Di HMI Kita Harus Bahagia!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sepatah dua patah kata, kemudian dipatah-patahkan dalam tulisan sederhana ini, adalah sebuah ungkapan perasaan yang bercampur-aduk dari logika, rasa dan asa. Tulisan ini boleh disebut jenis tulisan apa pun, tapi mungkin tidak tulisan ilmiah seperti di kampus-kampus yang membosankan. Boleh juga teman-teman anggap tulisan ini hanya tulisan penghibur diri si penulis atau sekarang penulis lagi berprofesi jadi Kader penghibur ditengah HMI berbahagia karena sedang merayakan hari kelahiran HMI yang ke-73 tahun.

Dan serata boleh juga tulisan sederhana ini dianggap luapan perasaan yang tak tentu melihat kondisi HMI yang tak tentu juga. Kemarin sewaktu menjadi memimpin (moderator) Seminar Milad HMI dan Milad NDP HMI yang dihadiri lima tokoh-tokoh HMI yang menjadi narasumber Seminar yang dilaksanakan Bengkel NDP HMI ciptaan NDPers HMI Nasional Azhari Akmal Tarigan, akrab dipanggil Bang Akmal, dengan begitu kilat ide tulisan ini terlintas. Entah apa sebab, mungkin karena di barisan saya lima narasumber bergelar Doktor (S3) sehingga menular isi pemikiran mereka pada saya yang mungkin tidak sanggup menangkapnya, sebab saya hanya tamatan SMA. Terkait kesarjanaan (S1) dari kampus tercinta belum juga berminat menerimanya karena berbagai faktor. Ini lebih pada kepribadi dengan sistem pendidikan di kampusku yang tidak mengajari penulis berpikir tapi mengajari cepat tamat dan kerja. Tapi saya memilih, lama tamat tapi bekerja. Walaupun entah apa kerjanya (kata teman kerja saya sebagai kuli tinta, bukan kuli-ah), yang pentingkan tujuannya sama. Jadi untuk apa tamat cepat kalau kerja menjadi tujuannya. Mungkin ini konklusi yang salah, tapi bagi saya ini masih hipotesa. Jadi, bisa benar dan bisa salah.

Ah, kok malah curhat. Padahal judul tulisan ini mau berceloteh tentang seperti apa itu maksud; Di HMI Kita Harus Bahagia!

Baiklah, celoteh ini kita mulai terlebih dahulu membaca atau bagi kamu yang bersedia menyanyikannya bersuara atau dalam hati lirik lagu di bawah ini:

Bersyukur dan ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin usaha ampai
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufik
Bahagia HMI

Berdoa dan ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Alquran Hadits
Jalan keslamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI

Saat melafazkan, menyanyikan dan mendengar lirik hymne (pujaan) HMI di atas, penulis marasa ada energi yang menghunjam masuk ke dalam diri. Karena itu energi yang tak bisa dijelaskan secara pasti seperti apa, hanya rasa dan asa kita yang dapat memahaminya.

Akan tetapi secara logisnya, berdasarkan lirik hymne di atas, kita yang aktif di HMI tidak bersedih atau kita harus bahagia selalu. Mengapa demikian?

Perhatikanlah dua bait lirik hymne HMI di atas. Lirik yang dua kali disebutkan hanya ada satu, yaitu lirik; “Bahagia HMI”. Dan setiap bait lirik, ditutup dengan lirik yang dua kali itu.

Secara filosofis bahwa, ada pesan yang tersirat di dalamnya, menurut saya di HMI kita harus selalu bahagia walau bagaimana pun dan seperti apa pun kita di HMI. Pastinya dalam pengertian mempertahankan hal-hal yang positif.

Saya akan menafsirkan nilai-nilai yang menjadi korelasi dan relevansi dengan dua lirik yang disebutkan dua kali di atas. Hal ini pun mohon jangan dianggap cocokologi dan ini bukan pula penafsiran yang absolut benar. Setiap kita boleh memberi tafsirannya masing-masing. Ini hal yang termudah dibandingkan jika kita menggantikan lirik Hymne HMI.

Jika kita baca dan nyanyikan kembali Hymne HMI, setiap akhir baik ditutup dengan lirik; “Bahagia HMI”. Bait pertama menginformasikan bahwa kebahagiaan kita di HMI dapat berasal dari hakikat kebersyukuran dan keikhlasan kita yang aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (lirik kedua bait pertama). Hakikat kebersyukuran dan keikhlasan ini adalah bagian dari sifat Insan Kamil seperti yang dijelaskan di dalam NDP HMI. Ujung daripada kebersyukuran dan dan keikhlasan ini sebutkan dalam Bab 2 NDP HMI adalah kebahagiaan.

Lirik “Yakin usaha sampai” yang kita kenal hari ini sebagai jargon atau slogan dengan dengan akronim “Yakusa” mengandung makna optimisme dengan segala bentuk proses kebaikan di HMI. Sering juga kita mengatakan dan mendengarkan tiga susunan kata dari akronim tersebut menjadi; “Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, dan Sampaikan dengan Amal.” Sebuah gabungan dari Yakusa dengan inti NDP HMI; Iman, Ilmu, dan Amal.

Yakusa ini menjadi penyemangat kader HMI untuk kemajuan. Kemajuan yang diharapkan di sini tidak lain dan tidak bukan adalah kemajuan umat, bangsa dan negara. Hal ini pun berhubungan dengan usaha-usaha HMI yang termaktub dalam Anggaran Dasar (AD) HMI pasal 5. Sedangkan “Hidayah dan taufik” adalah semata-mata harapan dari setiap aktivitas kita kepada Allah Swt. Hal ini juga berkorelasi dengan Tujuan HMI pada pasal 4 AD HMI. Dalam NDP HMI hal ini juga ditegaskan kerja kader-kader atau warga HMI adalah mencari ridho, hidayah dan taufik dari Tuhan.

Lima lirik bagian bait pertama pun ditutup dengan lirik “Bahagia HMI”. Artinya, HMI dengan rasa syukur dan ikhlas, berjiwa optimisme Yakusa, tujuan untuk kemajuan dan mengharapkan hidayah dan taufik, maka HMI pun bahagia.

Pada baik kedua, secara makna filosofis atau hakikatnya lebih dalam lagi. Sebagai kader HMI yang ber-Tuhankan kepada yang benar, kita tidak pernah lepaskan dari unsur spiritual yaitu doa dan komitmen yang berupa ikrar. Sebagai seorang Muslim, doa merupakan kekuatan dan dapat merubah nasib, pastinya tidak melepaskan diri dari usaha-usaha kita juga. Ikrar disini adalah bentuk komitmen kita (baca: HMI) pada kebenaran. Dalam NDP HMI dikatakan manusia cenderung hanif. Terkait kebenaran, itulah pula tempat kita bergantung (lihat tafsir Independensi HMI). Kebenaran yang dimaksud di sini adalah Allah Swt.

Kemudian pada lirik “Menjunjung tinggi syiar Islam” adalah bukti bahwa HMI dalam kehidupannya tidak bisa lepas dari syiar Islam, yaitu untuk kemaslahatan umat manusia. Yang selanjutnya disambung dengan lirik “Turut Al-Quran Hadits” adalah bukti bahwa HMI menjadikan Al-Qur’an Hadits sebagai sumbernya tanpa menyampingkan kebenaran-kebenaran yang tidak tertulis dalam Al-quran dan Hadits. Turut Al-quran dan Hadits adalah bukti bahwa HMI berazaskan Islam sebagai mana yang termaktub dalam pasal 2 AD HMI saat ini. Walaupun azas HMI pernah berganti menjadi Pancasila, akan tetapi kata Islam dihapuskan dalam AD HMI yang dijadikan identitas HMI.

Selanjutnya lirik “Jalan keslamatan” tidak bisa dilepaskan dari lirik sebelumnya. Lirik ini juga menegaskan hadits Rasulullah yang bermakna apabila ingin selamat dunia akhirat maka Al-qan dan Hadits harus dipegang teguh. Sebagai Kader HMI yang tidak bisa lepas dari ajaran Islam, ini patut untuk dipercayai dan dipahami serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tanpa menafikan perkembangan zaman.

Dan yang terakhir, sebelum di tutup lirik “Bahagia HMI”, lirik “Ya Allah berkati” adalah merupakan bentuk doa, permintaan kepada penentu segalanya Allah Swt. Dialah yang memberi kebahagiaan dengan usaha-usaha baik (amal sholeh) kita sebagai warga HMI. Keberkahan yang diberikan Allah Swt. pabila kita syukuri maka hati dan pikiran kita akan tenang serta bahagia. Ukuran kehidupan bahagia kita tidak lagi berdasarkan harta yang banyak dan tahta yang tinggi. Tapi, harta dan tahta itu dijadikan alat dan sarana untuk mencari berkah dari Allah Swt. Di HMI kita tidak dilarang mencari harta, tapi harus diingat mencarinya harus dengan cara yang benar dan tahta atau jabatan diperoleh dengan cara yang benar pula serta dipergunakan untuk kemaslahatan ummat manusia dan kemajuan.

Sangat menarik apa yang dikatakan Bang Akmal saat menjadi narasumber dalam kegiatan Seminar Bengkel NPD HMI yang sekaligus memperingati Milad HMI ke-73 tahun di Student Center HMI Cabang Medan. Dia (Akmal) mengatakan bahwa di HMI ini tidak boleh ada yang tidak bahagia. Kader-kader dan Alumni-alumni HMI harus bahagia. Apabila masih ada yang tidak bahagia, ada yang susah, ada yang bersedih, yang intinya susah dalam hal apapun, berarti perlu dipertanyakan keadaan Keluarga Besar HMI ini. Demikian Bang Akmal mengatakan.

Menurut saya, apa yang dikatakan Bang Akmal itu perlu kita renungkan bersama. Saya ingin menambahi bahwa bukan hal praktis (materi) dan teknis (profesi) yang saat ini kita harus bahagia. Tapi, secara etis (moril, intelektual dan spiritual kita harus bahagia) kita perlu berbahagia. Dengan apa kebahagiaan itu tercapai? Nilai-nilai yang terkandung dalam Hymne HMI tadi dapat menjadi jawabannya.

Sebagai kata penutup dari pembicaraan kita kali ini, Hymne HMI jangan hanya kita jadikan penghias dan pelengkap upacara-upacara dalam seremonial saja. Akan tetapi, Hymne HMI harus benar-benar mendarah daging dalam diri kita sehingga teraplikasikan dalam kehidupan kita saat ber-HMI, bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berhubungan baik dengan seluruh umat manusia di mana pun dan kapan pun. Semoga![]

Penulis: Ibnu Arsib (Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa).

- Advertisement -

Berita Terkini