Sudahkah Habis Cara Memperbaiki PB HMI?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Beberapa orang Kader HMI yang sedang berproses di salah satu Komisariat sekawasan HMI Cabang Medan meminta pendanganku terkait mengenai kondisi dualisme PB HMI saat ini. Kukatakan pada mereka dengan sedikit bercanda bahwasanya aku tak ada pandangan. Dengan kesal mereka mengganti redaksinya dengan meminta bagaimana pendapatku tentang hal yang tadi, dualisme PB HMI.

Jujur, aku memang sedang tidak memandang-mandang keadaan PB HMI karena aku tak berada di sana (PB HMI) lagi. Dulu, sebelum terjadi dualisme kepengurusan PB HMI periode 2018-2020, aku memang sempat jadi salah satu pengurus, di Departemen Kajian Keamanan. Aku tak tahu untuk apa bidang ini ada, toh juga tak bisa mengamankan kerusuhan-kerusahan yang terjadi di HMI. Sok-sok-an kita mengurusi dan mengkaji keamanan di negeri ini, rupa-rupanya rumah kita sendiri tak terkaji dan tak pula teramankan dari orang-orang yang serakah. Untunglah aku sudah di-reshuffle Ketua Umum Saddam waktu itu, sebelum kisruh terjadi yang berujung hingga pengunduran dirinya.

Maksudku begini, bukan beruntung dengan kondisi itu, tapi beruntung aku tak jadi pengurus lagi, sehingga secara fisikli aku tak merasa ada tanggungjawab. Tapi nyatanya pikiranku masih terus memikirkan tentang HMI saat ini, membicarakannya, dan menuliskan kritik-kritikku. Dan ini rasanya lebih letih, dan lebih meresahkan.

Kembali pada beberapa kader yang meminta tanggapanku tentang kondisi dualisme PB HMI saat ini. Kutarik pelan sebatang rokok kemudian membakarnya, kuhisap dengan penuh amat sangat sambil otakku mulai memproduksi kata-kata yang harus kukeluarkan. Tapi sebentar, aku teguk sejenak V60 (kopi) yang sudah tertuang di loki (gelas kecil) sejak tadi.

Tentang dualisme antara Pj. Ketua Umum Arya dan Pj. Ketua Umum Muis, tanyaku. Mereka semua mengangguk, dan satu orang menambahi terkait Kongres XXXI di Surabaya dengan Pleno III PB HMI di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dua hal ini memang sudah menjadi pembicaraan umum di internal HMI, bahkan di luar HMI pun banyak membicarakannya.

Sebelum mengutarakan pendapatku, tentunya terlebih dahulu meminta pendapat mereka. Sebagai kader yang masih berproses di tingkat komisariat, apa yang mereka baca di akun-akun medsos HMI atau pun dalam berita online itulah yang mereka sampaikan. Ada juga pendapat yang analitis, tapi masih sangat tipis. Walaupun tipis, bagiku pendapat mereka itu penting untuk kupertimbangkan sebagai tambahan pendapatku.

Saat giliranku memberikan pendapat, aku memulai dari sedikit historis yang kuketahui terkait awal mula dualisme PB HMI periode 2018-2020, sedikit banyak juga mereka tahu. Pasca kebesaran hati Ketua Umum Saddam menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum PB HMI periode 2018-2020, PB HMI sudah islah secara struktural dengan PJ. Ketuamnya adalah Arya dan seluruh pengurus yang ada pada kubu Saddam juga dimasukkan pada pengurusan Arya. Sehingga waktu itu Sekjen jadi dua, Bendum jadi dua, dan yang lainnya juga begitu. Dan saat itu Saddam sudah menyatakan Kongres bersama akan dilaksanakan di Surabaya.

Nah, pada saat itu, aku sungguh terharu dan salut pada Saddam terlepas seluruh kasus yang ada. Setidaknya, menurutku itu adalah niatan baik Saddam agar PB HMI tidak terpecah dua lagi dan membuat Kongres Bersama. Dan menurutku ini memberikan harapan bahwa konflik dualisme PB HMI akan berakhir.

Tapi dalam realitanya, muncul lagi dualisme PB HMI, dengan Pj-nya Abd. Muis. Kemudian kubu Muis akan menyelenggarakan Pleno III PB HMI versinya dan kelompoknya, padahal kubu Arya melaksanakan Kongres XXXI sebagaimana yang dikatakan Saddam pada saat pernyataan pengunduran dirinya.

Apa sebab dualisme ini terjadi? Saya tak berani menuliskannya di sini. Sebab, karena setiap kubu pasti pihaknya merasa dipihak yang benar. Terlepas siapa yang salah dan siapa yang benar, aku tidak ingin terjebak di sana. Karena sekarang bagiku bukan bicara siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi siapa yang mau menyatukan PB HMI ini dan tidak dualisme lagi.

Mungkin jika ada yang mau menebak maksud pendapatku tadi, tahu pastilah ke mana arah keberpihakanku. Bukan pada orangnya, tapi pada tindakan yang semestinya dilakukan. Jika Kongres yang dilaksanakan itu bertujuan untuk mengakhiri dualisme PB HMI, maka semestinya kita mendukungnya. Karena yang kita butuhkan saat ini adalah itu. Dan harapannya Kongres ini tidak melahirkan lagi bibit-bibit dualisme. Ini demi keselamatan organisasi kita. Cara ini bukanlah cara baru, sebelum-sebelumnya PB HMI pernah melakukannya.

Tapi jika itu gagal, masihkah ada cara untuk menyatukan dualisme PB HMI? Aku pikir Pleno bukanlah jawabannya. Jadi, adakah cara lain?

Untuk mencari jawabannya, sepertinya kita perlu merenungkan kembali dan benar-benar menanamkan kecintaan kita pada HMI dengan niat-niat benar-benar memperbaiki serta menjaga HMI dari jurang dualisme. Kita harus membuang egoisme dan hawa nafsu berkuasa kita.

Jadi, aku sendiri pun tidak mampu menjawab pertanyaanku itu. Jujur untuk saat ini aku tak mampu menjawabnya apakah ada cara lain selain Kongres HMI. Jika ada yang bisa menjawab pertanyaanku tadi, perlu untuk menuliskannya dan menyebarkannya pada seluruh warga HMI.

Oleh : Ibnu Arsib

- Advertisement -

Berita Terkini