Mengenali Kelompok Nasakom

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Perlu dijelaskan dulu bahwa Nasakom yang dimaksud bukan Nasakom yang pernah jadi gagasan Sukarno saat menerapkan demokrasi terpimpin. Agar dengan penjelasan itu, catatan ini tidak dikait-kaitkan dengan kebangkita Partai Komunis Indonesia (PKI), namun dipahami dalam konteks yang aktual sebagai sebuah realitas politik post modernism.

Nasionalis beragama Komunis sebagai post modernism? Ya kenapa tidak? Apa karena saya bukan ilmuan Barat, lantas tidak boleh membangun teori atau cara pandang sendiri? Saya kira tidak demikian. Siapapun boleh menggunakan cara pandangnya sendiri, dan menyampaikan hasil pengamatannya terhadap suatu fenomena sosial.

Baiklah, Nasionalis beragama Komunis (Nasakom) ini memang gejala politik yang paling pas dilabelkan kepada seseorang yang suatu negara yang memiliki nasionalisme yang kuat (ultra-nasionalis), namun anti kepada agama, dan memosisikan diri mereka sebagai pejuang kebebasan dari paham keagamaan secara terbuka.

Dengan defenisi seperti itu, maka terdapat dua model Nasakom dalam realitas sosial, termasuk di Indonesia. Realitas pertama adalah mereka yang suka teriak NKRI harga mati, dan memang mau mati demi NKRI, serta tidak mau terlibat dalam politik bernuansa agama tertentu.

Kelompok yang kedua, mereka menunggangi, atau mengambil manfaat saja dari para Nasakom itu, dengan ikut-ikutan teriak NKRI harga mati, tapi tidak berani mati beneran dalam membela NKRI. Kelompok kedua ini paling banyak dan umumnya memperoleh identitas mereka dengan menjadi relawan politik untuk dapat akses kepada kekuasaan, dan atau jadi pekerja Medsos dengan menjalankan jasa sebagai penyebar hoax atau lebih dikenal dengan buzzerRp.

Sementara itu, kelompok Nasakom yang radikal fundamental, tidak terlalu peduli dengan urusan bayaran dalam menyerang agama dengan dalih “demi nasionalisme ekstrem” yang mereka anut, namun mereka sangat koncern dengan tema-tema seperti anti terhadap penonjolan simbol agama, pro kepada LGBT, penikmat alkohol/ minuman keras, pro kepada sex bebas, dan membela hak-hak untuk tidak beragama bagi siapapun.

Kedua jenis Nasakom ini, pasti anti kepada HTI, FPI, dan tidak mungkin pilih PKS. Mereka juga sebenarnya anti kepada NU-Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya, tapi tidak berani terang-terangan, karena buat mereka kelompok yang perlu mereka hajar adalah yang seirama dengan arus politik yang sedang berkuasa, yang oleh sebaguan dari mereka ini menyebutnya sebagai “kakak pembina” atau pelindung.

Jadi, mereka menyerang berdasarkan sinyal dari oknum Nasakom yang berkuasa, dan mencocokkan gerakan mereka agar tidak “digebuk”.

Nasakom ini sangat berbahaya sesungguhnya karena pada dasarnya mereka anti kepada Pancasila, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dongkol betul mereka dengan sila pertama Pancasila ini, sehingga kadang mereka menawarkan frase Ketuhanan Yang Berkebudayaan.

Nasakom ini sangat pro kepada haluan politik Partai Komunis Tiongkok, serta pendukung program BRI (Belt and Road International) atau OBOR China, jalan bagi Xi Jinping untuk menguasai perdagangan dunia.

Oleh : Hasanuddin
Ketua Umum PB HMI 2003-2005

- Advertisement -

Berita Terkini