Budayakan 3M

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) belum jelas dan pasti kapan akan berakhir. Jumlah korban yang dinyatakan positif terpapar COVID-19 juga semakin bertambah.

Alih-alih untuk segera mengakhiri aktifitas belajar, bekerja dan lebih banyak berdiam diri di rumah. Justru dengan apa pun alasan masyarakat sudah lebih banyak beraktivitas dan berkegiatan di luar rumah.

Ada yang merasa jenuh, ada yang merasa perlu bergerak dan meningkatkan mobilitas untuk beribadah, mencari nafkah dan berbagai aktivitas lain di luar rumah.

Kebiasaan Baru

Era baru dalam situasi yang kini tengah dihadapi adalah kebiasaan dan pola hidup yang baru. Pola hidup baru itu adalah bagaimana setiap orang diharapkan membiasakan diri untuk Menutup mulut dengan masker, Mencuci tangan dengan sabun dan sanitizer, Menjaga jarak aman. Ketiganya dikenal dengan 3M.

Kebiasaan baru 3M ini meskipun banyak propaganda yang memandang bahwa COVID-19 itu tidak ada tetapi baiknya menjaga diri dengan kebiasaan baru berupa 3M itu lebih bagus untuk terus dilakukan meskipun COVID-19 sudah dapat dikendalikan.

Kebiasaan baru lainnya adalah bagaimana melakukan Testing, Tracing, dan Treatment (3T), yaitu Tes, Penelusuran dan Penanganan.

Kebiasaan 3M dan 3T inilah yang diyakini dapat mencegah penularan Pandemi COVID-19 yang semakin tinggi.

Apakah kebiasaan 3M dan 3T telah menjadi kebiasaan baru di masyarakat? Tentu saja kita bisa lihat kanan kiri dan di sekitar kita, dan setiap kita bisa menjawabnya.

Mengapa tingkat penularan COVID-19 tidak kunjung dapat ditangani dan dikendalikan. Bahkan vaksin untuk pencegahan COVID-19 belum pada tahap final untuk dapat dipakai.

Hikmah Positif

Secara lebih mendalam bila kita renungi dan kita kaji dengan perspektif yang penuh hikmah positif dari kebiasaan baru akibat COVID-19 dapat dicatat beberapa hal penting berikut.

Pertama, kebiasaan baru untuk selalu mencuci tangan memang baik untuk kesehatan secara fisik. Tetapi dalam konteks yang lain mencuci tangan dimaknai sebagai bentuk bagaimana kita menjaga tangan tidak kotor oleh perbuatan dosa, perbuatan zalim, perbuatan aniaya serta perbuatan lain yang setiap waktu dan saat kita bisa tergelincir oleh perbuatan buruk melalui tangan kita.

Perbuatan buruk melalui tangan dimaksudkan juga bentuk kejahatan, zalim dan aniaya karena kekuasaan yang kita punya atau tindakan penyalahgunaan kekuasaan (abause of power) dalam bentuk korupsi, kolusi dan nepotisme. Kejahatan oligarki, dinasti kekuasaan yang negatif dan berbagai kejahatan kekuasaan lainnya dalam bentuk kejahatan ideologi, politik, ekonomi sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta ketidakadilan, ketidakbenaran dan ketidakjujuran.

Kejahatan tangan lainnya juga dimaksudkan dengan kejahatan kita melalui jemari-jemari tangan pada gadget menyebar hoax, caci maki, hasat, hasut, iri, dengki dan fitnah.

Dengan COVID-19 kita diminta membersihkan dan mencuci tangan agar bersih secara fisik (sehat) tetapi juga bersih dari perbuatan dosa, perbuatan buruk dan kejahatan.

Kedua, Kebiasaan baru untuk menutup mulut dengan masker agar tidak menularkan atau tertular COVID-19 tentu musti dimaknai pula sebagai bentuk pengingat bagi setiap kita untuk lebih banyak menutup mulut atau menjaga mulut agar tidak bicara sembarangan, menggunjing yang menyakiti orang lain dan melakukan fitnah sana sini yang berujung permusuhan.

Suatu perintah untuk menjaga mulut itu begitu penting, sampai ada suatu hadis Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari bersabda bahwa, keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

Hikmah positif dari COVID-19 ini adalah bagaimana kita mampu menjaga mulut, lisan dan perkataan kita agar tidak menyakiti, menggunjing, memfitnah dan merugikan orang lain.

Ketiga, menjaga jarak agar kita memiliki jarak aman untuk tidak menularkan dan tertular COVID-19.

Menjaga jarak aman tentu saja dimaksudkan juga agar kita selalu menjaga jarak kita untuk selalu terhubung dengan Allah SWT melalui amalan dan ibadah kita.

Kemudian menjaga jarak kita sebagai pemimpin atau khalifatullah filard dengan Allah SWT, agar kita bisa amanah dalam mengemban tanggungjawab kepemimpinan kita masing-masing di muka bumi.

Menjaga jarak bukan saja dimaksudkan sebagai bentuk menjaga jarak fisik semata, tatapi juga merupakan bentuk bagaimana kita menjaga jarak sosial agar kehidupan kita dengan para tetangga dan saudara semakin baik, saling membantu, tolong menolong dan hidup gotong royong penuh tanggungjawab.

Menjaga jarak dimaksudkan sebagai bentuk kepedulian kita untuk melihat jarak empat puluh rumah di delapan penjuru mata angin untuk kita periksa apakah mereka dalam situasi yang susah, lapar dan pada tahap frustasi, putus asa dan putus harapan sehingga memerlukan bantuan dan uluran tangan kita

Penutup

Dengan sebaik-baiknya kita membudayakan 3M, baik dalam konteks mencegah penularan CIVID-19 maupun dalam konteks menjaga nilai-nilai keimanan dan mencari hikmah positif dari kebiasaan baru itu sudah dapat dipastikan kita mendapat dampak yang baik dan positif melalui sikap laku kita yang terpuji dan yang terbaik.

Lebih dari itu, setiap kita, masing-masing perlu memberi apresiasi atas kesungguhan semua warga bangsa masyarakat Indonesia yang selalu membudayakan kebiasaan baru dalam bentuk 3M dengan ucapan Maturnuwun Mbak dan Mas (3M).

Dan kepada semua pihak, pemerintah pusat, daerah, satgas COVID-19 dan kita semuanya yang berperan menjaga kebersamaan dalam menghadapi COVID-19 diucapkan Thank you dan Terimakasih Tuan (3T). [WT, 1/11/2020]

Oleh: Wahyu Triono KS
Ketua Satgas COVID-19 RW 013 PGS Cimanggis Depok, Dosen Administrasi Publik FISIP Universitas Nasional dan Tutor FHISIP Universitas Terbuka

- Advertisement -

Berita Terkini