Kabinet Baru Jokowi, Politik Dagang “Kecap”?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Lagi-lagi Kabinet Jokowi dirombak, kali ini ada beberapa Nama yang muncul di Kabinet baru Jokowi, yaitu Tri Rismaharini. Wali Kota Surabaya sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara yang saat ini menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ada Sandiaga Uno Mantan Calon Wakil Presiden Tahun 2019 menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ada Yaqut Cholil Quomas sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi lalu ada Budi Gunadi sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan.

Ada Wahyu Sakti Trenggono sebagai Menteri KKP menggantikan Edhy Prabowo yang juga terseret Korupsi masalah Lobster. Dan terakhir ada M. Lutfi sebagai Menteri Perdagangan menggantikan posisi Agus Suparmanto.

Yang sangat menjadi sorotan bagi saya adalah tiga menteri baru ini, yaitu Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, dan juga Yaqut Cholil. Tri Rismaharini di dapuk menjadi Menteri Sosial oleh Jokowi selesai menjadi Walikota Surabaya, sebenarnya tidak heran sih, dikarenakan track record Tri Rismaharini yang tidak mengecewakan pada kubu pemerintah.

Sebagai Walikota sejauh ini Tri Rismaharini memang selalu digadang-gadang akan menjadi “sesuatu” yang lebih dari walikota. Rezim ini tentu meng”anak”emaskan Tri Rismaharini sebagai yang akan mendapatkan “something” dari rezim Jokowi.

Yaa begitulah, kiranya yang menjadi pertanyaan adalah, bisakah Tri Rismaharini sebersih Mensos yang sebelumnya..? Bisakah Tri Rismaharini memperbaiki citra buruk Kementerian Sosial setelah dikotori oleh Kader Banteng Juliari Batubara? Mungkin jawabannya nanti ketika beliau sudah menjalankan jabatannya.

Lalu, ada lagi Sandiaga Uno. Sebagai papa Online yang diharapkan selalu menjadi orang terdepan membela emak-emak, akhirnya luluh juga dengan pesona Jabatan dari rezim ini.

Setelah Prabowo masuk dalam lingkaran rezim dengan menjadi Menteri Pertahanan, kini Sandi mengikuti jejak “senior”nya masuk kejajaran kabinet, tepatnya memegang jabatan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama.

Kiranya tidak heran juga melihat track record beliau, yang sudah sangat rapat di kubu pemerintah apalagi dia menjadi tim pemenangan Menantu dan Anak Jokowi di Medan dan Solo.

Dengan kemenangan Dua Walikota keluarga Istana ini tentu saja wajar Sandiaga Uno “dihadiahi” posisi Kabinet. Tentu bisa benar dan bisa salah. Alasan yang paling idealis jika ditanyakan pada Bung Sandi, pasti.. Demi “memperbaiki di bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif”.. Tapi, bagi saya, pebisnis tetaplah pebisnis, ada untung rugi disitu.. Pebisnis yang masuk politik adalah pebisnis ulung yang bisa membuat Rakyat terpukau, tapi dibalik itu entahlah.. Mungkin berdagang juga..

Lalu ada Yaqut Cholil sebagai Menteri Agama, sampai sekarang mungkin bukan saya yang bertanya, tapi rakyat pun bertanya. Sebenarnya apa track record beliau hingga layak menjadi Menteri agama? Yang saya tahu, beliau lebih menguatkan sikap Primordialisme golongan dan selalu menyudutkan Kubu Islam 212.. Begitulah.. Bukankah yang muncul kedepannya hanya perpecahan jika Menteri Agama yang ditunjuk tidak bersikap netral dan menyatukan umat?
Ini hanya spekulasi, kita berharap Yaqut bisa lebih baik menjadi Menteri Agama.

Lalu, yang menjadi pertanyaan tidak adakah lagi Ulama atau Tokoh NU yang lebih layak daripada Yaqut. Saya lebih respek kepada Said Aqil Siradj, walau saya bukan pengagum beliau, tapi dari segi kekuatan politis serta keilmuan, kiranya beliau lebih layak..

Kiranya kita pesimis dengan Kabinet ini. Kabinet ini tidak lebih dari “bagi-bagi kue”.. Terlepas apakah memang profesional atau tidak. Tapi pemerintah seharusnya bukan lebih menitikberatkan pada perombakan kabinet, tapi lebih kepada Leadership dan sikap kenegarawanan Istana dalam menghadapi berbagai Problematika di negeri ini..

Kiranya perombakan kabinet ini tidak ada yang menarik, kecuali seperti “dagang kecap”.. Pedagang kecap yang manis akan laku diistana. Padahal rasa kecap juga ada yang asin.. Sayang istana hanya suka yang manis..
Sekian..

Oleh : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana jurusan Pemikiran Politik Islam UINSU dan Pegiat Literasi.

- Advertisement -

Berita Terkini