AM Hendropriyono : Radikalisme Subur Di Masyarakat Yang Mabuk Agama

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Benar sekali. Radikalisme subur di dalam masyarakat yang mabuk agama. Menarik sekali yang disampaikan oleh AM Hendropriyono terkait agama dan beragama. Ya. Tentang mabuk agama. Tentang sumber radikalisme.

Guru Besar Sekolah Intelijen Negara dan Sekolah Tinggi Hukum Militer itu memaparkan dengan jelas tentang hakikat memeluk agama dan Pancasila dalam acara ILC beberapa waktu lalu. Sayang ada yang gagal paham.

“Mabuk itu artinya tidak sadar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satu arti mabuk adalah berbuat di luar kesadaran. Mabuk beragama dapat diartikan beragama tapi tak menyadari makna beragama,” kata Hendropriyono di Jakarta Minggu (27/12/2020).

Lebih lanjut Hendropriyono memaparkan bahwa akar radikalisme tumbuh subur di tanah yang masyarakatnya mabuk agama. Agama dicintai tanpa memiliki disiplin sosial. Maka ketika harus menjalankan kewajiban bernegara, dengan mengamalkan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, pun harus dilaksanakan.

Maka, lanjut Hendropriyono, agama dan beragama harus membuat orang sadar. Bukan sebaliknya. Mabuk agama. Hubungan antara agama dengan falsafah dan asas negara Pancasila pun harus dipahami oleh pemeluk agama.

“Pancasila justru lahir karena agama, bukan di atas agama. Pancasila juga tidak boleh didikotomikan dengan agama,” kata Hendropriyono di Jakarta Minggu (27/12/2020).

Ada hubungan tak terpisahkan antara agama dengan sila-sila dari Pancasila. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Mana bisa kita beragama kalau kita membunuhi orang lain, yang jelas-jelas dilarang oleh agama apa pun.

“Itu namanya tidak sadar beragama alias mabuk,” papar Hendropriyono.

Dengan demikian, untuk beragama diperlukan disiplin, tunduk pada aturan. Pancasila menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa itu paling atas. Itu diyakini dalam semua agama. Sila pertama itu harus dijabarkan dalam sila-sila lainnya.

Pernyataan Hendropriyono ini sangat relevan untuk menanggapi radikalisme yang marak, terkait dengan strategi kaum radikal yang membenturkan, mendikotomikan, mempertentangkan antara agama dan Pancasila.

Oleh : Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini