Terimakasih Adian Napitupulu, Pejuang Politik Kerakyatan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Bandung – Di saat semua orang sibuk mencari dalang dari aksi brutal berapa hari lalu, Adian Napitupulu justru berfikir lain. Adian pergi ke Polda Metro Jaya, dia ingin meyakinkan bahwa semua massa demonstran yang sedang diamankan oleh pihak kepolisian tetap diperlakukan selayaknya warganegara Indonesia.

Adian hadir bukan sebagai pendukung undang-undang Cipta Kerja, dia hadir sebagai pemimpin rakyat yang hendak memastikan bahwa semua proses hukum berjalan dengan baik. Tahapan uji rapid test juga dipastikan agar penangkapan itu tidak menjadi sebuah kluster tambahan di Polda Metro Jaya. Dan memang begitu seharusnya seorang pejuang politik kerakyatan. Dan secara kebetulan Adian Napitupulu juga salah satu loyalis Presiden Joko Widodo sejak 2014.

Jika kita dalami, para pelaku perusakan di lapangan juga boleh jadi korban dari skenario busuk dalang. Saya menyerap secara cepat saja. Dari banyak foto, video atau juga laporan teman-teman jurnalis di lapangan individu yang beraksi brutal diklasifikasikan usia remaja dan anak-anak (di bawah 17 tahun). Setelah diamankan pihak kepolisian, dalam proses interogasi hampir semua pelaku tidak mengerti apa itu UU Cipta Kerja. Mereka dihasut, dibayar bahkan dikonsumsikan obat perangsang saraf agar brutal dan melakukan aksi vandalisme. Mereka dilepas seperti anjing-anjing gila yang siap menerkam siapa saja di depannya.

Mereka bukan anggota serikat pekerja, merka bukan anggota gerakan mahasiswa, lantas apa motivasi kuat mereka bertindak brutal? Secara psikologis, hampir tidak ada landasan logis mereka harus pertaruhkan nyawanya untuk sesuatu hal yang mereka juga tidak paham secara lugas. Hanya ada dua cara merespon motorik para demonstran yang awam untuk bertindak brutal. Pertama, mereka dihasut dengan kebencian kepada Polisi dan dibayar di waktu yang sama. Kedua, mereka dipaksa berani dengan pengaruh obat-obatan diluar batas sadar serta keberanian mereka. Jika dia pendekatan motif ini terjadi, maka kita pun perlu memposisikan mereka sebagai subjek korban. Dampak perjudian dari pemilik kandang babi, yang ingin cepat-cepat membakar kota.

Bukan hanya kita sebagai warga negara yang boleh berterimakasih kepada sikap dan tindakan Adian Napitupulu. Rasanya Presiden Joko Widodo juga boleh atau perlu berterimakasih kepada Adian Napitupulu, karena telah menjadi perpanjangan tangan kepada para demonstran. Di mana pada tulisan saya kemarin bertajuk “Kanal Demokrasi”, fungsi-fungsi ini seharusnya diambil secara segera oleh Kantor Staf Presiden sebagaimana saya jelaskan sebelumnya.

Namun begitu, ini bukan soal siapa lebih dulu dan tanggap, posisi Adian Napitupulu sebagai tokoh dari PDI-Perjuangan juga tetap baik, sekalipun PDI-Perjuangan ada dalam garis pengusung UU Cipta Kerja. Sikap ini begitu bijak, karena pada waktu yang sama Adian kembali mengaktifkan fungsi agregasi suara penolakan dari massa rakyat. Mungkin saja, cara-cara ini bisa diterapkan kepada tokoh-tokoh partai lain agar eskalasi gejolak tidak lebih brutal lagi dari yang sudah terjadi.

Jika pemerintah dan partai politik kembali membuka gerbang untuk duduk mendengar cerita publik, mungkin saja jalan-jalan terbaik bisa ditemukan dalam waktu yang segera mungkin. Atau ini menjadi sebuah sinyal arus publik memberikan peringatan kepada elit politik, bahwa suara mereka patut didengar.

Terlepas dari apapun yang menjadi sikap dan keputusan politik bangsa ini, jalan demokrasi perlu terus diperjuangkan. Saya Abi Rekso Panggalih, secara pribadi mengucapkan banyak terimaksih dan hormat kepada Adian Napitupulu karena telah melakukan hal-hal yang semestinya. Bukan untuk diri sendiri, bukan untuk kekuasaan tapi untuk demokrasi Indonesia. Sehat selalu Bung!!

Salam Sehat!
Oleh : Abi Rekso Panggalih
(Penyuluh #RakyatAkalSehat)

Bandung, 10 Oktober 2020

- Advertisement -

Berita Terkini