Piagam Jakarta, Pancasila dan HIP

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM

Oleh : Ali Wardi
Mantan Aktivis Badko HMI Sumut

Hari ini dan sejak lama, Piagam Jakarta, sebagai bagian dari rangkaian dari kelahiran bangsa ini, ia adalah rentetan prasasti dari sebuah kesepakatan untuk memiliki satu negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila yang dijiwai dengan kalimat-kalimat sakti dari pembukaan UUD 1945. Kini prasasti di sanubari rakyat itu sedang digugat, hendak dilinggis dan dikikis habis. Negara hendak diputar haluannya.

Piagam Jakarta dan pembukaan UUD 1945 adalah dua hal yang menjadi sendi negara ini, yang satunya sudah melembaga dalam jiwa anak bangsa dengan kisah pilu tentang pengorbanan, sesuatu yang disepakati untuk tidak dikemukakan dalam janji untuk persatuan, tapi tidak untuk dihilangkan, karena itu adalah fakta sejarah yang tak terbantahkan.

Lupakah kalian bahwa kami terpaksa melupakan untuk menyelenggarakan hukum sendiri demi mengurus umat kami sendiri, bukan mengutak-atik keyakinan dan hukum yang menyangkut selain kami. Inilah sesungguhnya yang terjadi, sebuah pengorbanan yang tak terperikan, sebuah kekecewaan besar yang menyejarah, sekaligus munumental di jiwa kami, pengorbanan yang tak terlukiskan besarnya. Namun sepertinya akan mereka campakkan ke pojok kelam sejarah ‘kegemilangan” mereka.

Karena apa ?
Karena mereka phobia, mereka takut tanpa alasan -dan mereka tidak pernah berhenti sejak dahulu memproduksi segudang alasan dengan berbagai propaganda- menyudutkan entitas besar bangsa ini sebagai pengusung spirit dari semua proses besar bersejarah bangsa, sedang sekali lagi, semua itu sudah terdokumentasi dan melembaga.

Mereka sudah dan terus bekerja mati-matian dengan melinggis tanpa henti siang dan malam, memengaruhi, mendustai menyuci otak anak-anak bangsa yang oportunis dan mereka pelihara. Bahkan kini, anak-anak bangsa yang kemudian terkondisi memiliki jabatan di lembaga-lembaga tinggi negara ini, terprovokasi hendak menggadaikan bangsa ini.

Mereka mendapat angin dengan dukungan kekuatan dari barisan phobia global terhadap Islam dan dengan adanya sebarisan sumbu pendek yang nyaring dan beragama dengan napsunya. Meski sebenarnya sumbu pendek ini sangat mudah dikendalikan dan diarahkan, ialah dengan keadilan dan kesejahteraan. Sumbu pendek itu hanyalah ghirah keislaman yang masih prematur dan atau sekelompok orang yang terprovokasi oleh suatu “permainan” yang diciptakan, mereka tak sadar dimanfaatkan oleh mereka yang menyimpan benci dan dendam tak beralasan kepada Islam.

Sudahlah, mohon, tolong jangan diteruskan bila masih ingin bangsa ini tetap satu dan bersama menuju cita-cita yang sudah kerap terabaikan, karena kita sudah terlalu lalai, sibuk menguras energi dan perhatian untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan awal tujuan berdirinya bangsa ini yakni, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

- Advertisement -

Berita Terkini