Berhala Para Politisi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Apa yang kita pahami ketika mendengar kata politisi? Pastinya yang ada dibenak kita pastilah Partai Politik, pejabat negara dan aktor-aktor di dewan pemerintahan. Menurut Dr. Johannes Leimena, politisi adalah sebutan bagi orang yang bergiat di bidang politik, biasanya merupakan pengurus partai atau aktivis partai. Adapun tujuan seorang menjadi politisi pada umumnya dilatarbelakangi oleh alasan ideal seperti mewujudkan keadilan, kesejahteraan, perdamaian, dll.

Idealnya memang benar seharusnya para politisi memperjuangkan hak-hak rakyat dengan wadah partainya, bukan malah selalu mengikut keputusan partai walaupun kadang keputusan partai tidak menguntungkan rakyat. Selalu saja kita menggeleng-gelengkan kepala dengan pola tingkah para politisi di negeri, ada yang menjadi koruptor kelas kakap, ada yang menjadi penyuap, ada yang melanggengkan feodalisme di tubuh pemerintahan demi kekuasaan partainya. Ada yang menghalalkan segala cara untuk duduk di kursi dewan pemerintahan. Ada juga yang bekerja sama dengan mafia-mafia di negeri ini demi mengenyangkan perutnya.

Inilah realita “politisi” saat ini. Banyaknya Partai di negeri ini membuat banyaknya kepentingan. Sebenarnya siapa yang mereka sembah hingga kebijakan-kebijakan politiknya sangat tidak pro pada masyarakat?

Tuhan-tuhan para politisi adalah uang dan kekuasaan. Mereka yang membuat kebijakan tanpa memikirkan rakyat tentunya mengharapkan sesuatu yang lebih besar dari kepentingan rakyat, yaitu uang juga kekuasaan. Maka tidak heran banyak “pelacur” partai, baik yang telah duduk di yudikatif, legistlatif ataupun eksekutif. Para “pelacur” ini menyembah kekuasaan. Karena ada janji-janji partai yang diberikan maka dia akan melakukan apapun demi kepuasan partai.

Dewa yang mereka agungkan adalah ketua umum partai, walau kadang mereka juga bisa membangkang apabila kebijakan ketua umum tidak sesuai dengan keinginan dan kelompoknya. Maka “sabda” ketua umum partai akan menjadi legitimasi seperti kitab suci yang sakral yang harus diikuti walaupun itu menyengsarakan rakyat.

Tuhan-tuhan para politisi bisa kita sebut sebagai berhala. Dahulu berhala ialah patung yang disembah kaum pagan. Baik di era Yunani ataupun era para Nabi. Dalam hal ini penulis berusaha mengklasifikasikan jenis berhala sembahan kaum politisi, yaitu :

1. Uang. Tentunya inilah yang menjadi tujuan paling teratas. Ada istilah uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Berbeda dengan kaum “politisi” penyembah berhala yang satu ini, mereka akan mengatakan uang adalah segalanya, tanpa uang dia tidak bisa melakukan apapun. Maka, para politisi banyak melahirkan para koruptor, walaupun sudah memperoleh gaji yang besar, tetap tidak akan pernah puas. Karena mereka mengganggap uang bisa membeli segalanya, hingga mampu membeli kekuasaan

2. Kekuasaan. Berhala inilah yang menjadi target setiap politisi, mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya, baik dengan cara menyikut teman, membunuh karakter lawan, memfitnah, dan cara-cara kotor lainnya. Karena orang-orang matelistis akan berprasangka dengan kekuasaan maka dia akan diakui dan perkataannya bagaikan sabda. Dengan kekuasaan pula dia bisa mengatur sistem politik, sosial, budaya bahkan agama hanya dengan kebijakan-kebijakannya.

Dua berhala diatas adalah berhala yang lebih berbahaya dibandingkan berhala-berhala sembahan kaum pagan. Karena berhala tersebut bisa merusak sistem sosial, politik, budaya dan agama. Orang-orang yang menyembah dua berhala tersebut pastilah akan berlaku curang dalam segala hal, mempermainkan sabda Tuhan dan Kitab suci hingga tak peduli dengan nasib rakyat disekelilingnya.

Banyak contoh perebutan uang dan kekuasaan menciptakan perang dan kesombongan para pemimpin bisa tega membunuh ribuan rakyatnya. Hanya demi kekuasaan. Legitimasi kekuasaan dan uang sangat berpengaruh saat ini ditangan para politisi penyembah berhala tersebut. Lihatlah dinegeri ini. Banyak politisi penyembah berhala ini, dengan menjual murah negeri ini pada mafia, asing dan aseng, hingga rakyatlah yang menjadi korbannya. Mari bertaubat dari para penyembah berhala ini, dan beralih pada Tuhan sebenar-benarnya Tuhan. Salam.

Penulis : Januari Riki Efendi, S.Sos
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana jurusan Pemikiran Politik Islam UINSU dan Pegiat Literasi.

- Advertisement -

Berita Terkini