2024 Capres Muda : Why Not?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Jumat, 3 hari lalu saya dijapri oleh Ustadz Mardani Ali Sera untuk joint di zoom meeting Indonesian Leaders Talks dengan tema “2024 Capres Muda”.

Narasumber acara tersebut adalah Ustadz Mardani, pengamat politik Burhanuddin Muhtadi dan Guru sekaligus Kritikus Kebangsaan Rocky Gerung.

Karena bertepatan ada agenda yang sama, Senin pagi kemarin saya simak dialognya di channel streamingnya. Menarik sekali pembahasan 3 narasumber tersebut.

Dalam konteks UU Pemilu, usia Capres minimal adalah 40 tahun. Kalau menurut usia, tentu tidak bisa digolongkan “muda” lagi.

Untuk itu, tentu dalam kontek Pilpres, Capres Muda adalah kandidat yang berada dibawah usia 60 tahun. Namun, yang menarik bukan hanya usia. Para narasumber menitikberatkan pada perlunya Capres sosok baru dengan ide baru yang bisa memajukan bangsa sekaligus merangkul kemajemukan.

Dalam wacana konteks Capres Muda, gagasan 3 priode jabatan presiden, tertolak dengan sendirinya. Dan dengan bahasa verbal di forum diskusi tersebut, Burhanuddin Muhtadi mengakui adanya tawaran dari sekelompok elit untuk membantu “campaign 3 priode tersebut”.

Dari pengakuan beliau, kita jadi memahami betul wacana yang dimunculkan Qodari itu sesuatu yang sudah ada “user” nya, gagasan 3 periode tersebut adalah pesanan sekelompok kaum elit. Untuk itu segenap elemen bangsa harus menolaknya karena 3 priode berarti memanjangkan oligarkhi politik di Indonesia.

Lalu bagaimana dengan Capres Muda ini? Saya rasa ini gagasan yang sangat bagus. Indonesia ke depan butuh dengan sosok pemimpin yang energik.

Bukan hanya energik raganya. Tapi juga gagasannya. Indonesia butuh pemimpin yang gagasannya merangkul kemajemukan, bukan malah sibuk dengan mengusik hal-hal yang sudah profan dan sakral.

Berdebat ideologis itu perlu. Bahkan Indonesia lahir karena perdebatan dan dilahirkan dalam perdebatan. Tapi jika kemudian perdebatan ideologis di ruang publik menjadikan seseorang masuk penjara, maka itu hanya dilakukan pemimpin dungu.

Ke depan, Indonesia butuh pemimpin muda yang bisa memahami dan melakukan langkah yang bijak dalam menghadapi dinamika.

Saya pribadi tentu sangat berharap langkah-langkah mengkampanyakan pemimpin muda untuk 2024 ini mulai terwujud dalam sebuah aksi yang jelas. Misalnya membuat jejaring hingga ke tingkat grass root.

Hari ini masyarakat memiliki “common sense”, karena negeri ini seperti sengaja dibenturkan para pihak di dalamnya agar para cukong nyaman merampok dan melestarikan kekuasaan di negeri ini.

Rakyat berharap betul agar benturan yang tidak diperlukan ini segera berakhir. Ingat , negeri ini dibangun atas asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Pemimpin ke depan harus mengembalikan aparatur pemerintahan kepada fungsi yang sebenarnya, bukan menjadi alat untuk menggebuk lawan politik dan oposan.

Di sinilah letak urgensi Capres muda di 2024 nanti. Apakah sosok Capres muda itu akan lahir di Pilpres 2024 ? Saya kira itu akan terjadi sejauh massifnya kita menyuarakan kebenaran.

Sebab saya, Anda dan kita semua tentu tak ingin punya pemimpin yang memenjarakan seseorang karena memestakan pernikahan anaknya karena corona/Covid 19. Sementara dia sendiri malah hadir sebagai saksi di pesta pernikahan anak orang.

Di Pilpres yang akan datang, mari kita akhiri kedunguan dalam memimpin negeri ini.

Oleh : Ahmad Daud

- Advertisement -

Berita Terkini