rupiah. Bancakan yang jelas memermalukan Jokowi.

Kasus korupsi banyak dari mulai Sulawesi Utara sampai ke Papua, Aceh, DKI Jakarta. Namun yang menarik bagi Novel dan Yudi Purnomo dan kawan-kawan Taliban hanya yang terkait dengan partai pendukung Presiden Jokowi. Hambalang yang jelas menyeret Cikeas dan Century yang menyeret rezim SBY dibuang ke tong sampah.

Bekas orang baik Novel tak layak untuk menjabat sebagai penyidik KPK. Bukan hanya karena tidak memiliki wawawan kebangsaan, namun juga dia selalu menggunakan media untuk berkoar-koar menyampaikan kepentingannya.

Kasus puluhan orang di KPK tidak lolos wawasan kebangsaan, artinya anti Pancasila, tidak memahani NKRI, tidak mencintai Indonesia, lebih mencintai budaya Arab, Taliban, menunjukkan bahwa KPK menjadi sarang kelompok radikal. Negara rugi besar membiayai para kaum radikalis yang merongrong negara.

Bukti-bukti tidak lolos wawasan kebangsaan tidak boleh membuat Firli Bahuri surut. Hanya karena tekanan media yang digemborkan oleh Novel. Novel menggunakan seluruh media berbayar untuk kampanye menyerang KPK pimpinan Firli Bahuri. Agar Firli Bahuri ngeper, ketakutan, dan menuruti permintaan Novel untuk tetap bekerja di KPK.

Indonesia masih memiliki banyak orang pintar, berintegritas, mencintai NKRI, setia kepada Pancasila dan UUD 45. Indonesia tidak membutuhkan manusia seperti Novel, Yudi, dan kawan-kawan yang tidak lolos wawasan kebangsaan.

Ketua KPK Firli Bahuri kita dukung jangan sampai menerima Novel dan Yudi. Sekali diberi kesempatan mereka akan menyerang balik Firli Bahuri dan merugikan negara Indonesia. Indonesia tidak butuh Novel dan Yudi yang berisik menggunakan media untuk memenuhi kepentingan mereka.

Lempar-melempar tanggung-jawab antara Tjahjo Kumolo dan Firli Bahuri akibat provokasi media Novel dan Yudi. Jika Firli menyerah, maka tamatlah Firli Bahuri dan kehancuran KPK makin dalam.

Firli Bahuri sebagai Jenderal Polisi harus konsisten. Buang Novel dan Yudi dkk. Pantang Firli Bahuri menjadi bekas orang baik seperti Novel Baswedan.

Penulis: Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini