Seluruh Anggota dan Kader PDI Perjuangan, Gerakan Menanam Cermin Politik Kehidupan PDI Perjuangan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyampaikan pesan Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri, bahwa di tengah dinamika politik nasional saat ini, seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan tetap melakukan gerakan menanam. Menanam segala hal tanaman yang bisa dimakan adalah cermin politik kehidupan.

“Melalui menanam, kita diajarkan merawat dan mencintai kehidupan itu. Oksigen yang dihasilkan pun akan menyegarkan bumi pertiwi dan seluruh alam raya segala isinya,” kata Hasto kepada mudanews.com, Rabu (14/10/2020).

Ia mengatakan, jadikan setiap jengkal tanah kosong, setiap ruang terbuka yang mendapat energi matahari, cukup air, dan tanah subur berlimpah sebagai tempat menanam. Jadikan setiap sudut kantor Partai penuh dengan tanaman yang bermanfaat bagi rakyat.

“Politik menanam adalah politik kontemplasi PDI Perjuangan, menanam kebaikan, menanam budi pekerti, menanam nasionalisme, dan menanamkan tanggung jawab bagi bangsa dan negara,” tambahnya.

Hasto mengungkapkan, mereka yang tidak percaya pada kepemimpinan Pak Jokowi-KH Ma’ruf Amin yang berasal dari rakyat kita ajak dialog, sebab ada yang memprovokasi mereka. Ada kekuatan Anarko Internasional yang tidak percaya pada segala hal yang berbau pemerintahan. Tidak percaya pada kebaikan.

“Pak Jokowi-KH Ma’ruf Amin adalah sosok pemimpin yang tidak memiliki riwayat menggunakan UU sebagai tindakan represif sebagaimana Orde Baru; tidak punya tradisi menghilangkan. nyawa rakyat sebagai produk keputusan kekuasaan. Beliau berdua tidak punya rekam jejak menggunakan UU sebagai alat menjual kekayaan negara pada asing sebagaimana terjadi ketika pemerintahan otoriter berkuasa selama 32 tahun,” beber Hasto.

Hasto juga menambahkan, bahkan dalam masa kelam kekuasaan itu, Proklamator Bangsa pun ditempatkan pada sisi gelap sejarah. Bung Karno dibenturkan dengan Islam, padahal Bung Karno dalam Konferensi Islam Asia Afrika tahun 1965 mendapat gelar sebagai Pahlawan Pembebas Kemerdekaan Bangsa-bangsa Islam; Bung Karno juga meninggalkan begitu banyak peradaban Islam seperti Masjid di Rusia, Makam Imam Al Bukhori, Pohon rindang di Padang Arafah, begitu banyak Masjid di tanah air senagai buah karya Beliau seperti Masjid Istiglal yang begitu megah, dan juga pada saat bersamaan menerima bintang kehormatan tertinggi dari 3 Paus yang berbeda.

Lanjutnya, pendeknya menjadi Indonesia saat itu pemimpin diantara bangsa-bangsa yang berbeda ideologi, suku, dan agamanya: Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Indonesia saat itu, menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa tertindas.

“Jadi Undang-undang yang baik akan ditentukan oleh penyelenggara negaranya!! Oleh semangat dan watak pemimpinnya. Kita lihat rekam jejak sejarah Pak Jokowi dan KH Ma’ruf Amin. Pemimpin tumbuh dari bawah dari kalangan kita sendiri,” jelasnya.

“Jadi ketika politik saat ini dihadapkan pada fitnah, ujaran kebencian, dan perusakan fasilitas publik, fasilitas milik rakyat, serta menampilkan demokrasi tanpa keadaban politik, maka sikap anggota dan kader PDI Perjuangan Terus Berjuang!! Hadirkan politik menanam, mewayu hayuning bawono,” ujarnya.

“Kita juga tetap teguh pada jalan politik untuk kemajuan bangsa, jalan Pancasila. Mereka yang mengadu domba rakyat, akan berhadapan dengan kekuatan rakyat yang maha dahsyat. Mereka yang hanya melihat Indonesia dari pandangan “kami”, akan terkungkung dalam kekerdilan politik. Sebab Indonesia adalah kita. Kita sebagai satu bangsa yang kedepankan persatuan dan memerebutkan masa dean gemilang. Itu tugas kaum muda Indonesia saat ini, termasuk mahasiswa!!! Tugas kita semua!!” tegas dia.

Hasto menjelaskan, Indonesia adalah negara hebat yang membentang dari Sabang sampai Merauke; dari Mianggas hingga ke Rote. Kita adalah satu kesatuan geopolitik. Satu jiwa bangsa. Satu semangat persatuan Indonesia. Oleh Bung Karno, tiga negara Islam, Maroko, Tunisia dan Aldjazair, merdeka karena peran Indonesia . Denikian halnya Pakistan dan Palestina. Selalu kita bantu!!! Jadi kita ini menjadi bangsa pelopor!!

“Kini kita hanya melihat ke dalam, sembari menutupi ketertinggalan peradaban kita. Tertinggal dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Tertinggal dalam penguasaan teknologi. Tertinggal dalam peradaban yang melahirkan energi positif bagi bangsanya. Dan mohon maaf, hanya untuk cara duduk di toilet, hanya dari kedisiplinan untuk tidak membuang sampah ke sungai, kita pun masih tertinggal. Jadi kita lihat nurani kita, ketika demonstrasi berakhir dengan vandalisme dan perusakan fasilitas publik. Apakah itu kita??” ungkapnya.

“Jadi “teriakan lantang” sambil mencela para pemimpinnya, sebenarnya adalah gambaran kemunduran kebudayaan kita,” tegasnya.

Mahasiswa Program Doktoral Universitas Pertahanan itu menghimbau, disinilah seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan harus tampil ke depan. Ibu Megawati Soekarnoputri telah memberikan contoh bagaimana Beliau sering dibully, tetapi tidak pernah membalas, dan memilih diam: “sebab poltik kita sudah terlalu berisik. Sudah penuh dengan celaan dan fitnah. Satyam Eva Jayate!!”

“Jadi tugas seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan untuk terus menebar kebaikan; turun, berdialog, dan menyatu dengan kekuatan rakyat Indonesia. Selamat berjuang!!!” tandasnya. Berita Jakarta, red

 

- Advertisement -

Berita Terkini